Mohon tunggu...
jaya eskaem
jaya eskaem Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kreator Digital

sampai saat ini saya sendiri masih sangat sulit untuk mendeskripsikan saya ini termasuk orang yang seperti apa...cuma menurut kuis yg saya ikuti difacebook katanya saya ini orangnya baik, pinter, lucu, cuek, apa adanya dan suka menolong orang lain he3....setelah sekian lama hanya bisa menjadi penikmat terhadap tulisan2 dikompasiana yang menurut saya sangat berwarna, saya kemudian tertarik untuk bergabung...semoga saya bisa memberi warna yang lain dikompasiana ini..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Indonesia Tanpa Kelaparan di 2030

17 November 2022   10:59 Diperbarui: 17 November 2022   11:00 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Author : Eny. S.Kep

(Mahasiswa Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin)

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam. Bagaimana Indonesia yang kaya akan sumber daya alam yang begitu melimpah ternyata rakyat mengalami kelaparan tertinggi menduduki peringkat ke-3 AESAN. Menurut data index global hunger prevalensi kelaparan pada tahun 2015 terdapat 22,1 , tahun 2016 terdapat 22,9%, pada tahun 2017 terdapat 22%, pada tahun 2018 terdapat 20,1%, dan 19, 1% pada tahun 2020.
Kelaparan membutuhkan perhatian yang khusus dari pemerintah pusat maupan pemerintah daerah dalam menyelesaikan masalah kelaparan tersebut, karena menyakut dengan kesejahteraan negara. Hal tersebut juga di ungkapkan oleh (Mone and Utami, 2021) bahwa permasalah sosial perlu perhatian yang khusus dari pemerintah hal tersebut tertuang dalam melalui pembentukan Undang-Undang (UU) No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Permasalahan -- permasalahan sosial yang dialami masyarakat Indonesia antara lain kelaparan, kemiskinan, tingkat kriminalitas, tingkat pendidikan yang rendah, penggangguran dan masih banyak lagi. Dimana kelaparan disebabkan oleh beberapa factor yang dapat mempengaruhi i tejadinya kelaparan seperti kemiskinan, penggunaan lingkungan yang melebihi kapasitas, ketidakstabilan sistem pemerintahan, diskriminasi dan ketidakberdayaan seperti pada anak-anak, wanita, dan lansia.
Menurut (Index, 2019) untuk memberikan score GHI menilai empat indikat yaitu prevalensi stunting, asupan nutrisi utrisi cukup, penelantaran anak, dan kematian anak. Tetapi angka kelaparan pada Indonesia mulai menurun dari tahun 2020 sampai 2021 yaitu sebesar 17,9. Meskipun sudah mengalami penurunan angka kelaparan Indonesia masih tinggi peringkat 3 ASEAN hal tersebut disebabkan oleh prevalensi stunting yang masih tinggi. Sehingga pemrintah indonesia sekarang gencar sekali membahasa mengenai progam penurunan prevalensi stunting. Kemudian di nilai dari asupan nutrisi yang mana proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum di bawah 1400 kkal/kapita/hari. Proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum di bawah 1400 kkal/kapita/hari di Indonesia masih cukup tinggi dan terus mengalami peningkatan dari tahun 2017 hingga 2019.
Dalam menyelesaikan masalah kelaparan pemerintah melakukan strategi berkelanjutan sitem pangan terdapat Sembilan rekomendasi pangan berkelanjutan indonesia yaitu : Mengarusutamakan Indonesia Sustainable Food System (ISFS) menuju Kebijakan Pemerintah, Mengoptimalkan pemanfaatan plasma nutfah pangan lokal dan menjamin ketersediaan lahan dan air untuk pangan, Menjamin akses inklusif terhadap pangan darat dan air, termasuk hutan dan laut sebagai sumber pangan, Memberdayakan konsep produksi berkelanjutan dalam pengumpulan, budidaya, pengolahan dan pengelolaan, penyimpanan dan cadangan, serta logistik dan distribusi pangan, Menjamin keragaman produk budidaya pangan pokok dan menjamin kualitas dan kesehatannya, Pengembangan jaringan lumbung (real dan virtual) berbasis kearifan local,  Memastikan terwujudnya harga pangan yang adil pada setiap rantai nilai.,Menjadikan konsumsi pangan berkelanjutan sebagai top of mind dan gaya hidup masyarakat Indonesia, Menerapkan hirarki manajemen food loss and waste secara konsisten pada setiap tahap food life cycle untuk mencegah dan meminimalkan jumlah food loss and waste (Tranggano et al., 2019)

Tulisan ini merupakan pemenuhan tugas mata kuliah kebijakan dan manajemen kesehatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun