"Saya menggunakan bibit melon Kimoji dari Jepang. Kami menjalankan kemitraan dengan supplier bibit kami di sana dan mengembangkan pasar buah melon Kimoji ke Jogja, Jakarta dan Surabaya." jelas Rosul.
Melon Kimoji yang dikembangkan di 4 Green House Amar Farm habis terserap pasar setiap panen 90 hari sekali. Setiap greenhouse menghasilkan 2 ton melon. Dengan total produksi sebanyak 8 ton dan harga jual melon di kisaran Rp. 35.000-40.000,-/kilogram.
"Tidak semua melon produksi dari Amar Farm dibeli dengan harga premium. Pembeli kelas hotel dan supermarket mensyarakatkan ciri-ciri yang sempurna yang bisa dilihat secara fisik," terang Rosul sambil membagikan potongan melon Kimoji hasil panennya. Rasanya manis dan teksturnya tebal.. "Dari 8 ton produksi kami, sekitar 10%nya kami lempar ke pasar biasa. Baik online maupun pembeli langsung skala kecil. Kalau lihat di market online, melon Kimoji tembus di harga Rp. 135.000 per kilogram."
Rosul menjelaskan, ia ingin mengembangkan pertanian melon hingga masuk ke skala ekspor. Permintaan dari Jepang untuk buah melon Indonesia sebesar 8 ton per bulan. Sementara Amar Farm hanya mampu memproduksi 8 ton per 3 bulan dan terserap habis ke pasar dalam negeri.
"Bagi saya, pertanian itu adalah bisnis yang indah dan berkah. Setiap hari kita menanam bibit yang akan hidup dan berbuah yang dinikmati manusia. Pertanian adalah bisnis yang tidak akan ada habisnya. Saya senang bisa membangun Amar Farm sebagai tempat untuk berbisnis, menyebarkan ilmu pertanian dan sarana bagi mahasiswa yang datang untuk magang dan bekerja," kata Rosul sambil  berkeliling melihat lokasi perkebunan green housenya.
Selain budi daya melon. Amar Farm sudah mengembangkan budi daya ternak bebek sejak 2019 yang mampu menghasilkan ribuan telur setiap hari dan terserap habis di pasar Yogyakarta dan Jawa Tengah. Hanya menggunakan lahan seluas 2 hektar, Amar Farm menjadi percontohan usaha pertanian yang menggunakan konsep smart faming, alias sebuah konsep pertanian yang efisien dan optimal dalam mengolah SDM dan fasilitas pengolahannya.
Setyawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H