Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teka-teki Waktu

16 Juni 2021   21:03 Diperbarui: 18 Juni 2021   10:03 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 “Cepat Ada Yang Dikejar, Lambat Ada Yang Ditunggu”

Banyak peribahasa yang menjadi petuah di sekeliling kita. Salah satu peribahasa yang berasal dari budaya Batak adalah “Hatop Adong Pinareakna, Lambat Adong Pinaimana” yang berarti “Cepat ada yang dikejar, lambat ada yang ditunggu” Bagi saya pribadi hal ini masih sangat relevan dalam memaknai hidup khususnya tentang sang waktu yang adalah hakim agung berikut teka-teki kehidupan. Peribahasa yang berkaitan dengan harapan dan keyakinan, upaya dan kedaulatan waktu yang tepat oleh Sang Pencipta mengizinkan berbagai hal terjadi bagi setiap orang.

Manusia yang selalu berkeyakinan bahwa setiap proses (kondisi) yang baik akan selalu menghasilkan hasil yang baik. Formula ini adalah seharusnya akan tetap mengilhami bahwa antara usaha yang baik diganjar dengan hasil yang baik dan selalu diharapkan berbanding lurus. Anak pintar idealnya akan lulus ke PTN ternama, mahasiswa yang belajar dengan sungguh akan wisuda tepat waktu dan bekerja di perusahaan terbaik, seorang anak gadis cantik nan rupawan seyogyanya cepat menemukan pria idaman, bekerja dengan tekun dan baik seharusnya akan promosi ke jabatan yang lebih baik, demikian seterusnya akan sebuah harapan yang menjadi formula kehidupan.

“Apakah semua usaha atau kondisi yang baik diharapkan akan selalu tepat waktu (menurut hitung-hitungan manusia) membuahkan hasil yang baik?” Jawaban sederhannya “Ya, benar” dan lagi-lagi saya juga akan menjawab sama. Namun pada banyak fakta, hal ini terkadang tidak berlaku sehingga manusia menjadi frustasi. Menimbulkan kekecewaan dan mulai meragukan sang Pencipta yang adalah pemilik waktu itu sendiri.

Saya dan anda sangat yakin pernah kecewa dan berhadapan langsung dengan fenomena ini. Kondisi anomali bagi orang idealis yang memiliki struktur berpikir yang telah mapan serta tujuan yang jelas termasuk batas waktu tertentu dalam mencapai tujuan, akan semakin berbeda respon dan dampaknya dibandingkan dengan orang yang pragmatis (baca : https://www.kompasiana.com/jbsoke0694/60c86da9d541df18b74a0ac2/tersesat-idealisme-terjebak-pragmatisme) Sehingga kata kunci atas segala upaya dan daya yang terbaik akan selalu bertemu dengan variabel berikut dimensi lain di luar akal dan kemampuan manusia yang sering disebut “Kairos” 

Kairos vs Kronos

Istilah waktu terkait Kairos dan Kronos diambil dari bahasa Yunani kuno. Waktu dikategorikan sebagai “saat yang tepat atau yang benar" disebut kairos sedangkan "urutan waktu” dikenal sebagai kronos. Kairos bersifat kualitatif dan natural sedangkan kronos bersifat kuantitatif atau terjadi sesuai dengan urutan waktu (sumber : id.wikipedia.org).

Kairos adalah sebuah kondisi periode waktu tertentu sehingga bila momentum telah lewat tidak akan mungkin kembali lagi. Ada waktu lahir, tumbuh dan dewasa yang tidak akan bisa kembali lagi (dilompati atau dimundurkan). Momen yang hanya sekali terjadi dan tidak akan bisa persis sama terjadi. Kronos adalah terkait dengan urutan waktu, dimulai dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun. Kronos adalah satuan waktu yang merupakan siklus waktu biasa.

Berbicara Kairos maka sesungguhnya adalah bicara momentum “Take or Leave It” (baca : ambil atau tinggalkan). Misalkan saja seorang mahasiswa yang pintar mendengar ada lowongan dan diberikan kesempatan untuk mengikuti ujian masuk namun tidak mengikutinya atau mengabaikannya. Pengalaman lain seorang gadis cantik yang berkenalan dengan seorang pria yang telah memikat hatinya namun karena banyak hal untuk melangkah ke level pernikahan menolak pinangan tersebut.

