[caption id="attachment_391205" align="aligncenter" width="560" caption="Pak Bima sebagai keynote speaker"][/caption]
Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya makin mendekati integrasinya dalam wadah Masyarakat Ekonomi ASEAN atau umum disebut MEA. Arus barang dan manusia antar-negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan makin deras. Hal ini menjadi bagian dari pidato kunci (keynote speech) Managing Director Paramadina Public Policy Institute, Bima P Santosa pada Dies Natalis ke-17 Universitas Paramadina, Kamis 15/1.
Situasi ini membuat banyak khawatir tentang kesiapan Indonesia. dengan berbagai masalah ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran hingga korupsi, kekhawatiran ini tentu wajar. Namun jika kita melihat fakta saat ini, seharusnya kekhawatiran itu bisa dikesampingkan.
Dalam pidato yang berjudul Mendorong Integritas Bangsa untuk Memasuki Masyarakat Ekonomi Asean 2015 tersebut, Bima mengatakan bahwa bagaimanapun juga ampir setengah dari total populasi ASEAN adalah rakyat Indonesia. selain itu, 40 persen PDB ASEAN berasal dari Indonesia.
Bima menegaskan, Global Migration Database dari Worldbank menunjukkan bahwa pada 2007 Singapura dan Malaysia menerima pindahan tenaga kerja terampil dari Indonesia yang jumlahnya lebih banyak disbanding mereka yang datang ke Indonesia.
“Hampir 11.000 pekerja terampil Indonesia pindah ke Singapura dan sekitar 6.500 ke Malaysia, sementara hanya sekitar 100 warga negara Singapura dan kurang dari 400 warga negara Malaysia pergi ke Indonesia,” jelas Bima yang juga wakil Rektor Universitas Paramadina.
Dalam acara yang juga dihadiri oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI Anies Baswedan tersebut, Bima menutukan bahwa untuk benar-benar siap menyongsong MEA 2015, Indonesia harus menyelesaikan masalah mendasar, musuh utmanya, yakni korupsi. Dalam melawan virus korupsi, Bima katakan, Indonesia perlu membangun dan memperkuat integritas masyarakatnya.
Salah satu strategi yang telah banyak dibahas adalah membuat sistem yang dapat membuat integritas menjadi kekuatan nasional. KPK sebagai salah satu lembaga paling kukuh melawan korupsi telah merumuskan apa yang disebut Sistem integritas nasional (SIN).
Dalam pidatonya, Bima menggambarkan bahwa SIN merupakan serangkaian komponen penting untuk menciptakan budaya integritas.
“Integritas ini dikaitkan dengan keadilan, transparansi, akuntabilitas dan efisiensi, jelas Bima. Sistem ini menopang tiga hal pokok yakni tatanan hukum, pembangunan berkelanjutan dan kualitas hidup,” jelas Bima yang mengenakan baju khas sidang senat bercorak biru muda.
Sebagaimana korupsi telah ‘terinstitusionalisasi’, integritas juga penting sekali untuk menjadi jiwa dari institusi. Maka dari itu, integritas tidak bisa berhenti hanya pada individu, tapi harus menjadi bagian institusi atau organisasi, istilahnya ‘diinstitusonalisasikan’.