Mohon tunggu...
Jays Anwar
Jays Anwar Mohon Tunggu... -

hidup sekali matipun sekali, never let something avail fill in your life. Be the Best.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Pak Lurah Kalau Jumlah Janda Mah Tahu Atuh.

2 April 2014   18:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah ini terjadi di sebuah desa yang ada di kawasan Garut. Bermula dari adanya program pendataan yang dilakukan oleh salah satu bagian dari Pemkab Garut ke desa- desa. Pendataan itu semacam jumlah penduduk termasuk sarana dan prasarana lainnya serta kondisi masyarakatnya.

Tersebutlah, rombongan petugas dari Pemkab Garut itu tiba di salah satu desa yang agak jauh dari ibu kota Kabupaten. Seperti biasa rombongan diterima dengan baik oleh Pak Kades berikut jajarannya.Senyum akrab dan keramahan sebagai orang desa diperlihatkan di desa tersebut. Malah tidak hanya oleh Pak Kades berikut pamongnya, tetapi warga setempat turut “ ngabageakeun “.

Setelah berbasa – basi dan ngobrol seadanya, barulah rombongan pendataan itu memulai tugasnya dan langsung diutarakan kepada Pak Kades. Tentu saja dengan tidak terlepas dari senyum, Pak Kades mengiyakan dan menyatakan siap untuk memberikan data tentang keadaan di desanya secara utuh tidak akan terlewat sekecil apapun yang diperlukan oleh rombongan tersebut.

Hanya ? dalam hal memberikan keterangan ini nampaknya Pak Kades perlu ada pendamping. Ini entah apa penyebabnya, mungkin saja Pak Kades ini ingin terlihat lebih berwibawa di mata para petugas pencatat, atau pula memang, ia sama sekali tidak menguasai data potensi yang ada di daerahnya. Hanya sekretaris desa lah yang paling tahu, karena dia orang lama dan memang bekerjanya selalu dengan data serta pelayanan terhadap masyarakat.

Misalnya salah satu contoh ketika ada pertanyaan berikut ini :

“ PakKades, berapa luas desa ini “, tanya salah seorang petugas pencatat.

“ Aduh pak..ini mah...yang akan menerangkan adalah ulis( juri tulis/sekretaris desa)...Lis...Lis coba ni jelaskan “, jawab Pak Kades sambil unggut – unggutan.

Juru tulis yang akrab dengan dengan panggilan ulis itu, tidak ragu – ragu, ia menjelaskan secara gamblang bak air terjun yang jatuh dari tebing ke kali, mengalir terus tanpa ada hambatan. Tentu saja ini membuat petugas pendataan, gembira.

Pertanyaandemi pertanyaan dijawab oleh Ulis dengan lancar. Mulai luas desa,jumlah penduduk, jumlah sarana dan prasarana yang ada di desa dan mejadi kebutuhan warganya, terperinci diterangkan oleh juri tulis tersebut.

Salah seorang petugas pencatat yang sejak dari awal ia tidak banyak bertanya, mendadak menyodorkan pertanyaan pendek sekedar untuk melengkapi keberadaan status sosial masyarakat yang ada di desa itu.

“Pak Kades..kalau di desa ini jumlah perempuan yang menyandang predikat janda ada berapa orang “, tanya petugas serius.

“ Kalau yang itu saya bisa menerangkan seluruhnya “, tukas Pak Kades tanpa melihat ke juru Tulis yang terkesan kerung karena mungkin belum pernah mendata masalah tersebut, atau Pak Kades mendahului sebelum dia akan menjawabnya. Pak Kades dengan lancar menyebutkan satu persatu janda tanpa menoleh ke kanan dan kekiri.

“ Dasarini mungkin untuk masalah janda..mah paling hapal dan pertama yang diketahui ketika berhasil terpilih menjadi Kepala Desa “,ujar salah seorang petugas dengan senyum.

Pak kades mendengar celotehan dari pendata itu, ia tersenyum simpul malu – malu sambil menjawab.

“ Ini dikarenakan yang paling banyak mendukung disaat kampanye adalah mereka..pak “, imbuhnya dengan pelan hampir tidak terdengar oleh perangkat desa.- ***


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun