Mohon tunggu...
Julius Caesar
Julius Caesar Mohon Tunggu... -

Pemerhati Politik, Olahraga & Lingkungan. A Retired Banker from the biggest Bank in Indonesia who's now spending the most quality time with beloved family.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Forgive Your Enemies

17 Juli 2014   19:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:03 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada seorangpun yg imun terhadap yang namanya Konflik. Konflik juga dapat terjadi dimana saja, baik dalam Rumah Tangga, di tempat kerja, dalam organisasi Sosial, pemerintahan, maupun didalam masyarakat. Dan konflik juga dapat berujung pada permusuhan.

Menyikapi timbulnya suatu permusuhan, dalam masyarakat kita dikenal adanya budaya musyawarah dan mufakat, akan tetapi mendasari semua itu, dibutuhkan jiwa besar serta ketulusan hati dan keiklasan agar kita dapat mengampuni orang lain yang menghianati ataupun menyakiti kita.

Setidaknya ada 3 karakter yang dialami setiap orang dalam hidupnya, antara lain :
1. Terkadang kita bagai seorang anak, dimana kita selalu membutuhkan pertolongan orang lain
2. Kadang kita seperti seorang kakak yang memiliki banyak kepahitan dan sulit untuk mengampuni.
3. Semakin dewasa, kita layaknya seperti seorang ayah yang penuh dengan kasih sayang, pengampunan, dan kerinduan yang tulus, ingin melihat semua anak anak kita hidup dengan rukun dan damai

Untuk lebih memperjelas dan lebih mempermudah pemahaman kita terhadap tulisan ini, sebaiknya kita menyimak ilustrasi dibawah ini : Suatu ketika ada seorang penceramah mengadakan ceramah tentang hal pengampunan, dengan topik “Forgive Your Enemies”. Setelah ia berbicara panjang lebar tentang pengampunan, ia lalu bertamya kepada pendengarnya.

Berapa banyak diantara anda semua yang bersedia mengampuni musuhnya? Kira kira separoh dari peserta mengangkat tangannya. Penceramah tadi merasa tidak puas, lalu ia melanjutkan ceramahnya selama 20 menit. Setelah itu pertanyaan yang sama ditanyakan kembali, dan kali ini yang merespon lebih kurang 80%. Masih belum puas juga, ia meneruskan lagi ceramahnya selama 15 menit dan mengulangi pertanyaan yang sama. Ia berpikir kali ini semua orang akan angkat tangan dan ternyata semua orang mengangkat tangan, kecuali seorang bapak yang sudah tua.

Penceramah tadi kemudian bertanya kepadanya. Mengapa bapak tidak bersedia mengampuni musuhmu? Jawabnya “Aku tidak punya musuh” Luar biasa, kata penceramah itu. Berapa umur bapak? 85 tahun, jawabnya.
Kemudian penceramah tersebut mengundangnya ke depan dan bertanya, tolong katakan pada kami semua, apa rahasianya. Bagaimana mungkin orang setua bapak, sudah hidup 85 tahun tapi tidak memiliki musuh. Orang tua itu berkata : “It’s easy. I just outlived them all.”

Mengacu pada topik tulisan ini dan ilustrasi tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa mengampuni kesalahan orang lain memang bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Bagaimana mungkin kita dapat mengampuni dan menerima seseorang yang telah berbuat kesalahan dan menyakiti hati kita.
Ini melawan semua perasaan yang normal dan akal sehat.
Yang ada kita bahkan cenderung untuk membalas dan bermusuhan dengannya, karena untuk dapat mengampuni, bahkan kepada musuh sekalipun, dibutuhkan Kasih sayang, Kemauan, kedewasaan, Kesabaran dan penguasaan diri, ketulusan hati dan keikhlasan.
Setidaknya kita dapat belajar dari karakter seorang Ayah yang selalu mendambakan suatu kehidupan yang rukun dan damai bagi anak anaknya, dan bukan sebaliknya seperti apa yang dilakukan kakek tua tadi.
Patut kita mencontoh karakter seorang ayah yang selalu mengharapkan anak anaknya hidup didalam Kasih, sehingga dapat terhindar dari permusuhan, yakni hidup berdampingan dengan rukun dan damai
Lebih dari itu, mengampuni kesalahan orang lain merupakan suatu tindakan yang luar biasa, luhur dan mulia, karena sanggup mengalahkan diri sendiri.

Kita perlu belajar untuk mengampuni sesama kita, karena Allah telah lebih dahulu mengampuni kita.
Masih ingatkah kita akan perintahNya? “Kasihilah musuhmu dan berkatilah orang yang menganiaya kamu”

Semoga Tuhan memberkati !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun