"Hei, kalian sudah tau gak kalau anak Bu Butet itu gagal seleksi masuk SNMPTN? Udah saya bilangin tau diri aja tapi ngotot ikutan yah gagal dong", demikian gunjingan tetangga Ibu Butet menyoal anaknya yang gagal masuk SNMPTN.
Ibu Butet semakin merasa merana karena kegagalan anaknya. Mengurung diri beberapa waktu karena kegagalan itu seperti kutukan baginya. Meski di tengah kesedihan atas kegagalan anaknya, seyogyanya dukungan semangat yang diharapkannya, namun justru semakin diperparah atas ulah tetangganya itu.
"Maaf saya duluan sampai jadi saya yang berhak parkir di sini", demikian cetus tetangga depan rumah tanpa rasa bersalah memarkirkan mobilnya dengan sesuka hati sehingga menghalangi jalan untuk masuk ke garasi rumah saya. Dengan menghela napas di antara hendak memaki dan menahan sabar, saya mengalah untuk sementara parkir di tempat yang lain.
“Jangan kuatir pak, saat ini anak bapak baik-baik saja dokter telah menanganinya dengan baik”, demikian jawaban seorang tetangga yang mengantarkan anak tetangganya ke rumah sakit yang sakit demam tiba-tiba saat orangtuanya sedang bekerja.
Namun seiring perkembangan waktu dan zaman, antara bertetangga juga bahkan tidak saling mengenal. Dengan label sama-sama pendatang pada sebuah kawasan plus kesibukan rutinitas dari pagi ketemu malam tidak jarang hanya untuk tegur sapa tidak pernah dilakukan.
Tidak saling kenal dan tiada berkomunikasi, namun terkadang informasi nan keliru justru sering bermunculan dan menjadi konsumsi yang membuat relasi bertetangga justru menjadi sebuah petaka. Yang terdekat menjadi yang paling dibenci dan dihindari.
Perubahan Bertetangga Zaman Now
Pada banyak kasus bisa saja karena ulah gosip “arisan” para asisten rumah tangga yang bertemu di halaman komplek perumahan saat mengemong anak-anak majikannya.
Para ART yang menjalankan benar-benar kehidupan bertetangga, sementara sang tuan atau para majikan justru tidak pernah saling kenal.
Alhasil pertemuan antara persatuan ART yang bertetangga inilah menyampaikan informasi yang menyesatkan bahkan mengadu domba. Sesuatu yang tidak ada menjadi ada, kalaupun ada digosok semakin sip.