Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kenangan Tertinggal Usai Nonton Konser 'The Legend' 16 Oktober 2011

21 Oktober 2011   09:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:41 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mestinya tulisan ini harusnya saya posting hari Minggu malam atau Senin pagi kemarin. Apamau, foto yg saya ambil pake hape, hasilnya blur semua, bikin patah hati. Ah, ya sudahlah, daripada kenangannya dibuang, toh ya tulisan saya juga sama gak mutunya, dari dulu juga.... Critanya, hari Minggu siang 16 Oktober 2011 itu saya sedang menunggu kantuk sambil berkompasiana-ria. Eh, ada tetangga nelpon "Nonton konsernya God Bless yuk?". Siapa yang gak mau coba? Udah gratisan, antar jemput pula pulang pergi, wah...... Dan berangkatlah kami bertiga ke gedung Tenis Indoor Senayan. [caption id="attachment_259044" align="aligncenter" width="396" caption="(metrotv.com)"][/caption] Ternyata bukan hanya Konser God Bless saja, tapi judulnya "The Legend in Concert", penampilan sembilan band terkemuka di Indonesia jaman 70-80an. Acara yang disponsori sebuah stasiun televisi swasta ini mempertemukan band-band legenda Indonesia dalam satu panggung:  Koes Plus, God Bless, The Rollies, Favorite's, Panbers, Bimbo, PSP, Usman Bersaudara serta D'Lloyd . Hal yang belum pernah terjadi sejak mereka di puncak kejayaannya. Kami yang sampai di tempat acara sekitar jam 16.30 hanya sempat menyaksikan lagu terakhir Panbers. Meskipun dilantunkan dari kursi roda, suara Benny Panjaitan masih utuh dan kuat. Lengkingan biola Henri Lamiri amat kuat menghidupkan musik Panbers yang malam itu berdentum menggetarkan dada.. Penampil kedua adalah Favorite's Group yang hanya menyisakan personil asli Mus Mulyadi, Mamiek Slamet, serta bassist Harry Toos. Padahal ketika di puncak kejayaanya Mus dan Mamiek gak pernah tampil bersama (Mamiek menggantikan Mus yang mundur dari Favorite's).  Suara Mus masih utuh, juga cengkok keroncongnya yang amat khas itu. Hitsnya "Mawar Berduri" membuat saya sejenak teringat betapa pedihnya tertusuk duri "sekuntum mawar" di tahun 1972 dahoeloe kala. Trio Bimbo + Iin yang tampil berikutnya tidak meninggalkan kesan. Meskipun suara dan tampilan Bimbo masih prima, aransemen yang ditampilkan Widya Kristanti tidak menampilkan sesi gitar milik Sam, Acil dan Jaka.  Pilihan lagunyapun: Abang Becak, Tante Sun, Adinda serta Antara Kabul dan Beirut gak terlalu cocok buat kuping saya yang jauh lebih suka lagu lembut Bimbo bikinan Taufik Ismail atau Iwan Abdurahman. Jeda yang cukup lama usai penampilan Bimbo, membuat teman saya keluar, tapi balik gak lama kemudian sambil berbisik: "G-Plug diluar....." Hurra, bergegas kami ke panggung outdoor, nonton, teriak dan berjingkrak lupa umur, ikut menyanyikan hits The Beatles yang dibawakan 90% persis aslinya. Setelah G-Plug, kami kembali ke panggung utama dan sempat menyaksikan penampilan Rollies, salah satu band favorit saya selain God Bless dan SAS. Meskipun mengusung foto besar personil Rollies yang telah tiada: Gito, Bonny dan Delly (dan melupakan Dedy Stanzah, sang pendiri), personil asli Rollies hanya tersisa Iskandar dan Benny Likumahuwa. Meskipun juga masih ada personil New Rollies; Uce F. Tekol, Didit Maruto dan Jimmy Manoppo, musiknya tidak lagi dapat saya kenali. Aransemen baru dan penampilan vokalisnya (meskipun amat mirip dengan Delly dan Gito) merusak semua imaji tentang kedahsyatan Rollies yang dulu. Bahkan "lagu kebangsaan" Rollies "Gone Are the Songs of Yesterday" yang amat lembut itupun berubah jadi gahar. Penampil berikutnya adalah Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks yang masih impresif . Meskipun kini mereka bukan lagi mahasiswa (tapi mahatua), tapi  celetukannya tetap segar dan cengengesannya tetap orisinal. Mereka menampilkan lagu-lagu legendarisnya antara lain; Fatime, My Bonnie dan Siksa Kubur. Kami melewatkan penampilan Usman Bersaudara, dan kembali keluar menunggu Acid Speed Band menutup acara di panggung outdoor. Spesialis Rolling Stones ini memulai penampilannya dengan lagu "Satisfaction" dengan Rico sang vokalis yang menyanyi diantara penonton. Ketika ada mike disodorkan, tak ragu lagi, tak ingat umur, langsung saja nyamber "Ojo digetnooooo......". Tak jauh dari tempat kami berdiri, kami melihat mantan menteri Adhyaksa Dault turut berjingkrak sambil teriak "Brown Sugar, how come U taste so good haa..., yeah, yeah, yeah, huuuuuuuu........" Kembali ke dalam gedung ber-ac, kami kemudian disuguhi penampilan D'Loyds. Meskipun boleh dibilang tidak suka lagu-lagunya, tapi penampilan mereka malam itu cukup apik dan impresif. [caption id="attachment_259045" align="aligncenter" width="391" caption="penampilan God Bless (mediaindonesia.com)"]

13762276602142802967
13762276602142802967
[/caption] Akhirnya God Bless yang saya tunggupun naik panggung. Ahmad Albar (vokal), Abadi Soesman (keyboard). Donny Fattah (bass), Ian Antono (gitar) dan Yaya Muktio (drums) tampil menggebrak tanpa bantuan musik pendukung. Menjilat Matahari, Kehidupan, Bis Kota, Semut Hitam, Syair kehidupan dan lagu pembuka yang tidak saya kenal. Vokal Albar masih lantang, meskipun sudah ngos-ngosan saat lagu terakhir. Gebugan drum Yaya amat bertenaga sehingga tak menyisakan tempat untuk dentingan gitar Ian dan sayatan keyboard Abadi. Ketika lagu lembut Syair Kehidupan dilantunkan dan gebugan bassdrum Yaya berhenti, barulah permainan gitar yang cantik dari Ian Antono bisa dinikmati. Koes Plus tampil sebagai pemuncak sekaligus menutup acara. Meskipun malam itu Yok Koeswoyo tampil menemani Yon Koeswoyo, tapi kemampuannya sudah amat menurun sehingga duet maut Yon&Yok ditahun 60an itu tak lagi tersisa. Lagu "Tul Jaenak" yang biasa dilantunkan Yok, juga nyaris tak terdengar. Kami meninggalkan gedung jam 23.30, sebelum pertunjukan usai, menghindari kemacetan di pintu keluar. Penampil terbaik. Kalaulah dalam pertandingan sepakbola dikenal istilah "man of the match", di konser ini saya dan teman-teman berusaha memilih "Penampil Terbaik", meskipun sangat subyektf. Selain penampilan 9 grup band legendaris dipanggung utama (Indoor Arena), ada 3 penampil di panggung luar (Outdoor Arena) : G-Plug, Acid Speed Band dan Flashback (yang tidak sempat kami nikmati). Ada pula penampilan penyanyi lain yang mengisi jeda antar penampil utama dengan kualitas yang "tidak sembarangan" : Andien, Agnes Monica, Rio Febrian, Saykoji, Anji (Drive) serta Fadly dan Piyu (Padi). Diantara semuanya, kami sepakat memilih penampilan Anji, Fadly dan Piyu sebagai penampil terbaik ketika mereka bertiga membawakan "She Passed Away". Lagu lembut milik God Bless itu didominasi raungan gitar Piyu dan amat kuat ber-aroma "Padi" Kesan yang tertinggal. Malam itu tribune tempat duduk yang berkapasitas 6.000an orang itu terisi setengahnya, ditambah kerumunan penonton berdiri di depan panggung. Kami yang mondar-mandir keluar masuk pindah-pindah panggung, harus merelakan tempat duduk kami di tribune untuk diisi orang. Setengah dari sisa pertunjukan harus kami lewatkan dengan berdiri. Penonton di dominasi oleh kaum "setengah baya" (istilah eufemisme untuk tuwir!) yang gak ada malunya ikut teriak-teriak dan berjoget, biarpun lagunya melo...... (disorot kamera teve, tau!). Kenyamanan penonton pun cukup baik. Gedung yang ber-ac, penerangan gedung yang tidak dimatikan tanpa mengganggu penerangan panggung, sehingga memudahkan kami untuk keluar masuk. Panitia sudah bekerja keras memperbaiki akustik gedung dan meng-organisir pertunjukan. Praktis tidak ada waktu jeda yang tidak perlu antar pergantian penampil di panggung. Hal yang biasanya membuat jemu penonton. Sayangnya, sistim tata suara yang dipergunakan kurang sempurna. Biarpun kencang dan menggetarkan dada, tapi hanya bass dan bassdrum yang dominan, menghempaskan detil halus dentingan gitar dan vokal penyanyinya. Jadi rindu akan sound system djadoel  ex LASIKA yang dipergunakan band-band panggung di era 70-80an itu. Keras menggelegar, tapi petikan gitar Sunatha Tanjung, tiupan lembut flute Benny Likumahuwa serta desah napas Gito Rollies amat jelas terdengar di kuping. Panitia juga cukup tanggap menyediakan dukungan band dan aransemen baru. Mungkin untuk mengantisipasi penampilan grup band yang tidak lagi utuh personilnya. Tapi kemudian kesannya seperti nonton Widya Kristanti Band dengan para bintang tamu personil band legendaris itu. Hilang sudah ciri khas masing-masing band yang menguasai jagad musik Indonesia ketika itu. Umur memang gak bisa ditipu.........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun