Bosan. Itu adalah kata pertama saya selama pendemik Covid-19 ini berlangsung. Sejak akhir bulan Maret 2020, tempat saya bekerja mengharuskan sebagian karyawan untuk kerja di rumah atau WFH. Hari pertama menjalaninya, begitu banyak keluhan dari saya dan teman-teman. Jaringan internet sedang buruk. Bahkan untuk sekedar meeting skype saja, teman-teman saya yang sedang berbicara di pertemuan daring tersebut tiba-tiba suaranya hilang dan status skype-nya mati.
Saya ingat betul, hari itu ia tengah presentasi di depan teman-teman departemen dan Asisten Direktur yang merupakan orang asing. Hal itu menjadi pengalaman yang memalukan, karena presentasi yang ia sampaikan sangat penting dan ditunggu untuk kemudian di sampaikan pada pertemuan direktur dan presiden direktur tempat saya bekerja. Teman saya itu, sebut saja Ensa menjadi panik. Kami mencoba tetap menghubunginya, tetapi tetap tidak bisa.
Keesokan harinya, hal yang sama terjadi, banyak teman-teman kami menyindir Ensa untuk memindahkan rumahnya atau menganti kartu internetnya. Kita tidak bisa memungkiri, internet memang tidak lagi menjadi kebutuhan tersier masyarakat saat ini, tetapi menjadi konsumsi primer, apalagi ditambah dengan pandemik Covid-19 yang memaksa kita untuk diam di rumah aja.
Sebagai karyawan, saya pun sangat memperhatikan konsumsi internet sebagai hal yang prioritas untuk saat ini, karena hingga akhir bulan Juni ini saya terus WFH, pertemuan daring setiap hari, bahkan dalam sehari terdapat 3 kali meeting, masing-masing menghabiskan waktu 1-2 jam. Awal-awal saya menjalani WFH, saya senang karena menjadi punya banyak waktu di rumah. Berjalannya waktu sekitar seminggu, saya merasa sangat bosan. Saat itu saya telah merencanakan untuk kembali ke kampung halaman di Bali dan WFH di sana.
Saya pikir ketimbang saya diam di kos dan sendiri, lebih baik saya pulang ke kampung halaman. Tetapi apa yang saya rencanakan tidak berjalan mulus. Akhir bulan April saya positif typus dan demam berdarah secara bersamaan. Bahkan dokter dan perawat di RS terlihat jaga jarak dengan saya, takut bilamana saya juga positif Covid-19. Setelah rapid test, saya dinyatakan negatif dan bisa menjalani rawat inap di RS tersebut.
Sakit, opname, jauh dari orang tua adalah 3 hal yang menyedihkan bagi saya. Teman saya akhirnya datang untuk menemani dan membawakan baju-baju saya. Saya hanya bisa menangis, sambil menahan lemah tubuh saya sembari video call dengan keluarga di Bali. Internet saya saat itu tidak cukup baik dan video tersendat tidak lancar. Tidak lama, kakak saya datang dari Jakarta menuju Cikarang untuk menjenguk saya.
Kami mencoba untuk telepon tatap muka dengan mengunakan jaringan telepon genggamnya. Saya kaget, karena telepon tatap muka begitu lancar dan saya bisa melihat wajah ayah, ibu, dan adik saya. Air mata jatuh saat bisa tersambung dengan jaringan yang digunakan kakak saya. Ia mengunakan Jaringan 3 Indonesia dengan tagline produk AlwaysOn dan untuk tahu lebih dalam dapat dicek disumbernya yaitu website www.tri.co.id.
Saya bicara pada kakak saya bahwa saya sudah mencoba untuk menghubungi orang tua saya tetapi jaringan yang saya gunakan sedang tidak bagus. Meskipun saya terbaring sakit dan lemah, saya bersyukur. Saya masih ditemani teman, kakak, dan #KalahkanJarak dengan Jaringan 3 Indonesia. Sangat bahagia rasanya walau hanya melihat wajah keluarga secara virtual, setidaknya saya sudah #KalahkanJarak dengan Jaringan 3 Indonesia AlwaysOn.
Seminggu sudah saya dirawat di rumah sakit. Badan masih sedikit lemah dan saya harus kembali melanjutkan pekerjaan saya lewat daring. Setiap pagi terdapat meeting skype dan berlanjut pada cek dokumen, dan lain-lain.
Setelah itu, kadang saya mengisi waktu luang dengan bermain aplikasi Mobile Legend. Saat itu tepatnya sebelum libur Lebaran, kegiatan saya bisa ditebak. Bangun pagi, mandi, persiapan meeting skype, lanjut meeting kedua, istirahat makan dan main ML (Mobile Legend-sebuah aplikasi permainan daring), kemudian meeting ketiga, mandi, makan, tidur, repeating. Sudah tentu penuh dengan kegiatan yang membosankan dan berulang. Pernah suatu ketika saya begitu fokus bermain permainan daring ML, dan jaringan begitu buruk.
Saat itu saya tengah fokus untuk menaikkan rank saya, karena teman-teman saya sudah mencapai level tertinggi, yaitu Mytic dan saya masih Grand Master dan turun naik menuju Master. Karena begitu kesalnya dengan internet yang lambat dan jaringan yang buruk, saya membanting telepon genggam saya ke lantai dan kadang membantingkannya kepada tembok. Untuk tingkah saya satu ini, mohon untuk tidak ditiru, karena saya pun sesungguhnya malu untuk menceritakannya.
