Emansipasi wanita bukan lagi soal membela kaum perempuan dari belenggu tradisi kuno, segala hal yang bersifat menantang di setiap eranya memiliki perbedaan, walau keseluruhannya banyak yang berkutat dalam membahas hak hingga kewajiban. Pasca pandemi, peran para puan kian berbaur, bukan hanya dalam pemenuhan kebutuhan hidup, banyak para puan yang mulai membaurkan dirinya, keluar dari zona nyaman serta peran tradisional perempuan. Â Ketika dunia luar mulai memiliki ritme kerja bersama kecerdasan aritifical, para puan pun ikut merasakan angin segar teknologi.Â
Emansipasi kini tak lagi berputar pada dunia pendidikan formal, bukan lagi mempertanyakan bagaimana keseimbangan seorang puan antara dirinya dan keluarga yang dibangunnya, kesadaran akan kebutuhan terhadap pengetahuan, kemampuan, minat, bakat, dan relasi menjadi dorongan banyaknya pergerakan perempuan, baik yang dilakukan secara bottom up dari para puan itu sendiri dalam mencari suaka tempatnya berkembang, maupun secara top down sebagaimana para pemangku kebijakan, organisasi, para wadah yang memberikan fasilitas.
Perempuan akrab dikenal sebagai makhluk yang memperhatikan penampilan, walau tidak seluruhnya, dalam sebuah pranata sosial seorang perempuan berlaku kemayu, menyukai polesan lipstik dan bedak, walau sekali lagi hal tersebut tak dapat dipukul rata dalam kenyataannya, namun sebagai makhluk hidup para puan pastinya memiliki keinginan untuk bertahan hidup dalam keadaan nyaman sesuai yang diinginkan dan prinsip hidupnya masing-masing.Â
Beauty Community hadir sebagai wadah para puan untuk mengeksplor diri, sesuai dari sebutannya, komunitas ini bergerak pada bidang kecantikan, banyak diantara komunitas ini diatur oleh brand kecantikan, di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 10 Beauty Community yang terorganisir oleh brand-brand kecantikan.Â
Banyak dari brand kecantikan membentuk sebuah komunitas untuk kemudahan pemasaran, pembangunan brand awareness, sumber data guna riset produk, dan kegiatan yang menguntungkan bagi brand itu sendiri, namun di samping itu sebagai dari anggota sebuah beauty community seorang puan akan mendapatkan manfaat yang tak kalah setara, dapat dikatakan dengan adanya beauty community ini memberikan simbiosis mutualisme bagi kedua belah pihak.Â
Kegiatan yang dilakukan sebuah beauty community berbeda-beda, tak hanya seputaran merawat wajah dan berdandan, sebuah beauty community yang terorganisir oleh sebuah brand memiliki timeline kegiatannya tersendiri, beberapa kegiatan seperti Gathering dalam dan luar jaringan, kelas dengan materi beragam dan berpusat pada pengembangan diri para puan, peningkatan hardskill seperti merangkai bunga, membuat kerajinan, mengelola limbah daur ulang menjadi beberapa pilihan yang ditawarkan, tak jarang sebuah beauty community membuat kegiatan challenge berhadiah.Â
Lantas, untuk mengikuti sebagian banyak kegiatan yang dimiliki beauty community setiap calon anggotanya harus melewati serangkaian administrasi dan seleksi yang memenuhi standar sebuah brand. Kegiatan serta informasi terkait komunitas tersebut memanfaatkan sarana media sosial Instagram, kemudian beauty community memiliki wadah tertutup untuk diskusi sesama member dalam platform Telegram private.
Menjamurnya beauty community di Indonesia dapat menjadi indikator bahwa keinginan para puan Indonesia untuk mengeksplor dirinya semakin bertambah, keinginan untuk menyalurkan bakat, bersosialisasi, menambah pengetahuan secara informal, dan pada akhirnya merapatkan diri pada dunia industri. Tak mustahil apabila nantinya beauty community menjadi salah satu kanal penyalur para puan untuk merapat ke dunia industri lebih dekat serta memberikan ruang yang lebih besar bagi eksistensi para puan dalam hierarki ekonomi, hal ini merujuk pada komunitas baru revolusi digital 5.0 yang memungkinkan menjadi salah satu saluran kesetaraan gender.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H