Mohon tunggu...
Jayadi Umsohi
Jayadi Umsohi Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

S1 Management Informatika S1 Psikologi Industri Organisasi S2 Management SDM

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seberapa Bersih Perjalanan Politik Kita

6 September 2023   10:36 Diperbarui: 6 September 2023   10:41 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah seseorang yang akan berkarir di politik harus membutuhkan biaya secara pribadi, atau tidak? disini juga akan dibandingkan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan dengan penghasilan (secara sah/legal) yang didapat secara pribadi.
Apakah ada kaitannya dengan para sponsor (bila tidak mengeluarkan secara pribadi), apabila nanti terpilih dan dilantik dalam bentuk fasilitas, pemberian proyek pemerintah, atau lainnya.
Apakah di dalam pemilihan umum yang dilakukan, penyelenggara terbebas dari benturan kepentingan (bersikap Independen) untuk memenangkan calon tertentu. Dan hal ini harus dibuktikan seberapa banyak pelanggaran yang dilakukan seperti apakah ada manipulasi data pemilih, penggelembungan/penggembosan jumlah suara pemilih dll.
Masih banyak lagi kasus lainnya.
Selama faktor2 yg disebut diatas (adalah contoh) dan masih banyak lagi, belum bisa dijawab maka Penilaian seberapa Bersih atau kotornya politik di Indonesia masih belum bisa disebutkan, karena tidak atau belum adanya suatu tolak ukur yang disetujui baik oleh masyarakat, peserta, Penyelenggara dan Pengawas serta Mahkamah Konstitusi.

Walaupun banyak isue yang terjadi sebagaimana kita saksikan, walaupun berbagai bukti pelanggaran sudah diposting di banyak sosial media, tetapi Institusi Penyelenggara dan Rezim Pemerintahan yang masih berjalan, tidak memberikan suatu justifikasi dan menerapkan hukuman karena adanya pelanggaran, maka masih tetap belum bisa dikatakan Seberapa bersih Politik di Indonesia, sehingga saat ini hanya berteriak untuk menegakkan keadilan, kejujuran, penegakkan hukum. Walau hanya dianggap sebagai Kicauan burung yang berlalu. Namun tetap saja kita harus terus berteriak sekeras mungkin untuk mengikis dan mengurangi segala bentuk kekotoran, penghianatan, kekerasan, ketidak-adilan yang terjadi sebagai wujud manifestasi keperdulian kita terhadap tatanan demokrasi di negara yang kita cintai bersama.

Penulis / JU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun