Bukan untuk dirinya, satu jiwanya untuk semua.
Desingan peluru itu telah berlalu, pergi dan menghilang.
Menyisakan prasasti di atas pusara lengkap dengan topi bajamu.
Kami kadang terbangun dari lamunan, bergegas pergi dengan seikat kembang.
Entah sekadar basa-basi, atau dirimu adalah inspirasi.
Berjuta memori datang dan pergi silih berganti.
Warisan semangat itu sejatinya tetap bergelora kini dan nanti.
Dalam keterbatasan, aku dan kamu terlecut mengikuti jejak histori.
Karena kelam itu telah berganti, tidak ada lagi sunyi dikejutkan serpihan mesiu.
Sengat menyengat memecahkan tangisan kekejaman tirani.
Cukuplah melihat mereka menjerit dengan peluh melawan getir.
Satu bungkus jutaan bulir putih lewat tangan yang rela berbagi oleh setiap mata sayu.
Satu cawan bening pelepas dahaga bagi bibir pecah yang penuh kelu dan sengsara.
Membebaskan hati yang tertawan saat pilihan di ujung tebing aniaya.
Ya, aku dan kamu!
Datang menghampiri untuk membalut luka dan menyeka air mata.
Sesungguhnya siapa saja boleh, siapa saja bisa.
Tak perlu debat logika bahkan jauh demi tanda jasa.
Lihat, dibalik awan di dalam keagungan tahta, ada Dia selalu menatap.
Tidak hari ini, tidak juga besok karena buku kehidupan telah mencatat.
Selamat wahai pemenang, aku dan kamu kan tersenyum tenang.
Meski nanti tak ada jaminan untuk dikenang.
***
Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Rumah Pena Inspirasi Sahabat untuk memperingati Hari Pahlawan tahun 2021.