Laporan belum kelar ; Target masih diawang-awang ; Jengkel dengan manusia "super",
Bayangan kepura-puraan alias “dusta” cantik ; Macam ragam sandiwara lainnya ala kantoran...
Adalah beberapa catatan dengan segudang PR yang masih membayangi saat waktu menunjukkan pukul 17.10 wib di Jum’at kemaren. Apakah dibawa pulang dan kemudian menjadi komedi putar dalam otak? Atau sebaliknya cukup membayangi dan kemudian menggantungnya di pepohonan di pelataran parkir kantor? Mungkin berbeda sesuai dengan apa maunya anda dan saya.
Bangun tidur di sabtu pagi dan cukup mengatakan waktunya untuk “libur”. Libur dari semua rasa dan pikiran menghantui oleh apapun dan siapapun. Bersifat cuek dan menertawakan apapun meski tidak lucu terkadang adalah perlu. Buat apa memaksakan diri apalagi orang lain, untuk menjadi apa yang diinginkan. Sebuah hal yang konyol dan tolol.
Sabtu pagi adalah waktu yang tepat melepas penat.
Meski mendung pagi tidak akan menyurutkan langkah dan kembali ke hobi lama yang sudah sangat terlupakan kurang lebih 4 bulan terakhir dengan segala omong kosong dan retorika. Alhasil meski sedikit terlambat seluruh badan semakin penat dan dia sudah ingatkan untuk waktu yang tepat memulai kebiasan lama yang telah terabaikan di beberapa waktu ini. Jogging Time!
Joging atau berjalan santai adalah hobi sejak kecil bagi saya pribadi. Rutinitas olahraga yang sudah terbiasa dengan kondisi apa adanya. Tidak mahal bahkan nihil biaya, cuman daya tanpa musti kaya. Tidak seperti olah raga lainnya yang lagi ngehits sekarang ini, bersepeda. Repot dan merepotkan. Berpikir untuk membeli sepeda merek ternama, belum beli kostum dari mulai celana, baju, sepatu, helm dan lain sebagainya. Plus membuat rencana bersama dengan komunitas yang membuat olahraga bersepeda memang memerlukan daya dan upaya dengan semangat dan komitmen yang luar biasa. Kembali lagi repot dan merepotkan, bagi saya yang berpikirnya bahwa olahraga cuman mencari keringat dengan modal kaki yang mau melangkah saja. Simpel dan ringkas.
Mengutamakan tujuan daripada hanya eksebisi atau seremoni, mawas diri bukan lupa diri.
Dengan mengambil lokasi di kampus yang sudah saya tinggalkan kurang lebih 10 tahun lalu pasca menyelesaikan sekolah pascasarjana waktu itu. Yang jauh sebelumnya pula, saat menempuh perkuliahan strata I tepatnya di tahun 1998-2003, saya adalah penghuni tetap jalanan dan hutan kampus yang saya lalui pagi ini. Sebuah napak tilas dan setidaknya menghiasai begitu banyak perjalanan dan pengalaman dengan penuh perjuangan yang sangat sarat makna.
Masa perkuliahan yang bagi saya adalah masa terbaik dalam mengarungi perjalanan waktu. Begitu banyak perubahan infrastruktur pada kampus ini. Dari mulai fasilitas pejalan kaki, gedung perkuliahan, perpustakaan, dan nama fakultas berikut jurusannya. Harapan saya tentunya pula adalah dibarengi peningkatan kualitas mahasiswa, dosen, sistem pendidikan yang menjaga kompetisi sehat.
“Boleh dong dapat reward?”, demikian hati bertanya pada diri. Sebuah penghargaan bahwa masih punya daya, upaya dan komitmen yang terlaksana. Jogging Time telah berhasil terlewati dengan 6.450 langkah dan tiba untuk “Breakfast Time”. Antara berdamai dan menghargai diri, sehingga angka 6.450 = semangkuk mi ayam. Cukup menjadi modal beraktivitas seharian di waktu liburan akhir petang. Waktu yang sangat tepat untuk menuntaskan komitmen diri jauh dari hanya status sebagai pekerja atau karyawan dari sebuah perusahaan belaka. Perlu keseimbangan bekerja dan menjaga kesehatan jasmani dan mental.
Aduh, waktunya makan mari lupakan retorika ini semua dan saatnya menikmati mi lezat didepan mata. Asyik dan mantap.
Happy Weekend
Medan, 24 April 2021
--JBS—
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H