Kontras dengan hitam, maka warna putih adalah sebagai warna kesempurnaan, memiliki cahaya, sebuah keterpaduan dari seluruh warna yang menandakan akan kehidupan. Ditengah terang benderangnya Sang Surya menyinari manusia secara gratis, sebuah kondisi kehadiran cahaya menjadikan segala sesuatu tampak, menihilkan kebingungan saat menempuh arah atau jalan tanpa rasah bersalah. Warna putih, gabungan dari seluruh warna memberikan petunjuk dan pengertian bahwa selama “membuka mata” berikutnya menjadi terang, sebuah kondisi yang sarat keterbatasan.
Warna putih seolah-olah menunjukkan bahwa kehidupan masih akan ada apabila keterpaduan dan kehadiran kebaikan dan keburukan hadir secara beruntun. Dan terimalah fakta ini tanpa berdebat.
Kebingungan menjadi ketika gelap (hitam) dan terang (putih) berpadu menjadi warna baru, si abu-abu. Tidak hitam juga tidak putih, juga tidak gelap atau tidak terang, bukan laki-laki juga juga bukan perempuan. Sebuah ambiguitas, keragu-raguan, dan kebingungan. Suatu kondisi tidak tertidur juga tidak siaga, antara mati dan hidup. Perpadauan ini secara alami adalah peralihan antar sore dan malam, seperti sebuah temaram kala senja menjemput.
Saya melihatnya adalah kondisi kehidupan nyata saat ini sangat mendekati akan warna atau kondisi ini, realita dunia yang abu-abu. Penuh kompromistis, sebuah pertaruhan atau perjudian, dibutuhkan siasat dan bahkan debat.
Siapa kuat akan bertahan hidup, yang lemah mundur menuju maut. Tetap berjalan meski dalam misteri kegelapan, namun justru keliru dalam kesempurnaan terang.
“Keabu-abuan” menunjukkan sebuah kefanaan akan pemaknaan dari manusia yang penuh dengan emosi dan ambisi. Mencoba menjebatani antara naluri alami dengan titah ilahi yang hakiki.
Meminta belas kasihan dari pencipta gelap dan terang supaya tetap bertahan hidup ditengah-tengah ancaman kematiannya kelak. Pada titik akhir yang paling afkir, manusia abu-abu akhirnya menjadi debu, lenyap dalam dekapan keabadian gelap dan kesempurnaan terang.
Medan, suatu waktu di kala Libur.
Jesayas Budiman Surbakti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H