Walaupun sudah banyak dilakukan pelestarian historis, ternyata tingkat kesadaran terhadap sejarah bangsa di Indonesia masih rendah. Hal ini diungkapkan sastrawan berdarah Indonesia-Belanda, Adriaan van Dis saat diwawancarai Harian Belanda NRC Handelsblad. Beliau mengungkap bahwa masyarakat Indonesia semakin buta sejarah. Van Dis juga mengatakan bahwa orang-orang Indonesia pada umumnya tidak meminati sejarah negaranya sendiri, dan lebih menyukai mitos dan fantasi nasionalisme. Beliau bahkan mengatakan bahwa kadar intelektual cendekiawan Indonesia masih sangat kurang.
Menanggapi pernyataan Adriaan van Dis, banyak sekali masyarakat Indonesia yang mendukung dan menolak gagasan perwira Hindia-Belanda itu. Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar masyarakat yang menolak ide tersebut berasal dari kaum terpelajar dan merupakan sejarawan Indonesia. Meski tafsiran Adriaan van Dis merujuk pada era Orde Baru yang lebih mementingkan rezim, tetapi sesungguhnya kita bisa melihat sendiri bagaimana tingkat kesadaran historis pemuda-pemudi bangsa saat ini.
Masih banyak pemuda-pemudi yang belum mau memanfaatkan IPTEK untuk mengulik sejarah bangsa dalam kesehariannya, atau bahkan melupakan fakta-fakta penting yang berkaitan dengan sejarah. Menempatkan sejarah sebagai acuan pemuda-pemudi adalah suatu cara yang bisa dilakukan di sekolah-sekolah dalam rangka memaksimalkan tingkat kesadaran sejarah bangsa. Misalnya, pemuda-pemudi tidak hanya mempelajari sejarah sebagai suatu masa lampau yang perlu diperingati, tetapi juga bisa mengkritisi bagian-bagian sejarah yang perlu dikagumi dan dipertanggungjawabkan sebagai proses pencapaian di masa kini dan masa depan bangsa.
Apa saja yang perlu dipersiapkan pemuda-pemudi dalam menghadapi masa depan? Menghadapi masa depan artinya pemuda-pemudi bangsa harus belajar mempersiapkan setiap kondisi-kondisi yang akan terjadi, baik kondisi yang sifatnya positif maupun negatif. Dalam menanggapi kondisi itu pemuda-pemudi harus memiliki bekal pendidikan yang tepat. Dengan pendidikan, pemuda-pemudi berkesempatan untuk meningkatkan sisi kreatif dalam dirinya. Kreativitas itu sendiri menjadi kunci untuk menguak potensi-potensi dalam proses menciptakan inovasi yang besar.
Selain pendidikan, pemuda-pemudi harus memiliki nilai-nilai moral dan karakter yang berdasarkan Pancasila dan kebudayaan bangsa. Kemajemukan yang menjadi kelebihan bangsa dapat menjadi bumerang yang meruntuhkan bangsa. Maka dari itu dengan nilai-nilai moral dan karakter yang benar, harapan bangsa untuk tetap bersatu dalam keragaman dapat diwujudkan.
Apalagi, di era digital ini pemuda-pemudi semakin ditantang untuk memilih kepentingan bangsa atau diri sendiri. Kita sebagai pemegang masa depan bangsa harus berani memilih yang benar, termasuk identitas atau jati diri Indonesia. Jati diri itu sendiri merupakan kebudayaan dan sejarah bangsa, namun terkadang pemuda-pemudi masih belum bisa memprioritaskan kepentingan bangsa dibandingkan dengan diri sendiri.
Bagaimana kita bisa mengubah persepsi tentang kepentingan bangsa itu, supaya kita menjadi pemuda-pemudi yang nasionalis dan patriotis? Banyak cara yang dapat dilakukan tetapi tidak semuanya efektif, semua itu tergantung dari dalam diri pemuda-pemudi bangsa. Pemuda-pemudi harus bisa memilih untuk mengubah persepsinya sendiri, bahwa kepentingan bangsa sama dengan kepentingan dirinya dan masyarakat di sekitarnya.
Pemuda-pemudi itu tidak bisa dipaksa untuk menjadi masyarakat yang nasionalis dan patriotis. Sifat itu harus tumbuh dengan sendirinya dengan pendekatan yang tepat. Pendekatan itu bisa dilakukan di ranah yang kecil seperti keluarga, dan yang lebih besar di lingkungan sekitar. Pemuda-pemudi masa kini harus memiliki komitmen untuk yang konsisten untuk tetap mengutamakan persatuan bangsa, cinta tanah air, dan memiliki jiwa kepahlawanan. Lembaga pendidikan sekarang ini juga perlu memberdayakan pemuda-pemudi untuk memiliki sifat nasionalis dan patriotis.
Salah satu cara yang baik untuk memberikan contoh kepada pemuda-pemudi masa kini agar bisa menghidupkan sisi nasionalis dan patriotisnya adalah dengan menunjukkan peristiwa konflik-konflik yang terjadi oleh karena perpecahan dan dampak negatifnya. Dengan kesadaran akan peristiwa itu, pemuda-pemudi akan tergerak untuk menangkal dam mengantisipasi potensi terjadinya konflik.
Semangat pemuda-pemudi yang nasionalis dan patriotis itu bisa terlihat dari tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap bangsa dan masyarakat di sekitarnya. Contoh semangat nasionalis dan patriotis para pemuda-pemudi jaman dahulu dapat dilihat dari peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Yang akan terjadi di masa depan adalah perubahan yang bisa melunturkan identitas bangsa, dan bangsa yang menutup mata terhadap sejarah lama-kelamaan akan menghadapi kehancurannya sendiri.
Dengan begitu kita dapat bertanya kepada diri sendiri, apa yang sudah kita lakukan untuk membawa sejarah dalam kemajuan yang akan datang? Apakah kita termasuk sebagian dari pemuda-pemudi yang tidak ikut andil dalam mewarnai masa depan bangsa dengan sejarahnya? Bagaimana masa depan bangsa bila kita sebagai generasi penerus melupakan sejarah dan budaya sendiri? Jawaban-jawaban untuk pertanyaan itu bisa menjadi titik awal untuk perubahan ke arah yang lebih baik.