Aku adalah aku yang periang yang mengisi keseharian dengan fiksi candaku,
Aku yang dikenal menghibur mereka dengan seluruh tulisanku yang menginspirasi,
Mereka mengenal aku dengan sejuta rasa tanpa tahu siapa sebenarnya aku,
Aku yang begitu merapuh dengan sesak di dada terisak menunggu pagi,
Lamunanku mengantar aku pada kebenaran diriku,
Tapi apakah semua juga akan balik menghibur dan menenangkan aku?
Aku takut dengan seluruh topeng tintaku yang akan kubuka malah mengolok-olok aku,
Semua serasa bersahabat karena memang tiada pernah meminta untuk menolong,
Berteman karena belum pernah berjumpa di puncak emosi dan kreasi,
Sepakat karena belum pernah hak atau kepentingan mereka aku usik,
Tiada pernah berharap sebab ini semua adalah realita dalam dunia fantasi,
Aku ragu bahwa semua juga akan terbuka dengan lakon pada panggung sandiwara,
Mungkin aku pelakon utama yang lain adalah peran pembantu atau cuman hanya penonton,
Bertemu jadi satu dalam hiruk pikuk mencipta drama demi drama,
Tiada ujung yang pasti sampai sutradara mengatakan cerita ini telah "selesai",
Selesai bukan karena usai tapi karena terbangun dari mimpi penuh kepahitan dan luka tiada tara.
Medan, 6 Mei 2021
-JBS-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H