Hikayat Pekerja "Nyakit"
"Maaf Pak, semalam mendadak demam izin tidak bisa masuk kerja hari ini", demikian terdengar suara lirih dari ujung telepon saat seorang pekerja meminta izin kepada atasannya.Â
Namun anehnya hal ini adalah kesekian kali dari beberapa "harpitnas" atau hari terjepit nasional yaitu libur kejepit. Hanya karena ingin memperpanjang libur diantara hari kerja dan hari libur nasional tak jarang tipikal karyawan "nyakit" ini selalu memberi alasan untuk tidak masuk kerja. Dan cara memanipulasi diri yang sangat beralasan adalah dengan menyatakan diri kurang fit, tidak enak badan, demam, batuk, flu, pilek, atau sakit lainnya. Alasan yang paling manusiawi agar diberi izin adalah dengan cara pura-pura sakit.Â
sumber : istockphotoBerbeda jauh dengan tipikal pekerja sebelumnya, tanggungjawab moral yang kurang dan beberapa penyebab lain adalah karena peran atau posisi yang diberikan kepada salah seorang karyawan yang tidak memadai. Merasa diri tidak diperhatikan atau sebuah pembangkangan karena demosi, dan yang lain adalah memang perusahaan tetap memelihara seorang pekerja bermental "toxic".
Tak jarang para pekerja seperti ini justru menghabiskan banyak waktu permisi atau izin di hari kerja dimana orang lain berjibaku untuk meningkatkan kinerja terbaik bagi perusahaan. Namun tak jarang pula sistem yang ada tak bisa memberi efek jera kepada pekerja nyakit dengan program mumpuni. Tersus berlanjut dan bisa berdampak buruk bagi karyawan lain.
Fenomena antara bekerja efektif, pendelegasian wewenang dan pelaksanaan cuti kepada pekerja atau karyawan dibutuhkan sistem yang terorganisir dengan baik.Â
Momen cuti adalah waktu terbaik pula mencari "pejabat pengganti" yang kapan saja bisa menggantikan posisi atau pejabat yang sedang berlibur dengan memberi amanat sebagai pejabat pelaksana. Atau juga sebagai salah satu alat kontrol terhadap pekerjaan yang selama ini dikerjakan oleh pejabat yang sedang cuti.Â
Apakah didapati sebuah kesalahan karena hanya orang yang sama yang terus mengerjakan. Pelaksanaan cuti juga salah satu momen evaluasi dan koreksi terhadap adanya penyimpangan yang bisa saja terjadi baik disengaja atau karena kekhilafan semata.
Medan, 3 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H