Set ketiga Han Jian mencoba meladeni permainan cepat Hastomo dan sempat unggul 0-1, 1-2. Tapi tanpa pindah servis, Hastomo melaju 8-2. Setelah pindah tempat Han Jian mendapatkan 'second wind' dan angka mulai bergeser alot. Pada kedudukan 11-7 untuk Hastomo, tiba-tiba pelatih Tan Yoe Hok berlari menemui Wasit Kehormatan Arthur Jones, memprotes keputusan wasit. Diiringi kilatan puluhan lampu blitz wartawan dan sorakan saling ejek antar supporter, pertandingan terhenti. Meskipun protes ditolak, dan pertandingan dilanjutkan kembali, mood Han Jian menjadi rusak. Hastomo menutup set ketiga ini untuk kemenangannya 15-8. (China 1, Indonesia 1).
Angin segar bertiup kembali, Indonesia membuka peluang. Halo-halo Bandung dan Garuda Pancasila berkumandang tanpa ada yang suruh, tanpa ada yang pimpin.
[caption id="attachment_93170" align="alignleft" width="315" caption="                  si kidal Yang Yang                   sumber: badmintoncn.com"]
Christian yang tampil berikutnya bersama Hadibowo bermain tenang seolah tanpa beban harus menyamakan kedudukan. Sudah diduga, perlawanan He Sangquan/Jiang Guoliang berlangsung gigih. Mereka tahu kalau Hadibowo berada di depan net, ganda kita ini akan "mati angin". Karena itu mereka berusaha mendorong Christian ke belakang sambil menarik Hadibowo ke depan. Tapi mereka kalah pengalaman. Angka ketat berkejaran 3-3, 4-4, 7-7, 10-10, 13-13. Dan  Christian/Hadibowo menyudahi set pertama ini 18-14.
Set kedua ganda China meningkatkan kecepatannya dan ganti menekan. Mereka unggul 0-3, 1-4, 2-7,dan Christian melambatkan tempo 5-7, 7-7 Ganda China tancap gas lagi 7-9. Tapi hanya sampai disitu perlawanan mereka. Dengan sekali servis, Â ganda kita melaju 12-9.
Saat itu smash He dihindari Christian dan keluar.Wasit sudah menyatakan angka untuk pasangan kita, 13-9. Tapi Christian mendatangi wasit, menyatakan bahwa sebelum jatuh di luar lapangan, bola itu sudah menyentuh bahunya lebih dulu. Wasit meralat keputusannya, dan bola berpindah untuk keuntungan He/Jiang 9-12. Sungguh sulit mencari pemain yang bertindak sportif di angka kritis seperti itu. Tapi kemudian He/Jiang justru yang "grogi" dan menyerah 15-10 (Indonesia 2, China 2)
Saat itu sudah hampir tengah malam. Ketegangan merayap sampai ke puncak, menekan setiap orang. Tidak ada lagi penonton yang tahan untuk tetap duduk di kursinya. Offisial, pemain cadangan dan pemain putri Indonesia berdiri rapat bergandeng tangan. Lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan penonton mengiringi King/Kartono masuk lapangan.
Meskipun dua orang ini biasanya lebih suka bermain dibelakang sebagai 'tukang gebuk', tapi Kartono malam itu bermain taktis dalam menempatkan bola di depan jaring. Pengembalian lawan yang melambung menjadi sasaran smash King yang sangat tajam. Pasangan baru ini kelihatan belum padu dan sering dalam posisi sejajar mengadu raket bila bola diarahkan diantara mereka, tapi lawannya juga sama tidak padunya.
Meskipun pertandingannya sangat menegangkan dan angka ketat berkejaran, King/Kartono memang lebih unggul selapis, dan terus menerus unggul. Diiringi gegap gempita supporter Indonesia, King/Kartono akhirnya menang juga straight set 18-14, 15-12.
Supporter Indonesia yang paling-paling berjumlah 3.000an orang dari total 10.000 penonton seketika meledak dalam euforia. Ratusan orang turun dari tribun, berlarian masuk lapangan untuk bermain kejar-kejaran dengan petugas. King terisak dibahu Tan Yoe Hok, Sri Sultan HBIX menghampiri Kartono dan memeluknya, Ivanna Lie bersama Yanti Kusmiati sambil membawa Sang Merah Putih kelihatan berlari melakukan "victory lap" yang gagal diselesaikan karena dihentikan oleh petugas. Malam itu Stadium Negara Kuala Lumpur berubah menjadi Istora Senayan. Penonton tidak mau bubar juga walau upacara penyerahan Piala Thomas telah selesai dan waktu sudah menunjukkan jam 02.30 dini hari. Sebuah peristiwa heroik yang sulit saya lupakan, sampai sekarang!