Menelusuri hari melewati gelap menembus hening diantara malam yang membayang,
Terdengar bunyi bersahutan kala langkah demi langkah menapaki tujuan yang tanpa arah,
Kadang diri bertanya dan tak lama jiwa menjawab bersahutan beriringan dalam lorong waktu,
Tanpa tahu apakah semua ini adalah nyata atau terbawa nelangsa terjebak cerita berpadu kasih,
Penuh pembangkangan manusia yang bersumpah serapah menepis khianat tak berujung,
Keringat meski malam yang penuh embun dan hujan yang membasahi bumi membayangi lamunan,
Perih tiada tara mencoba bangkit dalam semua kegagalan dari kuatir yang menyesakkan dada,
Tak perlu kau toleh kembali semua keramaian yang telah menipu dirimu merana tinggal dalam penyesalan,
Hanya perlu menatap ke ujung sana berharap doa membumbung tinggi dibalik sendu memberi janji,
Bangkit dan teruslah menerobos malam sampai pagi menjumpaimu dalam terangNya yang hangat,
Di situlah akhirnya tahu kalau hidup tak selamanya menyisakan kelam karena alam penuh riang keagunganNya,
Menangislah karena tawa yang telah ditunggu menyapamu tanpa kata, memberi damai sejati penuh kasih mesra,
Sepeti rusa merindukan sungai yang mengalir di padang berumput hijau memberikan kelegaan menumbuhkan rasa,
Demikianlah kau dapati kedamaian bertemu dengan keteduhan yang tak pernah terpisahkan oleh ketulusan tanpa paksa.
Â
Medan, 19 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H