Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mereka yang Berbahagia

8 Juni 2021   13:25 Diperbarui: 8 Juni 2021   21:56 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena ternyata di rumah kebahagiaan juga masih ada, dan semangat untuk betah di rumah juga tetap menggelora dan merupakan pilihan terbaik bagi anak-anak dan seluruh anggota keluarga.

Bermain di Ladang

Beranjak kemudian untuk melihat aktivitas perladangan yang masuk musim panen. Dari jauh sudah terlihat jelas dengan hamparan sawah yang telah dipanen dan padi yang siap untuk dijemur. Tumpukan jerami yang menggunung adalah sebuah tempat yang asyik untuk sekedar menyandarkan badan dan kemudian beristirahat. Empuk dan nyaman. 

Si anak yang dari tadi kelihatan mondar-mandir menggeserkan beberapa karung gabah padi yang kemudian dibentangkan untuk dijemur di tengah terik matahari di desa itu. Lelah dan saatnya membuka bekal makanan dan bersantap siang. 

Suasana dan aroma bakaran jerami semakin menggairahkan tubuh untuk mengatakan ini adalah pengalaman tak ternilai. Dan belum tentu semua orang pernah merasakan pengalaman yang sama seperti kami.

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Di ladang yang memberikan kehidupan, tempat peluh tertumpah, berharap akan rejeki panen memberikan bekal untuk anak dan keluarga. Para orang tua dan juga tak ketinggalan anak-anak yang melihat dan sekedar membantu kecil-kecilan sebagai sebuah pengajaran betapa sesungguhnya sebuah upaya dan daya untuk menghasilkan dan mencari rejeki bukanlah perkara gampang. 

Perlu waktu hingga 4 bulanan dengan proses yang telah dilewati untuk kemudian juga dipanen. Dan tidak bisa dibiarkan hasil yang ada begitu saja. Kemudian menikmati jerih lelah meski hanya dengan makanan apa adanya. Tapi penuh dengan sukacita dan gelak tawa. Mantap jiwa dan benar-benar sebuah kehidupan yang legowo untuk selalu disyukuri dan diajalani dengan lapang dada.

Ladang adalah sumber rejeki dari Yang Maha Kuasa. Ladang juga adalah tempat bermain, kampus kehidupan kepada anak-anak, dan juga tempat yang nyaman untuk beristirahat.

Pukulan telak bagi sebagian kami yang dengan latar belakang profesi atau institusi yang berbeda. Apakah suasana batin di ladang juga dirasakan sama oleh para buruh kantoran seperti kami saat bekerja? Apakah "ladang" itu juga sejatinya adalah media Tuhan menunjukkan berkah rejeki kepada setiap pekerjanya? Tempat yang nyaman untuk "bekerja" dan "memanen" penuh interaksi dengan canda tawa pula? Apakah di "ladang" merupakan tempat terbaik untuk memanusiakan juga memberikan legacy dan pelajaran berharga dalam rangka persiapan regenerasi? Atau sekedar mengingatkan betapa diperlukan kesiapan mental yang baik untuk nantinya menyerahkan "ladang" ini kepada generasi selanjutnya? Setiap kami hanya terdiam dan menjawab dalam hati untuk direnungkan bersama.

Menari di Tengah Alam

Sebelum mengakhiri petualangan hunting yang telah memberikan pelajaran bertubi-tubi, kami berpapasan dengan beberapa anak yang baru pulang dari diskusi kelompok di salah satu rumah ibadah yang menyediakan kursus gratis. Mereka bersiap pulang dan sebagian memutuskan untuk bermain kejar-kejaran "sambar elang", menari-nari di tengah lapangan dan yang lain memutuskan mandi ke sungai atau danau.

Alam yang menyediakan udara yang sejuk, pepohonan yang berdiri rindang dan air yang bening untuk melepaskan penat.

Semua gratis dan bebas digunakan. Tersedia di alam yang merupakan ciptaan dan bagaikan lukisan terindah dari tangan-tangan ajaib. Tetap bahagia dan penuh kehangatan, seakan tiada pernah tahu apakah bekal pendidikan diperoleh sekarang akan memberikan masa depan yang lebih baik. "Belajar dengan keras aja, Bang" dengan logat yang khas saat kami bertanya apakah cita-cita mereka nanti dan cara menggapainya.

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Benar dan sepakat, karena tak selamanya juga upaya yang mumpuni akan selalu berbanding lurus dengan hasil yang diperoleh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun