Jazzya Audi Rafa Alya 12 IPS 1
                                                           SMA Negeri 3 Kabupaten Tangerang
       Kearifan lokal membentuk Sebuah nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku, khususnya dalam menjalin Hubungan dalam masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kearifan lokal atau local wisdom terdiri dari dua kata yaitu Kearifan (kebijaksanaan) dan lokal (di suatu tempat). Secara literal kearifan lokal dapat Diartikan sebagai kebijaksanaan setempat atau dalam lingkungan tertentu. Adapun Globalisasi merupakan sebuah proses pengetahuan dan kebudayaan yang mendunia sehingga dapat menimbulkan perubahan pola hidup yang lebih modern.
Kearifan Lokal Masyarakat Sulawesi Selatan yang Mengedepankan Sikap Ramah
       Indonesia memiliki kekayaan kearifan lokal yang sangat beragam dari berbagai daerah. Kearifan lokal tersebut masih di pertahankan dengan kuat oleh sebagian besar masyarakatnya, salah satunya  budaya yang ada didaerah Sulawesi Selatan yang dikenal dengan istilah budaya "Tabe", merupakan peninggalan budaya leluhur yang mewariskan budaya sopan dan santun melalui ucapan serta dalam bentuk gerakan tubuh.
       Budaya "tabe" pada umumnya adalah sebuah sikap untuk menghargai orang lain yang masih muda, sebaya atau lebih tua. Perilaku dari budaya "Tabe" merupakan sebuah simbol dari upaya menghargai dan bentuk menghormati kepada siapa pun orang yang ditemui. Kata ini berasal dari bahasa Sansekerta: kantavya atau ksantawya yang berarti "maaf". Nilai yang terkandung dalam budaya tabe adalah Sipakatau (tidak membeda-bedakan semua orang/saling menghormati), Sipakalebbi (saling menghargai), dan sipakainge (saling mengingatkan).
Penerapan Budaya Tabe dalam Kehidupan
       Praktik budaya Tabe ini dilakukan dengan gerakan membungkukkan badan dan tangan kanan turun ke bawah mengarah ke tanah ataupun dengan menundukkan kepala serta memberi senyuman. Namun pada kenyataannya saat ini penerapan budaya tabe yang dilakukan oleh penerus setiap generasi tidak seperti dulu lagi dan pengaplikasiannya kurang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian masyarakat menganggapnya sesuatu yang tidak penting, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan sebagian masyarakat tidak mengetahui nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan tidak terbiasa untuk melakukannya.
Kendala yang di Hadapi dalam Menerapkan Budaya Tabe Akibat Globalisasi
       Di era globalisasi, perkembangan budaya Tabe dinilai perlahan-lahan mulai luntur khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Arus modernisasi telah memberi perubahan dalam kehidupan masyarakat. Hal yang cukup di sayangkan ialah krisisnya nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat akibat pengaruh dari teknologi dan transformasi budaya yang tidak lagi relevan. Budaya tabe pada masa dahulu dan masa sekarang cukup berbeda. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya nilai-nilai budaya asing yang tidak selektif dan perkembangan teknologi yang tidak relevan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam panvasila maupun nilai budaya di Indonwsia. Akibatnya, dalam kehidupan masyarakat sering kali di temui anak-anak dan remaja yang selalu fokus pada ponselnya dan menghiraukan orang di sekitarnya tanpa bersikap sopan dan santun. Maraknya perkembangan permainan dunia maya juga membuat anak-anak menjadi malas untuk berinteraksi dan bersilaturahmi dengan masyarakat yang ada di lingkupnya sehingga dengan adanya perkembangan alat komunikasi, masyarakat cenderung berinteraksi secara tidak langsung.
Tantangan Setiap Generasi untuk mempertahankan Kearifan Lokal