Mohon tunggu...
Jay Akbar
Jay Akbar Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Sejarah Universitas Diponegoro Semarang. Saat ini bekerja sebagai wartawan di salah satu media nasional. Meminati kajian sejarah, budaya, dan militer. @wijayakbar http://jayakbar.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lapangan Tahrir Bundaran HI ala Mesir

7 Oktober 2013   07:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:53 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nuansa politis Tahrir langsung dirasakan saat saya mengikuti perjalanan kerja Komisi I DPR di Kairo Mesir, Selasa (27/11) waktu Kairo. Banyaknya demonstran memaksa kendaraan yang kami tumpangi menuju gedung Parlemen Mesir berputar haluan. Beruntung tak ada bahaya yang menghampiri kami.

Mayoritas pengunjuk rasa adalah pemuda mahasiswa yang menolak dekrit Presiden Muhammad Mursyi. Bagi pengunjuk rasa, dekrit Mursyi inkonstitusional dan hanya bertujuan melanggengkan kekuaasan Mursyi.

Mereka meneriakan yel-yel anti-Mursyi sembari mengibarkan bendera Mesir. “Syaab yuriid isqaath an-nidham (rakyat ingin menurunkan pemerintah),” teriak para demonstran, Selasa.

Menjelang malam hari, suasana di Tahrir semakin ramai. Warga Mesir yang pada siang hari sibuk bekerja turut membaur dengan pengunjuk rasa. Namun tak semua datang untuk berujuk rasa.

Banyak juga yang ke Tahrir sepulang kerja hanya ingin sekadar melihat-lihat suasana. Beberapa kali saya mendapati pemuda-pemudi Mesir asyik menyaksikan demonstrasi sembari berfoto ria.

Di sekitar para demonstran juga banyak masyarakat Mesir yang mencoba mencari peruntungan. Mereka menggelar lapak dagangan menjajakan buah, pakaian, bendera Mesir, dan aneka barang khas Mesir. Sekilas, bila dilihat tanpa tendensi politis, suasana malam di Tahrir lebih mirip pesta karnavalnya rakyat Mesir.

“Unjuk rasa hari ini berbeda dengan unjuk rasa menurunkan Mubarok,” kata Amir mengakhiri obrolan.

Artikel ini pernah dipublikasikan di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun