“Kamu itu unik dan autentik”
Setiap orang berbeda baik dari sisi fisik, penampilan dan pemikiran. Dari semua yang pernah lahir meski kembar identik (kembar monozigotik) sekalipun, tidak ada yang sama baik bentuk wajah, bentuk badan dan tentunya pola pikir. Semua punya ciri dan karakteristik yang begitu khas. Sungguh memberi sebuah keyakinan bahwa setiap manusia itu unik dan autentik.
Keunikan dan keaslian setiap manusia dalam kodratnya sesungguhnya akan selalu memberi warna dan menjadi pribadi yang akan selalu ada di planet bumi. Dianugerahi cipta, rasa dan karsa yang akan berestafet dalam sebuah siklus kehidupan dari mulai lahir hingga ajal menjemput. Namun sering kealpaan diri kita yang adalah sebagai mahluk ciptaan Tuhan gagal sebagai manusia yang selalu punya akal dan pikiran menghasilkan kreasi tanpa henti. Karya yang sejatinya adalah dapat dinikmati oleh siapa saja. Menginspirasi dan meninggalkan warisan luhur yang turun temurun demi sebuah kehidupan yang lebih baik.
Dalam perjalanan kehidupan acapkali sebagian dari kita selalu membanding-bandingkan antara anugerah yang diberikan pencipta dengan orang lain. Merenungi nasib tanpa berupaya sekuat tenaga mengubahnya, merasa diri korban dan menyalahkan orang lain. Pemikiran “berandai-andai” mengahantui. Seandainya saja saya bisa seperti si A, yang lain berpikir jika saya adalah si B, atau bila saya punya orangtua layaknya si C, maka hidup saya tentunya tidak seperti ini, dan banyak pengandaian lainnya Terjerumus dalam sebuah pembangkangan yang mengabaikan syukur atas apa yang dimiliki. Ini yang membuat situasi kehidupan begitu masuk dalam sebuah kenistaan, kehampaan dan keserakahan. Sehingga sebagian orang terkadang mampu berkreasi namun justru merusak bahkan mengancam hidup orang lain dan lingkungannya.
"Kamu itu hebat!" Benarkah?
Berdasarkan Ilmu kedokteran (kandungan) menyebutkan bahwa dari jutaan sel sperma hanya satu yang dapat membuahi sel telur. Sel sperma yang jumlahnya jutaan berlomba untuk menjadi yang pertama masuk ke sel telur karena setelah satu sel sperma masuk, dinding sel telur akan segera menebal agar dapat memblokir semua sperma yang ingin masuk. Hanya satu yang menjadi jawara mengalahkan jutaan yang lain. Hal ini mengingatkan bahwa sejak awal kehidupan adalah sebuah perlombaan. Dan setiap orang terlahir sebagai pemenang! Saya hebat, Anda hebat, Kita adalah lebih dari pemenang. Terlahir kedunia dan untuk sebuah tujuan. Tak ada yang meragukan dan seharusnya selalu menjadi orang yang jauh dari kata putus asa atau mental pecundang.
“Cukupkah hanya sebagai pribadi yang biasa-biasa saja?”
Beberapa dari kita akan memiliki jawaban yang beragam. Yes! Semakin menegaskan kalau kamu itu unik. Punya pilihan tersendiri untuk menyikapinya. Tak bisa dipaksakan apalagi terkait tentang karsa (tujuan) dan cita-cita hidup. Hal inilah membuat berbagai rasa sekaligus kreasi yang berbeda menciptakan begitu banyak profesi atau pekerjaan yang saling butuh dan membutuhkan mewujudkan keseimbangan hidup. Selalu akan ada yang butuh dan di lain pihak ada yang bisa memenuhinya. Diciptakan dan juga adalah menciptakan. Apapun itu sebuah kreasi berikut karsa yang mulia akan membuahkan karya yang seharusnya adalah produk manusia yang hebat dan membuat derajat manusia menjadi lebih baik.
“Bolehkah menjadi pribadi yang terkenal?”
Tak pernah untuk menghakimi atau juga mengatakan bahwa seorang pribadi yang mengubah kata biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Mau biasa-biasa atau menjadi kemudian luar biasa akan direspon beragam sesuai dengan passion dari masing-masing pribadi. Sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri yang akan berproses dan meningkat sehingga tidak sedikit di era sekarang ini juga mencoba mengejar nilai (baca : https://www.kompasiana.com/jbsoke0694/6099040d8ede487376311dc3/mengejar-nilai) lewat proses dan cara yang berbeda dimana zaman ini sudah sangat terbiasa dengan medsos dan dunia digital lainnya. Dikenal dan terkenal kemudian sebagai pencipta dengan label banyak profesi atau pekerjaan.
Semua hampir terbiasa dengan kata “online” apalagi di masa pandemi sekarang yang memang telah membuat kebiasaan baru. Dari aplikasi belanja, proses belajar mengajar, rapat, jualan, atau para pekerja seni termasuk membuat tulisan seperti layaknya saya dan teman-teman Kompasianer yang sadar atau tidak adalah para pencipta yang mengejar nilai. Nilai yang juga dapat menghasilkan dan meningkatkan uang, popularitas dan juga nama baik.
Ini adalah dunia baru dengan cara baru yang oleh setiap orang akan terbantukan dari pemanfaatan teknologi dengan keterbatasan ruang, jarak dan waktu. Semua batasan-batasan penghalang terpangkas dan tidak hanya terjebak untuk mengejar ambisi saja sehingga lari dari jalur luhur atau sekedar mengejar citra diri yang bombastis. Karya atau produk (berikut pula si pencipta) yang dihasilkan baik barang nyata atau jasa sekalipun sejatinya adalah untuk menolong orang lain sehingga kebutuhannya menjadi terpenuhi.