Mohon tunggu...
Jayaman Wibowo
Jayaman Wibowo Mohon Tunggu... Guru - Berbagi ilmu dan menjaga silaturahmi

Jayaman Wibowo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Aksi Nyata 3.1: Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

3 Juni 2021   07:35 Diperbarui: 3 Juni 2021   07:51 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto 2. Home visit ke2 di rumah murid sambil mengisi Surat Perjanjian. / dokpri

Berikut ini 9 tahapan pengambilan dan pengujian keputusan yang saya lakukan :

  • Mengenali nilai-nilai yang bertentangan dalam hal ini adalah adil dengan tak memberi nilai atau diberi nilai karena kasihan.
  • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini: murid, orang tuanya, guru-guru di sekolahnya dan murid-murid lainnya.
  • Mengumpulkan fakta yang relevan : Murid tersebut tidak pernah mengumpulkan tugas belajarnya dan tidak mengikuti PJJ sebagaiman mestinya
  • Melakukan pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan Koran dan uji panutan. Kesimpulannya tak da pelanggaran hukum maupun moral tetapi saya tidak merasa nyaman jika murid tersebut sampai dikeluarkan oleh sekolah dan masuk berita di koran.
  • Pengujian paradigm benar lawan benar yakni rasa keadilan lawan rasa kasihan dan jangka pendek lawan jangka panjang.
  • Melakukan prinsip resolusi dengan berpikir berbasis rasa peduli
  • Investigasi opsi trilema : Mencari teman dekatnya waktu di kelas 7 untuk sama sama berangkt ke sekolah dan juga mengerjakan tuags LKPD secara bersama dirumahnya.
  • Buat keputusan : tetap memberikan nilai rapor kepada murid yang bersangkutan dengan catatan harus tetap mengumpulkan tugas minimal satu.
  • Lihat lagi keputusan dan refleksikan. Meminta rekan sejawat dalam hal ini guru BK untuk bersama-sama melakukan refleksi terhadap kasus dilemma etika tersebut.

Setelah saya temukan fakta di lapangan dan analisa dilema etika nya, saya kemudian berkoordinasi dengan guru Bimbingan Konseling (BK) untuk merumuskan keputusan yang diambil sekolah secara tepat. Akhirnya, minggu depan nya saya bersama guru Bimbingan Konseling kembali home visit ke rumah murid tersebut, hal ini dilakukan karena ternyata murid tersebut amsih saja tidak ke sekolah padahal sudah saya home visit ke rumahnya. Kami ke rumah murid tersbut dan bisa bertemu dengan kedua orang tuanya beserta kaka nya. 

Dalam kondisi terbsut, saya menceritakan kembali alasan murid tidak ke sekolah padahal ayahnya sudah ke sekolah untuk melakukan konseling bersama, tapi si murid ternyata bernagakt dari rumah tapi tidak ke sekolah. Dengan keadaan itu, sang ibu langsung menangis karena anaknya sendiri melakukan pembohongan ke kedua orang tuanya dengan membolos sekolah. 

Dalam situasi yang sedih dan terharum sya coba menenangkan kedua orang tua dan murid terebut, dengan tetap mengaja murid untuk kembali sekolah. Akhirnya, guru BK menyodorkan surat perjanjian ke murid terbsut dan dibacakan secara seksama agar bisa didengarkan oleh kedua orang tuanya.

Foto 2. Home visit ke2 di rumah murid sambil mengisi Surat Perjanjian. / dokpri
Foto 2. Home visit ke2 di rumah murid sambil mengisi Surat Perjanjian. / dokpri
  •  Perasaan (feelings) 

Perasaan saya ketika harus mengambil keputusan tersebut lebih dominan kepada rasa iba dan kasihan dibandingkan dengan bahwa saya harus bersikap adil. 

Murid ini seyogyanya masih bisa dibina dan diarahkan ke lebih baik lagi jika adanya kerja sama antara pihak keluarga dan sekolah. Dia hanya kurang perhatian kasih sayang di rumah dan pergaulan teman sejaawat yang kurang baik . Semoga setalah pengambilan keputusan ini dia bisa berubah dan tetap bisa berangkat ke sekolah lagi.

  • Pembelajaran (findings)

Pembelajaran yang didapatkan dalam aksi nyata pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran ini adalah bahwa mengambil keputusan tidak bisa berdasarkan pada kondisi murid di sekolah semata, tapi juga perlu dikethaui lebih lanjut kondisi keluarga murid ya ng menyebabkan murid tersebut tidak berangkat sekolah. 

Data dan fakta dari rumah dan diintegrasikan data di sekolah, untuk pengambilan keputusan. Kesemuanya itu agar kita dapat mengambil keputusan yang berdampak baik pada semua pihak dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, etika dan moral.

  • Penerapan ke depan (future)

Dalam setiap menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan murid dan sekolah dan berbagai permahalan lainnya yang harus diambil keputusan yang mengandung dilema etika harus mempertimbangkan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip rosolusi dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun