Mohon tunggu...
Muhamad FajarRamadhan
Muhamad FajarRamadhan Mohon Tunggu... -

Pengamat dunia pertanian dan hiburan tanah air. Kadang senang membaca konten fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasar Besar Sarang Walet

5 Mei 2019   05:01 Diperbarui: 5 Mei 2019   05:10 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Boedi perdagangan walet ke Tiongkok ibarat lokomoti ekspor. Pengiriman sarang walet ke negara tujuan lain hanyalah gerbong yang ditarik lokomotif. Artinya Tiongkok pasar utama yang mesti diutamakan. Perjalanan ekspor liur emas tidak selamanya mulus. Pada 2010 misalnya, sempat tersendat akibat isu nitrit. Imbasnya perdagangan walet ke mancanegara terhambat, sehingga harga sarang walet anjlok.

Melalui proses sekitar 5 tahun, pada Januari 2015, Tiongkok baru membuka ekspor langsung pasokan sarang walet tanah air. Itulah ekspor perdana sarang walet ke Negeri Tirai Bambu setelah adanya pelarangan perdagangan pada 2010. Sejak saat itu perdagangan sarang walet antara kedua negara cenderung meningkat. Pada 2015 Indonesia mengekspor sarang walet 14,27 ton. Volume ekspor berikutnya terus menanjak, 22,53 ton pada 2016 dan 52,23 ton (2017) karena makin banyak eksportir.

Menurut Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Mongolia periode 2014---2017, Soegeng Rahardjo, saban tahun selalu ada peningkatan ekspor sarang burung walet ke Tiongkok baik dari jumlah maupun nilai. Namun, belum memenuhi permintaan pasar Tiongkok. Musababnya permintaan Tiongkok besar. "Tinggal kita memanfaatkan ceruk pasar Tiongkok yang besar secara bersama," katanya.

Soegeng menyarankan, perusahaan yang berhasil menembus pasar Tiongkok berbagi pengalaman kiat sukes agar berbarengan mengisi pasar Tiongkok. Menurut pria 65 tahun itu sebaiknya kita menghindari monopoli dan oligopoli. Itu karena pasar Tiongkok besar. Korelasi pembelian sarang burung walet berkaitan dengan gross domestic product (GDP) per kapita orang Tiongkok.

Saat ini GDP Tiongkok selalu naik. "Jika sudah makmur tentu akan memilih mengonsumsi makanan sehat, salah satunya sarang burung walet," kata Soegeng. Pria yang mengabdi di Kementerian Luar Negeri selama 41 tahun itu mengatakan, jika pengusaha yang sukses mau berbagi pengalaman, Indonesia menguasai pasar Tiongkok.

Jika hal itu tercapai, kesejahteraan para pegiat sarang burung walet dari mulai peternak, pekerja, hingga eksportir akan meningkat. Menurut Soegeng yang perlu diperhatikan adalah memenuhi persyaratan yang telah disepakati. "Barang yang legal, tentunya harganya pun tinggi," kata Soegeng.  Menurut Kepala Bidang Karantina Produk Hewan, drh. Iswan Haryanto, M.Si., Kini pendaftaran menjadi eksportir lewat Badan Karantina Pertanian juga amat mudah. Pasalnya proses pendaftaran bisa dengan jalur daring atau online.

Pelaku usaha bisa mengunduh aplikasi lewat telepon genggam. Setelah persyaratan dipenuhi maka Badan Karantina Pertanian mengajukan ke The Certification and Accreditation of the People's Republic of China CNCA. Selanjutnya pemerintah Tiongkok atau pihak ketiga yang ditunjuk akan melakukan audit ke tempat produksi yang mendaftar untuk memastikan kesesuaian. Tempat produksi yang telah memenuhi syarat selanjutnya bisa disetujui dan terdaftar di Tiongkok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun