[caption id="attachment_259063" align="aligncenter" width="478" caption="Sang Pelindung (himanshu-guru.blogspot.com)"][/caption] Usai membaca postingan teman Kompasioner, mbak Geutrida Malthida tentang film mafia-mafiaan, tiba-tiba saja ingin menambahkan tulisan tentang sebuah film mafia yang amat legendaris dan kesohor "The Godfather". Yups, film kuno, bikinan tahun 1972, tapi menurut AFI (American Film Institute), 2007, film ini dinobatkan diperingkat ke 2 sebagai 100 film terbaik sepanjang jaman. Ada sih niat untuk memposting resensi tentang film di peringkat pertama daftar itu, Citizen Kane yang dibuat tahun 1941, yang disutradarai oleh Orson Welles itu. Tapi pastinya di forum ini tidak banyak yang tahu. Dan yang paling penting, saya juga belum nonton...... Film ini berjenis komedi,.......eh salah ding, action!. Dari awal sampai akhir darderdor mulu, darah bersimbah dimana-mana. Tapi berbeda dari jenis film action lain, yang biasanya kita tonton dengan gak pake mikir. Di film ini otak kita gak bisa istirahat, apalagi parkir di kantong, terus sibuk mikir merangkai adegan demi adegan. Capedeh! Film ini memboyong 3 Piala Oscar, masing-masing untuk kategori Best Picture (Film terbaik), Best Actor (Marlon Brando) dan Best Adapted Screenplay (Mario Puzzo, FF Coppola dan Robert Towne). Serta menjadi nominator untuk masing-masing 3 Supporting Actor (Al Pacino, James Caan dan Robert Duvall) dan Director (Francis Ford Coppola). Al Pacino sebenarnya amat pantas untuk menang, tapi sayang tahun itu dia kalah bersaing dengan Joel Gray di film Cabaret yang bermain lebih bagus. Pacino memang terkenal sebagai aktor spesialis nominasi Piala Oscar,  sampai benar-benar memenangkannya di film Scent of A Woman 1992. Jiaaaaaah, ngelantur......, hobby sih! Akting Marlon Brando memang istimewa. Meskipun tidak tampil mendominasi keseluruhan film, tapi dia amat berhasil menghidupkan sosok "Don" Vito Corleone. Untuk menunjang penampilannya itu, dengan inisiatif sendiri, dia mengganjal mulutnya dengan kapas, agar pipinya kelihatan tembem dan melorot. Penampilannya memang benar-benar memperlihatkan seorang veteran yang layak pensiun, tapi harus tetap memimpin "keluarganya" agar tidak tumpas ditelan jaman. Penampilannya yang dingin, ekspresinya ketika menangis didepan rapat para Cappo karena kematian putra sulungnya, amat luar biasa. Kita seketika mampu melupakan yang tampil di film itu bukannya Brando, tapi memang seorang Godfather betulan...... Ringkasan Cerita. Film dibuka dengan adegan pernikahan putri satu-satunya sekaligus anak bungsu Don Vito. Constanza "Connie" Corleone (Talia Shire) dengan Carlo Rizzi (Gianni Russo). Penonton diajak berkenalan dengan anak-anak Vito yang lain. Santino "Sonny" Corleone (James Caan), si sulung yang temperamental, putra mahkota yang diharap akan menggantikan ayahnya,  Alfredo Corleone (John Cazale), si tengah yang gak terlalu cerdas, tokoh terlemah dinasti Corleone, Michael Corleone (Al Pacino), pahlawan veteran PDII, si pintar yang ogah bersinggungan dengan bisnis keluarga, yang datang sebagai tamu bersama pacarnya Kay Adams (Diane Keaton), serta anak angkat Vito, Tom Hagen (.Robert Duvall) satu-satunya "keluarga" yang non-Sisilia. Penonton kemudian diajak berkenalan dengan cara kerja para mafioso itu melalui seorang penyanyi, Johny Fontaine. Tokoh ini minta tolong kepada sang Don untuk membantunya membujuk seorang sutradara film agar memberinya peran dalam film terbarunya. Apa mau sang Sutradara menolak dan tidak takut akan ancaman para mafia itu. Esok paginya sang Sutradara bangun pagi dan menemukan kepala kuda kesayangannya yang ditaruh dibawah selimutnya..... Penonton kemudian diajak mengenal sosok Don yang tua yang tergagap-gagap menyikapi kemajuan, tapi tegas menolak bekerjasama dalam bisnis narkoba. Penolakan ini mengakibatkan percobaan pembunuhan atas dirinya, walaupun gagal. Percobaan pembunuhan kedua dilakukan ketika Michael berada di rumah sakit untuk menengok ayahnya. Berkat kecepatan berpikir dan bertindak, Michael berhasil menyelamatkan ayahnya. Upaya pembunuhan kedua ini membuat Michael memutuskan untuk berdiri membela keluarganya. Perang antar gang pun pecah. Michael melarikan diri ke Sisilia setelah membunuh seorang polisi korup dan seorang pemimpin pihak lawan.  Sonny kemudian tewas diberondong peluru. Don Vito pun melunak, dan bersedia bekerjasama asal Michael tidak diganggu dan bisa pulang kerumah. Dibawah bimbingan ayahnya yang kesehatannya tidak bisa pulih, Michael tumbuh menjadi tokoh penerima tongkat estafet. Tutur katanya yang lembut dan sikapnya yang halus benar benar menjadi topeng yang sempurna untuk melunakkan isterinya yang sebenarnya enggan hidup dalam kejahatan. Setelah meninggalnya Don Vito karena serangan jantung, Michael membabat habis lawannya satu persatu. Sementara dia bertindak sebagai Bapak Pembaptis untuk keponakannya, anak buahnya membantai ayah si anak, Carlo dengan sadis. Dan "keluarga" pun berhasil eksis kembali.  Ketokohan Don Vito sempurna dilanjutkan penerusnya. [caption id="attachment_259065" align="aligncenter" width="400" caption="Sang Penerus (hollywood.com)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H