Bukan untuk dirinya, satu jiwanya untuk semua.
Desingan peluru itu telah berlalu, pergi dan menghilang.
Menyisakan prasasti di atas pusara lengkap dengan topi bajamu.
Kami kadang terbangun dari lamunan, bergegas pergi dengan seikat kembang.
Entah sekadar basa-basi, atau dirimu adalah inspirasi.
Berjuta memori datang dan pergi silih berganti.
Warisan semangat itu sejatinya tetap bergelora kini dan nanti.
Dalam keterbatasan, aku dan kamu terlecut mengikuti jejak histori.
Karena kelam itu telah berganti, tidak ada lagi sunyi dikejutkan serpihan mesiu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!