Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hingarbingar Panggung Musik Rock Indonesia 1970an (2)

13 Juli 2011   09:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:42 2363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_118582" align="aligncenter" width="502" caption="Superkid in action (sumber: musicforlife.com)"][/caption] *

The Peels, Sharkmove dan Giant Step.

The Peels atau Peels saja lahir di Bandung tahun 1966 (bahkan lebih dulu dari AKA dan Rollies) diawaki oleh Benny Subarja (gitar, vokal), Gumilang Kencanaputra (Gugum-bass), Budhi Sukma Garna (Buce-gitar, vokal) dan Dedi Budiman Garna (Deddy-drums). Tahun 1967 formasi ini bertambah dengan masuknya Soman Lubis (keyboard). [caption id="attachment_118601" align="alignleft" width="308" caption="(sumber: 1.bp.blogspot.com)"]

13103113651591945852
13103113651591945852
[/caption] Kemampuan musikalitas grup ini sama sekali tidak di bawah AKA atau Rollies (atau God Bless, kemudian). Karena hadirnya 2 gitaris itu, lagu mereka sangat didominasi raungan gitar. Meskipun demikian, aksi panggung Soman Lubis yang sangat energik pada keyboard-nya menjadi sajian tersendiri. Nomor-nomor Uriah Heep "July Morning", "Sunrise" atau Black Sabbath "Paranoid", "Ironman" sangat dahsyat ditampilkan. Usai sukses dan rekaman di Singapura, grup ini bubar tahun 1969. (Data ini versi Wikipedia. Tapi seingat saya, saya masih nonton penampilan grup ini tahun 1972 dalam formasi lengkap). Benny Subarja dan Soman Lubis kemudian mengibarkan Shark Move bersama Bhagu Ramchand (vokal), Sammy Zakaria (drum) dan Yanto Diablo (bass). Grup ini berada dijalur yang berbeda dengan The Peels.  Shark Move membawa aliran "art-rock"  (atau Classic Rock kata saya dan Progressive Rock kata mas Trihito). Mereka amat piawai membawakan nomor-nomor King Crimson seperti "Epitaph ".  Album perdana dan satu-satunya grup maut ini adalah Ghede Chokra's (Great Session) 1973.  Album ini di peringkat ke 94 dari 150 Album Indonesia Terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia. Dengan modal dari Bhagu Ramchand sang vokalis, yang juragan tekstil di Pasar Baru-Bandung, album ini direkam dengan biaya sendiri di Musica Studio dalam format piringan hitam  (Tahun 1976  BB records mengedarkannya dalam format kaset, jauh setelah grup ini bubar). Tanpa kekangan dan batasan dari siapapun, lagu-lagu mereka di album ini terasa amat kuat. Tahun 2007,  label  Shaddoks Music asal Jerman merekam ulang album ini dalam format CD dan mengedarkannya kembali. Karena itu,  album ini beredar di dunia internasional. Tengoklah di Amazon.com. Harganya  $16.49/CD ! Grup ini tidak sampai berumur setahun. Pasca hengkangnya Soman Lubis karena ditarik  God Bless 1973, mereka bubar. Benny Subarja merasa tidak mampu meneruskan kiblat musik grup ini tanpa kehadiran Soman Lubis.  (Note: Saya merasa beruntung sempat menyaksikan grup dahsyat ini di panggung ketika promo albumnya, 1973). Lagu yang saya unduh dari Youtube ini judulnya My Life yang jadi andalan di album ini, dan berdurasi 9:05 menit. Durasi yang cukup panjang untuk rata-rata lagu di Indonesia. Meskipun lagu ini hanya rekaman audio saja tapi bisa disimak permainan cantik Soman Lubis, meskipun tidak  mendominasi tapi memberi warna yang amat kuat untuk keseluruhan lagu. (Lagu ini direkam ulang oleh Benny Subarja di album pertama Giant Step, Mark I, 1975,  tapi nuansanya sudah berbeda) Disponsori oleh pemilik Radio Oz,  Bandung, Benny Subarja kemudian membentuk Giant Step. Grup ini dikenal karena sering bongkar pasang personil. Formasi yang paling terkenal adalah Benny Subarja (gitar, vokal), Albert Warnerin (gitar), Adhi Haryadi atau terkenal dengan nama Adhi Sibolangit eks The Minstrell's-Medan (bass), Triawan Munaf (keyboard) dan Yanto Sudjono (drums). Grup ini sangat aktif di rekaman dan dipanggung banyak memainkan lagu mereka sendiri. Bubar tahun 1985 seiring surutnya musik rock di tanah air. *

Rhapsodia, Freedom of Rhapsodia dan Freedom.

[caption id="attachment_118815" align="alignleft" width="288" caption="(sumber:kaskus.us)"]

13103995911992267854
13103995911992267854
[/caption] Yang ini juga grup musik asal Bandung. Rhapsodia awal 70an sudah merajai panggung seputar Jawa dengan sajian musik ala Alice Cooper (School's Out), Uriah Heep (Come Away Melinda), Santana (Oye Como Va). Mereka juga amat piawai memainkan musiknya Chicago berkat keberadaan personil yang memainkan alat musik tiup. Setelah formasinya berubah 1972 mereka berganti nama menjadi Freedom of Rhapsodia. Formasi yang paling terkenal dari grup ini adalah Deddy Dores (gitar,vokal), J.Sarwono (keyboard), Utte M.Thahir (bass), Dave Tatuhey (saxophone), Kicky (drums) dan Soleh Sugiarto (Vokal, trumpet). Di panggung penampilan grup ini didominasi oleh aksi Soleh, sang vokalis. Usai masuk rekaman dan meledaknya lagu mereka yang sangat pop dan menya-menye (Hilangnya seorang Gadis karya J. Sarwono, dinyanyikan oleh Deddy Dores), dan hengkangnya Deddy Dores, grup ini berubah nama sekali lagi menjadi Freedom. Perubahan nama ini sekaligus merubah orientasi grup ini dari rock, menjadi pop. Kegundahan menentukan arah dan kiblat musik ini membuat grup ini sama sekali tenggelam. *

SAS.

Trio ini diproklamirkan Desember 1975 dan Januari 1976 sudah membuat publik Jakarta terkesima dengan penampilan mereka di Taman Ria Monas yang dihadiri puluhan ribu fans AKA. Pebruari 1976 mereka tampil di acara ulang tahun majalah remaja dan mendapat pujian luas karena acara itu diliput banyak media . [caption id="attachment_118818" align="alignleft" width="290" caption="(sumber: kaskus.us)"]

13103997041124221005
13103997041124221005
[/caption] Mungkin, keberadaan trio ini langsung dan hampir seketika diterima publik karena kesalahan Ucok juga. Pada banyak kesempatan bersama AKA, setelah menjalankan aksi teatrikalnya Ucok meninggalkan panggung (karena diangkut keluar panggung dan tidak kembali lagi),meninggalkan sisa waktu untuk diisi trio ini. Publik jadi terbiasa menerima AKA tanpa kehadiran Ucok Harahap. Trio SAS ini, seperti juga AKA sangat piawai merencanakan penampilan lagu mereka diatas panggung. Tampilan lagu kencang dan gunjrang-ganjreng macam "Karn Evil 9 "nya ELP (atau setelah mereka punya lagu sendiri "Baby Rock"), biasanya dikombinasikan dengan lagu manis dan lembut. Salah satu lagu lembut yang jadi trade mark SAS yang paling memukau adalah Greensleeves. Lagu berjudul The Lady of Greene Sleeves, atau biasa disebut Greensleeves saja, konon diciptakan oleh raja Henry VIII untuk kekasihnya (yang kemudian dipenggal kepalanya olehnya) Anne Bolleyn *tapi tidak bisa dibuktikan kebenarannya*. Yang jelas lagu ini terdaftar di Stationer's Hall Inggris, sebagai lagu yang dipublikasikan pertama kali tahun 1580. Biasanya lagu ini dibawakan dalam komposisi gitar klasik (Tidak saya temukan yang versi pop-nya).  Entah lagu versi siapa yang dijadikan referensi . Lagu ini adalah unjuk kemampuan Sunatha dengan biolanya dan harmoni vokal yang luarbiasa dari 3 personil SAS itu. Dahsyaaaaat!.  Sayang lagu ini tidak direkam, atau minimal saya tidak menemukan rekamannya. Meskipun pilihan lagu dan kiblatnya berbeda, minimal ada 1 lagu lembut yang sering dibawakan, baik ketika masih di AKA atau ketika bersama SAS. Lagu ciptaan Leonard Bernstein (1957) yang jadi OST film West Side Story, tapi yang diaransemen ulang oleh SAS adalah versi The Brothers Four (1969).  Somewhere (lagu yang sama juga dinyanyikan Phil Collins 1997). There's a place for us, A time and place for us. Hold my hand and we're halfway there. Hold my hand and I'll take you there Somehow, Some day, Somewhere! *

Superkid.

[caption id="attachment_118583" align="alignleft" width="278" caption="(sumber: gwmusic.files.wordpress.com)"]

1310300280771402317
1310300280771402317
[/caption] Grup ini lahir 1976, atas prakarsa Denny Sabri, wartawan senior majalah Aktuil, majalah musik paling bergengsi saat itu. Terdiri dari Deddy Stanzah (bas, vokal), Deddy Dores (gitar, keyboard) dan Jelly Tobing (drums). Karena promosi terang-terangan dan besar-besaran dari majalah itu, hampir seketika nama grup ini melambung ke jajaran elite grup rock di tanah air. Kemampuan masing-masing individu memang di atas rata-rata. Dipanggung, 3 orang ini mampu menunjukkan atraksi sendiri-sendiri yang memukau. Pilihan lagunya pun amat beragam, tidak berkiblat pada grup tertentu.  Mulai Johny Winter yang blues (Free Ride) sampai John Denver yang pop (Leaving on a Jet Plane), dari The Beatles yang  (I Saw Her Standing There) sampai Elton John (Sixty Years On) . Semuanya dibawakan dengan aransemen rock yang kuat dan sangat "Superkid" serta vokal Deddy Stanzah yang slenge'an itu. Tapi mereka memang seniman dan seniman itu memang susah diatur.... Dalam suatu pentas, ketika panggung masih gelap dan tata suara belum selesai disiapkan, tiba-tiba penonton yang berada dekat panggung bersorak. Deddy Stanzah sekonyong-konyong naik panggung, menyalakan amplinya sendiri dan menuju mike terdekat. Teknisi tergopoh-gopoh menyalakan mike-nya dan hanya diiringi gitar 4 dawai itu (pinjam istilah kang Edu), mengalunlah Hey Jude milik Lennon-Mc Cartney, dalam cengkok yang (disengaja secara) full Sunda. Penonton riuh surprised dan memberi apresiasi berupa standing ovation..... (penonton jadul nonton konser rock sambil duduk yah, gak kayak sekarang disuruh berdiri!.....). Lagu Come Back To Me ini adalah karya Deddy Stanzah dan direkam pada album pertama Superkid "Trouble Maker" (1976). Lagu yang sebenarnya sederhana dan syair yang juga cengeng. Tapi Superkid membawakannya samasekali tidak dengan cara yang menya-menye. Perhatikan warna dan timbre vokal Stanzah yang mirip banget dengan Mick Jagger jagoan Rolling Stones itu. Tapi tokoh yang satu ini tidak pernah terjebak menjadi sekadar peniru Jagger. Kalaupun Honky Tonk Woman dan Jumpin' Jack Flash dinyanyikan dipanggung (bahkan juga direkam), aransemennya tetap dengan rasa Superkid yang kuat. Simak juga cara Deddy Stanzah menyanyikan lagu bahasa Inggris yang tanpa aksen Melayu, bandingkan dengan penyanyi latarnya yang Inggrisnya masih medok itu.... Berbeda dengan trio SAS yang menjadi "besar" bersama-sama, trio ini masing-masing sudah menjadi superstar sebelum bergabung dalam grup. Ikatan dalam grup tidak bisa dibandingkan dengan SAS. Karena alasan ini, dan karena ulah Deddy Stanzah yang masih saja bergumul dengan narkoba, usia grup dahsyat ini tidaklah panjang. Tahun 1979 mereka bubar. *

Tambahan.

Usai bubarnya Superkid dan menyurutnya panggung musik rock, Deddy Stanzah masih tampil solo dan merekam lagunya. Lagu Kehidupan karya Jockie Suryoprayogo ini pernah dinyanyikan God Bless (dalam album Semut Hitam 1988). Deddy Stanzah menyanyikannya kembali secara duet dengan pasangan "abadi"nya ketika di Rollies....Gito, dan masuk dalam album kompilasi Deddy Stanzah "Siapakah Aku" 1991. Performa vokal kedua orang ini, kalau merujuk pada keindahan suara ala Broery Marantika atau Vidi Valdiano Aldiano (koreksi dari mbak Deasy), tidaklah bisa dibilang indah. Vokal Gito meskipun ekspresif dan spontan, tapi serak dan seenaknya seolah main-main.  Suara Deddy Stanzah pun terkesan malas-malasan,  slenge'an dan sering telat. Jadi kesimpulannya,  suara 2 orang ini yang menyanyikan lagu ini dengan cara seolah berbalas pantun,  cuma 1 kata yang mampu merefleksikannya.....dahsyat! * Mudah-mudahan Allah memberikan tempat bagi mereka berdua di SurgaNya, atau kalaupun toh mereka tidak di sana, semoga mereka masih tetap nge-rock! ______________________________________________________________________ Masih ada beberapa grup rock yang bagus, misalnya Gipsy (sudah pernah saya tulis di sini), Golden Wings asal Palembang (yang gitarisnya Areng Widodo menjadi pencipta lagu), juga Minstrell's asal Medan yang tidak sempat keluar kandang (tapi Jelly Tobing drummernya dan Adhi Haryadi basisnya namanya mencuat di grupnya masing-masing setelah grup ini bubar). Dan seperti saya sebutkan terdahulu banyak sekali grup musik yang berafiliasi pada aliran rock kala itu, misalnya saja C'Blues (dibaca Seblu-bahasa Sunda berarti belel),  Rasela yang asal Rajawali Selatan, Jakarta, Ternchem asal Solo, Jaguar, Ogle Eyes,  Bentoel asal Malang, Yeah Yeah Boys dari Surabaya. Tapi 4 grup yang telah saya sebutkan ini dan 3 yang saya sebutkan terdahulu,  memang menjadi penguasa panggung rock di Indonesia kala itu...... Salam Rock!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun