Mohon tunggu...
Jay Akbar
Jay Akbar Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Sejarah Universitas Diponegoro Semarang. Saat ini bekerja sebagai wartawan di salah satu media nasional. Meminati kajian sejarah, budaya, dan militer. @wijayakbar http://jayakbar.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dari Idul Adha Lahir Cakrabirawa

5 Oktober 2013   22:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:56 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istana Merdeka 14 Mei 1962. Pagi itu umat Islam memadati lapangan istana untuk melaksanakan Ibadah Shalat Idul Adha. Di sana hadir Presiden Sukarno, para menteri, dan para pejabat tinggi negara. Tak ada suasana ganjil hingga ibadah shalat digelar. Namun tiba-tiba ketika para jamaah tengah melakukan ruku seorang pria berteriak mengumandangkan takbir. Cepat-cepat dia mengeluarkan pistol dan menembak ke arah Presiden Sukarno.

"Dor...!" tembakan pertama meleset sasaran dan malah mengenai Ketua DPR GR, Zainul Arifin.

"Dor...!" yang kedua juga meleset.

Itulah salah satu peristiwa percobaan pembunuhan yang dialami Sukarno. Berbeda dengan peristiwa serupa yang pernah terjadi sebelumnya, percobaan pembunuhan kali ini memberi efek kejut luar biasa bagi Sukarno maupun para pengawal di sekitarnya.

Betapa tidak? lingkungan istana yang mestinya menjadi tempat paling steril dan aman bagi presiden, ternyata bisa disusupi orang bersenjata. "Orang-orang muslim termasuk Sukarno sedang sujud di lapangan rumput depan Istana Merdeka, khusyuk menjalankan perintah-Nya. Tiba-tiba terdengar tembakan bertubi-tubi. Ini perbuatan satu orang laki-laki dengan maksud jahat," kenang Sukarno dalam autobiografinya, Sukarno Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams.

Mantan Komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP) Sukarno, Ajun Komisaris Besar Polisi Mangil Martowidjojo menceritakan detik-detik peristiwa mencekam itu. Menurut Mangil sehari sebelum peristiwa penembakan terjadi dia mendapat kabar dari Kapten CPM Dahlan yang bertugas sebagai komandan pengawal Istana. Dahlan mengingatkan Mangil berhati-hati karena ada informasi yang menyebut kelompok Darul Islam akan melakukan percobaan pembunuhan terhadap Sukarno.

Informasi Dahlan ditindaklanjuti Mangil. Dia segera memeriksa daftar kegiatan Sukarno selama satu pekan ke depan. Intuisinya sebagai pengawal presiden memperkirakan percobaan pembunuhan bakal terjadi pada Hari Raya Idul Adha. Hal ini karena menurut Mangil pada saat itulah penjagaan terhadap presiden lebih terbuka dan longgar. "Sebab dalam acara tersebut pintu istana akan dibuka, semua orang bisa masuk, asal menunjukan undangan. Bentuk undangannya sendiri sangat sederha sesuai teknologi masa itu, distensil hingga memang gampang sekali dipalsukan," cerita Mangil dalam  buku H. Mangil Marto Widjojo: Kesaksian Tentang Sukarno 1945-1967.

Memasuki hari "H" Mangil bersiap. Dia menyamar dengan memakai sarung, baju koko, dan kopiah. Saat shalat hendak dilangsungkan, Mangil memilih mengawasi keadaaan. Dia berdiri enam langkah di depan Sukarno didampingi wakilnya Inspektur Polisi Soedio. Keduanya menghadap ke jamaah. Peristiwa penembakan itu berhasil digagalkan lantaran Mangil keburu menangkap gerakan "ganjil" si penembak.

"Terdengar beberapa kali bunyi tembakan. Bapak tidak kena, karena tubuhnya berada di bawah saya. Bersama Soedarso, beliau segera saya seret agar secepatnya bisa mejauhi lokasi. Soedio berjalan mundur sambil memegang pistol, menghalau mereka yang mungkin coba mengikuti," kata Mangil.

Dari hasil penyelidikan lelaki nekad yang mencoba membunuh Sukarno mengaku gagal mengenai target

lantaran melihat ada dua bayangan Sukarno. Atas perbuatannya lelaki itu kemudian dijatuhi hukuman mati. Namun ketika surat eksekusi diajukan kepada Sukarno, Sukarno menolak menandatanganinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun