Orangtua selalu berpesan bahwa bertetanggalah yang baik karena bila sewaktu-waktu terjadi sebuah peristiwa baik suka maupun duka sejatinya orang yang pertama sekali terinformasi adalah tetangga.
Secara fisik tetangga adalah rumah sebelah kanan-kiri dan muka-belakang. Bertetangga berarti adalah bersahabat karib dan menjadi dekat bukan saja karena jarak secara harfiah tetapi yang benar-benar bisa menjadi sahabat yang memberikan waktu untuk menolong dan menjadi saudara dalam menghadapi setiap kesukaran.
Tetangga juga adalah kala meja atau ruang kerja berikut orang-orang yang berada dekatan dengan area kerja juga terkait langsung dengan alur proses kerja.
Demikian pula sebagai bangsa atau negara juga memiliki negara tetangga yang juga adalah negara-negara sahabat dalam satu kawasan tertentu.
Lantas apakah omongan tetangga adalah sebuah gibahan saja? Menceritakan keburukan atau kelemahan tetangga, jiran atau sejatinya adalah sahabat dekat?
Mungkin ada yang salah dalam mengartikan kata tetangga atau bertetangga yang selama ini terjadi. Atau mungkin karena kemajuan, bukan kemajuan tepatnya bila dampak yang ditimbulkan adalah sebuah penurunan nilai.
Ya tepatnya dekadensi moral, yaitu standar moral dengan nilai-nilai luhur yang telah semakin terkikis digilas zaman terhadap perilaku kita sebagai tetangga atau bertetangga.
Anomali terjadi di mana yang dekat menjadi musuh sementara mencari yang jauh untuk menjadi sahabat. Sesuatu yang gak nyata dengan hanya sekadar sahabat virtual atau maya yang belum tentu adalah seorang tetangga yang baik. Bisa saja pula omongan tetangga juga adalah omongan kecil “Tuhan” untuk mengingatkan kekurangan.
Respon terhadap omongan tetangga berikut seluruh kekesalan yang ditimbulkannya juga bisa membuat refleksi diri. Daripada sekadar kata manis bertetangga namun justru membiarkan diri jatuh dalam sebuah hubungan tanpa makna.
Sampai hari ini dampak yang baik maupun buruk akan terasa menyakitkan atau menghibur memang tergantung dari subyek yang terdekat mengatakannya. Sama dengan berelasi dalam sebuah keluarga atau saudara yang paling rentan menghancurkan atau melanggengkan karena unsur kedekatannya.