Alhasil, tempered glass saya retak dan saat saya buka case telepon genggam saya, terlihat beberapa titik penyok pada badan telepon genggam saya. Pada titik tersebut saya merenung, sampai kapan saya terus begini dan tidak menghasilkan karya, malah merusak barang kesayangan saya. Kembali teringat di pikiran saya, telepon genggam ini saya beli dengan menyisihkan uang saku saat saya melakukan perjalanan bisnis ke Busan, Korea Selatan di awal tahun 2019. Saya menangis, merasa seperti anak kecil yang labil.
Hari itu juga saya mencoba untuk mengubah cara saya mengisi waktu luang. Saat itu, saya mulai berjualan di media sosial dan daring. Bakat terpendam saya untuk berjualan kembali mencuat. Saya sangat bersemangat saat itu. Salah satu produk termahal di toko daring saya terjual. Hati saya sangat senang dan menggebu-gebu untuk terus melanjutkan bisnis daring ini. Kemudian berlanjut produk kedua dan seterusnya. Selama saya membungkus paket tersebut, hati saya sangat gembira seperti baru menemukan diri saya yang terhilang sejak lama.
Memang hampir 4 tahun sudah saya bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Saya baru memahami apa yang teman-teman saya katakan soal "zona nyaman".
Saya begitu nyaman dengan gaji dan tunjagan saya, sibuk bekerja sampai larut malam, bila menjelang Sabtu malam, saya terbiasa makan bersama teman di restoran dekat kos saya, nongkrong bersama dan meninggalkan hobi saya menulis dan berjualan. Dengan adanya pandemik Covid-19 ini, saya seakan teringat dengan masa SMA saya dulu.
Saya mulai berjualan pulsa dan pelanggannya adalah teman-teman saya sendiri. Saya melakukan banyak kegiatan seperti mengikuti lomba karya tulis, artikel, esai, cerpen, dan bersama teman SMA saya membuat kerajinan clay untuk dijual kepada teman-teman yang tengah merayakan hari valentine bersama pasangan dan keluarga. Bakat terpendam itu akhirnya bangkit kembali. Seharian di rumah setelah pertemuan daring skype, saya mengubah kebiasaan saya yang bermain daring ML, menjadi hal-hal yang lebih bermanfaat. Saya mulai mengambil laptop saya untuk mencari peluang mengikuti lomba melalui media sosial.
Kini, saya telah menghasilkan banyak karya cerpen, puisi, artikel, esai, untuk saya gnakan sebagai bahan mengikuti berbagai kompetisi baik tingkat daerah, nasional, maupun internasional. Aktif kembali membaca artikel lama yang pernah saya posting di blog, maupun yang tersimpan dalam dokumen pribadi. Memulai memang berat, karena kita harus melawan nyamannya kasur untuk tidur, bersantai, dan bermalas-malasan.
Tapi, apabila terus seperti itu apa hal yang bisa kita hasilkan selama pandemik ini? Kita harus memanfaatkan waktu yang ada untuk berkarya karena peristiwa untuk #diamdirumahaja ini mungkin hanya terjadi sekali dalam hidup. Kini saya tengah fokus menggeluti bidang berjualan daring dan menulis, bakat saya yang terpendam dan dimulai sejak 9 tahun yang lalu.
“Semua impian kita dapat menjadi kenyataan jika kita punya keberanian untuk mengejarnya” ~Walt Disney
Fasilitas telah kita miliki, apalagi alasan kita untuk tidak berkarya? Terimakasih untuk provider internet, salah satunya Tri yang telah memberikan pelayanan terbaiknya dan menemani kakak saya selama kerja di rumah maupun di kantor dan #KalahkanJarak antara Cikang dan Bali melalui video tatap muka bersama keluarga di kampung halaman. Kemudahan akses internet benar-benar saya rasakan. Saya tetap bisa telepon tatap muka dengan orang tua tanpa rasa khawatir, tetap berkarya dan mendapatkan penghasilan lebih lewat berjualan daring, dan membangkitkan bakat terkubur saya selama bertahun-tahun untuk menulis.
Pandemik Covid-19 memang menjadi tantangan tersendiri bagi kita untuk memilih nyaman di kasur atau menggali potensi besar yang kita miliki dan terkubur. Ayo berkontribusi untuk tidak pulang kampung, diam di rumah, berkarya, dan #KalahkanJarak bersama produk AlwaysOn di Jaringan 3 Indonesia dan untuk detailnya bisa di cek link website www.tri.co.id. Mari kita bantu perekonomian Indonesia dari tingkat diri sendiri, lebih selektif dalam pola konsumsi, tetap jaga kesehatan dan #KalahkanJarak dengan tetap berkarya dengan #dirumahaja. Jangan lupa kunjungi link ini juga guys https://bit.ly/2XqKZMI !
“Jika anda benar-benar ingin melakukan sesuatu, anda akan menemukan jalannya. Jika anda tidak ingin, anda hanya akan menemukan alasan” ~Jim Rohn
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H