Sengat menyengat memecahkan tangisan kekejaman tirani.
Cukuplah melihat mereka menjerit dengan peluh melawan getir.
Satu bungkus jutaan bulir putih lewat tangan yang rela berbagi oleh setiap mata sayu.
Satu cawan bening pelepas dahaga bagi bibir pecah yang penuh kelu dan sengsara.
Membebaskan hati yang tertawan saat pilihan di ujung tebing aniaya.
Ya, aku dan kamu!
Datang menghampiri untuk membalut luka dan menyeka air mata.
Sesungguhnya siapa saja boleh, siapa saja bisa.
Tak perlu debat logika bahkan jauh demi tanda jasa.
Lihat, dibalik awan di dalam keagungan tahta, ada Dia selalu menatap.
Tidak hari ini, tidak juga besok karena buku kehidupan telah mencatat.