Cepat atau lambat

Kembali ke peribahasa awal cepat ada yang dikejar dan lambat ada yang ditunggu adalah juga menyangkut kapan sebuah cita-cita atau harapan menjadi kenyataan. Peribahasa ini menyakini parameter waktu yang terjadi adalah sepenuhnya milik dari sang pemilik waktu atau hak yang kuasa di luar keterbatasan manusia. Baik cepat atau lambat adalah momentum yang tidak mengabaikan bagaimana memanfaatkan kesempatan yang diberikan dengan pertimbangan yang hati-hati dan berserah untuk setiap hasil terbaik kepada sang Pencipta.

Dunia dengan perubahannya yang masif hari-hari ini dengan istilah tak ada yang berubah selain perubahan itu sendiri mempertegas bahwa tidak ada yang pasti dan tidak ada yang menjamin kapan sesuatu terjadi dengan pasti dan tepat. Kemampuan manusia menerka waktu atau perubahan yang berhubungan dengan seluruh aktivitas manusia semakin di luar logika dan jangkauan manusia.

Peribahasa ini mengsiyaratkan pula bahwa pertimbangan dengan hati-hati diharapkan menghasilkan keputusan yang terbaik. Sebagaimana kairos yaitu momentum atau kesempatan yang tidak akan terulang kembali. Lowongan kerja bagi mahasiswa terbaik dan pinangan kepada sang gadis menjadi waktu yang telah lewat dan tidak akan terulang kembali. Bisa saja waktu ini adalah pertama dan terakhir kalinya. Terlepas apakah ini adalah keputusan yang benar atau salah.

Upaya terbaik adalah sesuatu yang seharusnya bukanlah hubungan sebab-akibat

Patut dan pantas bagi setiap orang dengan maksimal berupaya terbaik di setiap kairos dengan batasan kronos. Menjadikannya sebagai gaya hidup dan karakter setiap orang tanpa memperhitungkan apakah kemudian berdampak lebih baik atau buruk, cepat atau lambat. Contoh perjalanan hidup yang penuh teka-teki yang sulit dipahami oleh manusia adalah bagaimana kehidupan Nabi Yusuf. Penderitaan silih berganti tanpa masa depan namun tetap tekun dengan keikhlasan dan kebaikan hingga berujung keagungan dan kemasyuran menyelamatkan kaum bangsa.

Disamping itu, perlu pula meminta pertimbangan dari orang tua atas setiap keputusan karena telah banyak makan asam garam kehidupan. Mereka pasti punya pertimbangan yang terbaik dari setiap kesempatan yang dihadapi. Mengenal karakter dan tujuan dengan kebiasaan-kebiasan yang kita miliki. Sungguh layak menjadi guru tempat bertanya dalam setiap keputusan yang besar di tengah-tengah kebingungan.

sumber : ricoveryheart.blogspot.com
sumber : ricoveryheart.blogspot.com
Mungkin saja kairos telah terlewati dan menjadi sebuah penyesalan dan membuat kecewa. Tapi siapa yang bisa memastikan bahwa ini adalah benar-benar kesempatan terakhir bagi saya dan anda meraih mimpi dan cita-cita. Rasa frustasi dan putus asa apalagi menyalahkan sang pemilik waktu adalah kebodohan dan bentuk ketidak dewasaan. Jangan sampai idealisme hanya bersandar pada pengertian diri sendiri sehingga otoritas sang kuasa menjadi diabaikan. Begitu banyak contoh memaksa waktunya Tuhan dan kemudian diberikan dengan cepat namun justru menjadi bencana. Terjadi karena anda dan saya tidak siap untuk limpahan rejeki atau berkat sekalipun. Menimbulkan malapetaka, membuat diri dalam kesombongan dan kedurhakaan.

Menyikapi teka-teki waktu dengan pilihan cepat atau lambat harus takluk dengan rasa sabar, syukur dan ketahanan untuk selalu berbuat terbaik dan tidak lupa berserah diri pada semesta. Dengan perjuangan yang terkadang melemahkan jiwa dan batin, sampai hari ini saya pribadi masih terus beranggapan bahwa Waktu Tuhan pasti yang terbaik” Salam dan tetap semangat!

 Medan, 16 Juni 2021

Jesayas Budiman Surbakti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun