Agak sulit menjadi hits dan membuktikan eksistensi milenial dengan tidak didukung oleh fashion terkini, berlatar belakang spot foto yang unik dan baru, atau penampilan fisik wajah dan tubuh yang kinclong dan wah. Sehingga dapat menghiasi medsos milenial dan menjadi super star atau selebritis medsos. Suatu kondisi terkini dan hampir setiap orang mungkin memiliki pandangan dan tujuan yang sama.
Semua itu bisa terpenuhi dan didukung dengan cepat, hanya dengan jari lewat layanan digital. Mudah, cepat dan sisi yang lain mempercepat terbentuknya pendapatan yang akan diterima akan sama dengan yang dikonsumsi atau dibelanjakan.
Kondisi yang lebih membahayakan bila tidak terkontrol justru menjadi pendapatan negatif. Terjadi saat konsumsi menjadi lebih besar dari pada pendapatan yang diterima. Namun ini pun bisa diatasi dengan mengandalkan histori pendapatan tetap yang diterima.
Tawaran akan sebuah pinjaman terbuka lebar untuk membiayai kegiatan konsumsi adalah menjadi produk atau fitur yang juga tersedia di layanan bank digital.
Pada titik ini satu kata menggambarkannya “berbahaya” dan kelak menjadi sebuah jebakan finansial bagi para milenial bahkan perekonomian nasional.
Sebagai seorang bankir, alur dan skema bisnis di atas adalah hal yang lazim digunakan demi sebuah bisnis yang tetap terjaga dan tumbuh.
Peluang menggarap para milenial untuk menaikkan sektor konsumsi lewat Teori Ekonomi Makro adalah sesuatu yang halal pula.
Namun keseimbangan yang lebih baik untuk perekonomian di masa yang akan datang dengan komposisi peningkatan tabungan dan investasi oleh setiap pribadi maupun rumah tangga lewat pengelolaan pendapatan terencana akan membuatnya berkesinambungan.
Jebakan pendapatan menengah atau middle income trap bagi para milenial sehingga tidak produktif dan cenderung konsumtif akan menjadi momok perekonomian.
Keputusan ke depan oleh pelaku ekonomi berikut persfektif finansial dengan prinsip produktivitas dan kewirausahaan di tengah arus digitalisasi perbankan bagi para milenial di negeri ini akan menjadi kunci sukses kemajuan perekonomian bangsa.
keinginan adalah tergantung dari para milenial menyikapi tantangan zaman.
Apapun itu dengan membedakan antara kebutuhan dan