Pada hakikatnya setiap anak adalah unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tuhan menciptakan setiap individu sesuai dengan kehendakNya.Â
Sebahagian anak terlihat cerdas dan menonjol dalam behitung, Sebagian anak suka dan sangat bersemangat dalam berolah raga, sebahagian anak sangat suka berbicara dan berdebat. Pada kondisi lain ada anak yang sangat sulit sekali untuk mampu berbicara dan sulit untuk menyampaikan ide dan gagasannya secara lisan, di sisi lain mampu berkreasi lewat animasi dan video.
Kondisi ini sudah tidak asing lagi kita temukan pada proses pembelajaran di kelas, di sekolah bahkan mungkin dalam satu keluarga yang kakak beradik saja bisa muncul perbedaan-perbedaan ini. Jika kita memahami lebih dalam, sesungguhnya anak yang hebat berhitung tidak lebih sempurna dengan anak yang sulit membaca atau sebaliknya.Â
Sebagai seorang guru, terkadang ini menjadi perenungan apakah sebuah keadilan jika kita merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan hanya satu model yang mungkin cocok dan sesuai dengan anak yang suka berhitung, sedangkan anak yang tidak suka atau yang lemah dalam berhitung kita abaikan atau harus menyesuaikan dengan anak yang suka berhitung?
Tentu hal ini bisa saja berjalan dengan baik, akan tetapi bagi anak yang berkemampuan khusus hal itu bisa saja jadi tantangan atau kendala besar.Â
Sebagai seorang guru, menurut saya, pembelajaran diferensiasi menjadi salah satu alternatif untuk menegakkan keadilan tersebut, kita berusaha untuk bersikap adil atas semua anak yang memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri dalam kegiatan proses belajar mengajar. Pembelajaran diferensiasi perlu digalakkan lebih dalam dan lebih luas lagi dalam proses pendidikan baik dari usia dini hingga perguruan tinggi.
Pembelajaran diferensiasi adalah praktik menyesuaikan kurikulum, strategi mengajar, strategi penilaian, dan lingkungan kelas dengan kebutuhan semua siswa. Kelas yang berdiferensiasi memberikan jalur yang berbeda bagi siswa untuk mendapatkan isi, untuk memproses informasi dan ide-ide, serta untuk mengembangkan produk/ hasil belajar yang menunjukkan sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa.
Menurut Mukti dan Sayekti (2003:37), pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum, yaitu:
a. Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran. Menurut Syaodih dan Ibrahim (1996:102), dalam proses penetapan materi pelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pertama, materi pelajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang tercapainya tujuan instruksional; Kedua, materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan/perkembangan siswa; Ketiga, materi pelajaran hendaknya terorganisir secara sistematis dan berkesinambungan; Keempat, materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.
Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga semua siswa dapat mengeksplorasi konsepkonsep pokok bahan ajar. Siswa yang agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan menggunakan ide-ide dari konsepkonsep yang diajarkan. Sedangkan bagi para siswa berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut.