Dengan berandai-andai bolehkah saya bertanya pada Anda dan menebak kira-kira siapa yang Anda pilih yang akan berhasil dan sukses? Misalnya seseorang Saudagar sebelum pergi berkelana hendak membagikan modal kepada A, B, dan C. Si A diberikan modal besar 5 M, Si B diberikan 2 M dan Si C diberikan 1 M.
Anda memilih yang mana?
Bebas untuk memilih tapi tergantung dengan mau kemana kita bawa kisah itu selanjutnya. Namun dari kisah pengandaian dalam Kitab Suci, kelanjutan kisah itu menceritakan bahwa Si A dengan modal 5 M bisa melipat gandakan menjadi 2 x lipatnya sehingga hasilnya menjadi 10 M, dan kemudian Si B juga berhasil dengan melipat gandakannya juga dengan 2 x lipat menjadi 4 M, sedangkan Si C mengembalikan kepada Saudagar itu kembali sebesar 1 M tanpa hasil! Alhasil apresiasi diberikan Saudagar itu kepada Si A & B dan ikut dalam pesta kebahagiaan, sedangkan Si C bukan saja modalnya diambil dan bahkan haknya diberikan kepada Si A yang melipatgandakan menjadi 10 M tadi dan menderita menerima hukuman.
Dan sudut pandang yang diambil adalah bahwa dengan modal besar bahkan risiko dengan memiliki banyak uang yang dipercayakan padanya, Si A berhasil dengan kerja kerasnya sesuai dengan perintah dari sang Bos, demikian pula juga dengan Si B. Sedangkan Si C?? Ada apa dengannya? Ya benar, dia mengatakan bahwa tuannya adalah orang yang pilih kasih, manusia kejam yang menuai di tempat dimana Tuannya tidak menabur dan yang memungut dari tempat dimana Tuan tidak menanam…hahahaha…Masuk akal benar jawaban si C ini saya pikir dan bahkan sebagai seorang pekerja –Bankir– hal inipun sering Saya dengar ditengah tuntutan pemenuhan target yang akan selalu menjadi tantangan di dunia bisnis ini.,,,maaf saya sedikit curhat.
Back to the topic, saya berkeyakinan seandainya pun Si C berusaha sekuat tenaga bahkan seluruh modal itupun habis tak berbekas namun dia bisa mempertanggungjawabkannya, mungkin kisah ini akan berbeda hasilnya. Saudagar ini akhirnya mengatakan kepada Si C “Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”.
Terjemahan saya terhadap pernyataan ini secara sederhana adalah :
"Karena setiap orang yang mempunyai tanggung jawab, upaya/usaha dan kerja keras, kepadanya pasti diberikan jalan untuk mendapatkan yang terbaik hari ini, besok atau suatu saat nanti, sedangkan siapa yang tidak mempunyai tanggung jawab, upaya/usaha dan kerja keras keluar dari kebodohan dan kemiskinannya, apapun termasuk yang paling hakiki pada dirinya pun akan diambil dari padanya".
Dari sini mengapa saya harus berbesar hati dan instopeksi diri, karena teguran keras dari kisah ini menampar saya dengan sikap kekanak-kanakan yang mungkin sadar atau tidak kita terbentuk dari upaya untuk selalu mengasihani diri.
Kesuksesan bukan semata hanya dengan capaian keberhasilan kekuasaaan, jabatan dan materi lainnya yang dimiliki seseorang maka sepantasnya saya melihat bahwa itu adalah sebuah sikap mental “mempunyai”, bukan sikap mental selalu mau diberi!
Sikap mempunyai dan mengambil bagian dari sebuah kerja dan upaya bahkan berani menghadapi risiko. Mereka bersikap kaya karena punya segala daya, pikiran dan emosi demi sebuah tujuan mulia, meski bukan dikelompokkan kaya secara materi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!