Tapi Dream Theater membuat ramuan tema album ini lebih baik dari pendahulunya.
Selain alur cerita yang cukup jelas, adanya benang merah di setiap lagu yang "nyambung", juga ceritanya sendiri menarik, dan berbau misteri. Dalam beberapa lagu malah ada dialog antar karakter yang diiringi "sound effect" yang membangun suasana surealistik. Sesungguhnya cerita ini bisa dinikmati tanpa memerlukan visualisasi. Cukup mendengarkan CDnya, dan imajinasi kita akan menuntun masuk kedalam alur cerita. Dalam beberapa hal imajinasi kita malah lebih bagus dari visualisasinya. Ditanggung bulu kuduk bakal meremang!
Ramuan musiknya pun sungguh unik dan lengkap merangkum berbagai gaya rock: speed metal, art & classic, gospel choir dan rock n roll. Lagu-lagunya juga lumayan kompleks, tidak saja menunjukkan kualitas personil yang di atas rata-rata, tapi juga kemampuan puncak sebuah band! Satu lagi yang patut dikemukakan, di album ini ada lagu jagoan Dream Theater "The Spirit Carries On"
(Seperti juga Led Zeppelin tidak mampu lepas dari "Stairway to Heaven", Queen punya "Bohemian Rhapsody", Nirvana identik dengan "Smells Like Teen Spirits", Rush yang juga berarti "Tom Sawyer", Rhoma Irama = Begadang, dsb, dst)
Ringkasan Cerita dalam Album ini
Album dibuka dengan cerita tentang seorang pemuda, Nicholas yang hidup dalam bingkai kekinian (1998) yang sedang menjalani therapi regresi bersama Hypno-therapyst nya. Dalam kondisi trance akibat hipnotis, Nicholas berkenalan dengan seorang perempuan, yang mengaku bernama Victoria Page. "Mimpi" itu ternyata bersambung dalam therapi yang dijalani berikutnya. Pelan-pelan, Victoria makin jelas sosoknya ketika perempuan itu bercerita bahwa dia memang sengaja mencari Nicholas untuk meluruskan cerita yang salah seputar peristiwa pembunuhan atas dirinya, 1928. Nicholas diminta untuk membongkar misteri itu!
Penasaran akan mimpi yang berulang dannyambung itu, Nicholas membongkar arsip di Balai Kota, dan dari koran lama memang terberitakan peristiwa pembunuhan Victoria Page oleh suaminya Julian Baynes dan suaminya menyusul bunuh diri, 70 tahun yang lalu!. Peristiwa ini tidak diusut, karena dianggap peristiwa bunuh diri biasa. Nicholas makin menyadari bahwa tokoh Victoria bukan hanya sekadar mimpi ketika benar-benar menemukan makam Victoria!
Sesi-sesi therapi berikutnya semakin membawa Nicholas larut dalam kehidupan Victoria, kisah kesepiannya bersama suami yang penjudi dan kecanduan alkohol, serta cinta dan nafsunya kepada selingkuhannya, adik suaminya sendiri Edward Baynes yang senator dan sukses secara finansial. Semakin lama Nicholas merasa Victoria bukan orang lain baginya. Dalam perjalanan mimpinya bersama Victoria, dia mampu melihat melalui mata Victoria dan mendapati wajahnya yang terpantul dari cermin adalah wajah Victoria.
Pelan-pelan Nicholas menyadari, dia adalah Victoria yang hidup di masa kini!
Suatu saat ketika Victoria bertemu Edward di tempat mereka biasa berselingkuh, Julian menangkap basah mereka. Karena terpojok, Edward menembak mati Victoria dan melalui matanya sendiri, Nicholas menyaksikan Edward kemudian membunuh kakaknya, meninggalkan pistolnya di tangan kakaknya dan melaporkan peristiwa ini sebagai bunuh diri karena cekcok dalam rumahtangga.
The Spirit Carries On.