Mohon tunggu...
Clarissa Jessica
Clarissa Jessica Mohon Tunggu... Lainnya - since '03

disturb the universe with tainted words.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah IPTEK Menggantikan Eksistensi Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa?

26 Oktober 2020   09:49 Diperbarui: 26 Oktober 2020   09:58 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, kita tidak hanya melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di sekitar kita. Namun, kita juga dapat turut menciptakan dan menggunakan hasil dari perkembangan IPTEK yang mendunia. Perkembangan IPTEK tersebut tidak lepas dari berbagai alasan. 

Salah satu alasan terbesar adanya perkembangan IPTEK secara global adalah karena adanya keperluan untuk proses globalisasi. Perkembangan IPTEK yang terjadi karena globalisasi ini pun disangka-sangka dapat melunturkan nilai-nilai Pancasila yang terkandung sebagai identitas dan jati diri bangsa.

Menurut Anthony Giddens, seorang sosiolog dari Inggris, globalisasi dinyatakan sebagai suatu proses radikalisasi dan universalisasi nilai-nilai modernitas peradaban Barat ke seluruh penjuru dunia, yang kemudian menjadi modernitas global. Sejalan dengan pernyataan Giddens, Peter Drucker, yang dijuluki Bapak "Manajemen Modern" menyebut globalisasi adalah sebuah zaman transformasi sosial.

Seperti yang sudah ditegaskan sebelumnya, globalisasi yang terjadi tidak lepas oleh beberapa faktor yang mendorong dan mempengaruhi terjadinya, yaitu:

  • Kemajuan IPTEK

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) akan menciptakan alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, aman serta murah. Sejak abad ke-19, teknologi sudah bermunculan dari berbagai bidang, termasuk yang paling pesat adalah bidang komunikasi. Orang-orang sangat terbantu dengan adanya telepon genggam, laptop, satelit, internet, hingga media sosial yang saat ini terus dikembangkan. Karena adanya kemajuan di bidang komunikasi yang terjadi, teknologi informasi pun semakin pesat. Kini masyarakat global tidak lagi memiliki batasan-batasan dalam berinteraksi. Dalam bidang transportasi, teknologi yang diciptakan adalah mobil, motor, pesawat, dan lain sebagainya. Progres teknologi ini sebelumnya sudah diramalkan oleh Alvin Toffer, seorang futurolog dari Amerika. Menurutnya, akan terjadi kejutan-kejutan masa depan yang dapat melahirkan revolusi baru.

  • Semakin Terbukanya Sistem Perekonomian Dunia

Menurut Francis Fukuyama, negara maju dan berkembang di seluruh dunia menganut prinsip-prinsip liberal dan mengatur ekonomi negara mereka. Maka dapat dikatakan bahwa terbukanya sistem perekonomian dunia diakibatkan oleh adanya pengaruh prinsip liberalisme yang akhirnya membuat laju globalisasi semakin pesat.

  • Mengglobalnya Pasar Uang

Karena sistem perekonomian dunia semakin terbuka, pasar uang pun semakin berkembang. Terbukanya perekonomian negara-negara dunia berhubungan dengan pasar uang. Bila pasar dunia semakin mengglobal, maka kegiatan ekonomi masyarakat di suatu negara pun akan turut meluas. Maka, dapat dikatakan bahwa semakin liberal suatu negara, maka pasar uang akan semakin cepat mengglobal.

Perkembangan IPTEK yang menandakan adanya globalisasi terjadi di berbagai bidang. Di Indonesia, perkembangan IPTEK ini kian lama kian pesat. Pergerakan-pergerakan masyarakat Indonesia dihadapkan pada alat-alat modern dimanapun dan kapanpun.

Di bidang IPTEK, kemajuan teknologi guna memudahkan pekerjaan masyarakat dapat dilihat pada aktivitas sehari-hari. Contohnya, adanya telepon genggam dan laptop sebagai sarana telekomunikasi antarmanusia. Juga tersedianya internet yang dapat membantu masyarakat mendapatkan berbagai informasi mengenai hal-hal yang terjadi di seluruh dunia. 

Penemuan-penemuan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Seiring perkembangan teknologi untuk menghasilkan kemudahan bagi masyarakat, pemanfaatan sumber energi yang terbarui seperti energi air, surya, angin, biogas dan nuklir pun turut dipakai untuk melengkapi sumber energi yang tidak terbarui.

Dalam segi pendidikan, globalisasi di Indonesia juga terus memberikan perkembangan dalam proyek-proyek IPTEK seperti penelitian-penelitian, beasiswa, institusi pendidikan yang terlibat baik di segi pembiayaan, maupun fasilitas yang menunjang. Contohnya, beasiswa yang diberikan oleh Ford Foundation, atau USAID dari Amerika Serikat.

Adanya globalisasi di Indonesia menantang masyarakat untuk dapat terus menyeimbangkan antara prinsip-prinsip dari bidang IPTEK dan juga nilai-nilai etis dari Pancasila yang merupakan jati diri bangsa. Globalisasi memberikan dampak-dampak yang beragam sejalan dengan proses terjadinya. Hal ini dikarenakan proses dari globalisasi sendiri berjalan dua arah, sehingga hasil yang ditimbulkan sulit dihindari, baik itu baik maupun buruk.

Dampak-dampak positif dari perkembangan IPTEK akibat globalisasi adalah munculnya kemudahan untuk melakukan segala sesuatu. Karena sekarang ilmu pengetahuan terus menerus digali dan diaplikasikan dalam pengembangan teknologi membuat semua pekerjaan masyarakat semakin efektif dan efisien. Dengan menggunakan alat seperti smartphone saja masyarakat dapat mendapatkan maupun memberikan sesuatu.

Selain itu, IPTEK membuat pembangunan daerah-daerah di suatu negara semakin cepat. IPTEK juga dapat memberikan sarana pendidikan yang sangat bermanfaat bagi para pelajar maupun pengajar. Dengan berkembangnya IPTEK, kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan mulai bermunculan. Sekarang ini, seluruh pekerjaan dari berbagai bidang banyak menggunakan produk dari IPTEK. Contohnya, bagi para petani membajak sawah menggunakan traktor dan bukan lagi hewan.

Namun, bukan hanya itu saja yang ditimbulkan oleh globalisasi. Kerugian oleh globalisasi juga banyak ditemukan di masyarakat. Dampak-dampak negatif akibat proses globalisasi-lah yang memberikan kerugian tersebut. Dampak negatif yang saat ini sedang marak diperbincangkan adalah lunturnya eksistensi Pancasila yang merupakan jati diri bangsa Indonesia.

Pancasila ditengah Globalisasi (diolah secara mandiri melalui Canva.com)
Pancasila ditengah Globalisasi (diolah secara mandiri melalui Canva.com)

Lunturnya eksistensi Pancasila dimaksudkan sebagai suatu penerapan nilai-nilai baru selain Pancasila akibat globalisasi. Dan proses perkembangan globalisasi yang paling besar adalah di bidang IPTEK. Dengan begitu, maka Pancasila yang tadinya dijunjung tinggi sebagai jati diri bangsa, kini mulai dilupakan. IPTEK yang kini terus berkembang dan memberikan hal-hal yang dibutuhkan masyarakat, membuat adanya pergeseran penerapan nilai-nilai Pancasila ke arah IPTEK.

Contoh yang dapat ditemukan sehari-hari adalah adanya platform-platform internet yang menyajikan informasi terbaru dari berbagai sumber, baik itu mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila ataupun tidak. Gagasan-gagasan yang bertentangan dengan norma dan moral dengan mudah diterima masyarakat hanya dengan membaca dari media elektronik. Selain itu, pendidikan yang kini diterima oleh para pelajar bukan lagi berorientasi pada nilai-nilai luhur, tetapi pada perkembangan industri. Padahal, nilai-nilai tersebut-lah yang membentuk karakter bangsa akan sikap toleransi, jujur, disiplin, cinta damai, setia dan semangat persatuan dan kesatuan.

Pancasila sebagai pandangan hidup masyarakat kini sudah semakin berkurang dan pengaruh-pengaruh IPTEK mulai diadaptasi dengan mudahnya. Hal ini patut diwaspadai, karena tidak jarang ditemukan bahwa pengaruh-pengaruh tersebut membawa hal-hal buruk bagi masyarakat. Jika diteruskan, akibatnya akan sangat besar yaitu marginalisasi atau penyingkiran nilai-nilai budaya lokal, khususnya Pancasila sebagai jati diri bangsa.

Contoh yang nyata dari mulai adanya marginalisasi nilai-nilai Pancasila adalah penggunaan bahasa asing sebagai bahasa utama seseorang, atau tingkat ketertarikan masyarakat terhadap musik-musik dari luar negeri, atau gaya hidup masyarakat yang tidak lagi mengutamakan norma dan moral. Hal-hal tersebut dikarenakan adanya kemajuan IPTEK.

Paham asing yang kurang sesuai dengan bangsa Indonesia adalah individualisme yaitu paham yang mementingkan diri sendiri, materialisme yaitu paham yang melihat segala sesuatu berdasarkan harta dan materi, sekularisme yaitu paham yang menilai ketidakterikatan manusia dengan nilai-nilai agama tetapi mengutamakan akal sehat, serta hedonisme yaitu paham yang menganggap kesenangan adalah tujuan hidup manusia.

Paham-paham tersebut sudah banyak terbawa dan diberikan kesempatan untuk masuk oleh IPTEK. Adanya kemudahan membuat masyarakat seringkali tidak ingat akan betapa berharganya Pancasila yang merupakan jati diri bangsa. Maka dari itu, masyarakat harus mengenal dahulu Pancasila dan IPTEK. Karena jika tidak, ada reaksi-reaksi yang muncul dari adanya kesenjangan di masyarakat.

Dengan begitu, perlu diketahui bahwa masyarakat membutuhkan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi perkembangan IPTEK sebagai pertanda globalisasi. Upaya-upaya tersebut dapat terbentuk melalui strategi pemberdayaan masyarakat untuk kembali menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Strategi tersebut dapat berupa perancangan kebijakan dari pemerintah, program-program yang melakukan sosialisasi akan betapa pentingnya Pancasila bagi kehidupan bangsa, serta pemberian kesempatan bagi masyarakat untuk memotivasi dirinya sendiri dari pengalaman-pengalaman yang telah didapatkan sebelumnya.

Di samping itu, dari hal-hal kecil saja seperti penerapan sikap selektif akan globalisasi dapat membuat masyarakat lebih memperkuat ketahanan nilai-nilai luhur bangsa sebagai penangkal penetrasi paham asing yang dapat menganggu kehidupan berbangsa. Pembangunan moral masyarakat seperti solidaritas, disiplin, jujur, bertanggungjawab dan mandiri adalah salah satu cara dalam menghadapi perkembangan IPTEK akibat globalisasi.

Walaupun IPTEK sangat penting bagi kehidupan berbangsa masyarakat, perlu diketahui bahwa nilai-nilai penerapan Pancasila-lah yang selama ini telah menuntun bangsa menghadapi semua permasalahan, dan Pancasila yang merupakan titik balik bagi seluruh masyarakat. 

Dengan demikian, perkembangan IPTEK sebagai tanda globalisasi boleh saja dihargai dan diikuti oleh masyarakat, tetapi harus dibarengi dengan sikap mempertahankan nilai-nilai Pancasila yang dapat memberikan kesejahteraan, memperbaiki kesenjangan ataupun membawa masyarakat kepada kemajuan hidup dengan mengedepankan aspek-aspek lokal.

Jika dipertanyakan benarkah IPTEK kini mulai menggantikan posisi Pancasila di kehidupan masyarakat, jawabannya adalah ya. Karena dapat kita rasakan sendiri dampak IPTEK yang sangat besar dalam kehidupan berkebangsaan. 

Bukan tidak mungkin saat IPTEK mulai menggeser Pancasila sebagai jati diri bangsa. Ketika kita telah kehilangan jati diri bangsa yang sebenarnya, maka perpecahan dalam kehidupan berbangsa pun tak dapat dihindari. Dengan begitu, mari kita mulai mengapresiasi dan memelihara eksistensi dari Pancasila yang sangat berharga ini.

Referensi :

Maryati , K., & Suryawati, J. (2016). Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Esis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun