Perbedaan yang paling signifikan hanyalah terkait sistem operasi, waktu dan lokasi.
Bank digital dari sejak pembukaan hingga seseorang berhasil memiliki rekening sendiri dan kemudian bisa melakukan aktivitas perbankan dilakukan secara daring dan branchless. Melalui aplikasi bank digital yang tersedia, kapan saja, di mana saja tanpa harus ke kantor sebuah bank konvensional.
Berbeda dengan digitalisasi perbankan lewat bank umum lainnya, di mana pada umumnya langkah pertama pembukaan rekening nasabah masih dilakukan secara luring atau offline.
Kemudian lewat produk digital seperti mobile banking atau internet banking difasilitasi dan juga dilengkapi fitur dan jasa layanan perbankan yang secara prinsip hampir sama dengan bank digital.
Nasabah konvensional wajib mengunjungi ke lokasi bank (kantor fisik) untuk menerima jasa layanan perbankan sesuai dengan keterbatasan waktu operasional bank tersebut.
Namun sesuatu yang meresahkan adalah apakah bank digital dengan kemudahannya, semakin merangsang para milenial menjalankan impulsive buying? Apakah kemudahan bertransaksi dan kebebasan finansial membuat para milenial terperangkap dengan budaya konsumtif yang membahayakan?
Pertanyaan di atas adalah sesuatu yang sederhana disikapi dan sejatinya kemajuan teknologi menjadi pertanda kemajuan zaman.
Memenuhi kebutuhan dengan mudah di sisi lain berpotensi menjadi sangat boros dan tidak terkontrol adalah sebuah pilihan dari setiap orang.
Memilih untuk berbelanja secara offline atau online adalah consumption activities. Pilihan untuk datang ke pasar tradisional atau pusat perbelanjaan dengan mengeluarkan biaya transportasi, melihat langsung, menyentuh, menawar dan kemudian memutuskan untuk membeli, atau cukup ambil aplikasi lewat gadget, lihat, pilih, dan bayar!
Dari proses di atas berikut dengan karakter instan dengan kebebasan finansial (“bebas tidak boleh ada yang atur”) oleh para milenial sering membuat pilihan dengan segala bentuk tawaran dari bank digital yang terintegrasi dengan e-commerce terbuka kesempatan untuk berbelanja berlebihan.
Rasa-rasanya demi mempertahankan eksistensi dan membangun personal branding yang tentunya mengeluarkan biaya tambahan setidaknya untuk tetap fashionable, instagramable, perawatan dengan skin care yang mumpuni plus didukung lewat aktivitas traveling ke tempat wisata baru seakan menjadi sebuah standar baru para milenial dengan kebutuhannya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!