Mohon tunggu...
M Rosyid J
M Rosyid J Mohon Tunggu... Freelancer - Peneliti

Researcher di Paramadina Public Policy Institute

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Malasnya Berurusan di Kantor Pemerintah

11 September 2014   23:47 Diperbarui: 14 Februari 2020   11:11 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kapanlagi.com

Sebentar berjalan, akhirnya saya menemukan lobi yang dimaksud. Baiklah, apa yang saya alami barusan mungkin karena kesalahan saya. Sejenak segera saya lupakan. Pintu lobi segera saya lalui. Terdapat metal detector di sana. Tuuut, berbunyi dia ketia saya lewat. Saya pikir akan ada pemeriksaan lanjut, tapi rupanya tidak. Dalam hati, lalu apa fungsi benda macam gapura itu? Di samping metal detector terdapat front desk. Beberapa mba-mba dan seorang mas sekuriti ada di sana. 

Anda tentu tahu kebanyakan front desk bermeja agak tinggi. Anda harus melongok agak ke dalam untuk melihat ada orang tidak di sana. Dan kira-kira itu yang saya lakukan. Bukan mendapat sambutan dan tawaran bantuan, pemandangan yang saya lihat adalah mba-mba yang sedang bermalas-malasan. Setelah saya tanya kemana saya harus berikan surat itu, baru mereka membuka mulut. 

Menjawabnya pun seperti malas-malasan. “Oh, surat ke TU,” katanya tak beranjak dari tempat duduk. Mba sebelahnya terlihat tersenyum. Mungkin menertawakan diriku yang tak tahu apa –apa di sini. Ah, mungkin perasaan saja. Dia kemudian meminta saya menukarkan KTP dengan sebuah kartu visitor sebagai akses masuk ke tempat pelayanan. Akhirnya, sampai juga saya di TU. Kali ini capek sudah saya merasa di kantor ini. Dari awal tak ada sambutan, tak ada bantuan, malah respon-respon yang kurang mengenakkan. 

Dalam hati, bukannya lembaga ini mengelola sirkulasi penanaman modal di negara ini? Mengapa tak punya layanan yang baik? Mudah saja, bila anda ingin membangun rumah, maka siapapun yang akan memberikan bantuan modal tentu seharusnya disambut dengan baik. Logika mana yang dipakai bila anda perlu modal lalu anda acuhkan orang yang datang dan sebentar lagi ingin membantu anda? Begitu heran saya dengan ‘pelayanan depan’ lembaga ini. 

Sejenak saya berpikir, kalau negara ini ingin maju, tentu butuh investasi. Orang tentu banyak yang ingin berniat untuk investasi di dalam negeri ini, tapi kalau dari depan pelayanan sudah demikian, bagaimana ceritanya orang mau jatuh cinta pada negeri ini dan mau berinvestasi menanamkan modalnya? Mungkin karena saya tidak memakai jas. Jadi tidak nampak berwibawa seperti bapak-bapak atau om om pejabat. Mungkin. Kini di hadapan saya adalah bagian TU. 

Tak sepatah katapun keluar dari mulut bapak-bapak penjaga meja pelayanan TU ini. Ia hanya memandangi mukaku yang penasaran, apa yang  harus saya lakukan. “Mau apa mas?” nada dia datar. “Saya membawa surat ini untuk Bapak kepala lembaga ini…” kataku. Kuserahkan padanya sebuah surat undangan kepada kepala lembaga ini untuk hadir dalam sebuah acara seminar. 

Atasanku sudah menghubungi beliau sebelumnya. Jadi ini hanya surat formalitas, kira-kira begitu. “Ada tanda terima? Mana?” katanya masih datar, seperti mengejar supaya urusan dirinya dengan saya segera selesai. Kuserahkan selembar tanda terima. Ia cap dan tanda tangani. 

“Terima kasih Pak…” Ucapku ramah. 

Ia hanya mengangguk, tak tersenyum dan mempersilahkan saya minggir. Ada urusan lain, itu kodenya. Batinku, pantas tak banyak orang mau investasi di negeri ini. Tak perlu di jelaskan lagi. Apa pemerintah ini mau buat negaranya maju? Rasanya belum mau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun