Negara-negara di dunia tanpa terkecuali sedang berperang melawan wabah pandemi virus korona. Di belahan bumi Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu negara tertinggi terdampak virus corona. Berdasarkan data dari covid19.go.id per 29 April 2020 jumlah kasus corona di Indonesia sudah mencapai 9771 orang terinfeksi dengan tingkat kematian 784 jiwa dan kesembuhan 1.391 orang. Kemungkinan besar akan semakin meningkat di kemudian hari, jika masyarakat belum patuh pada protokol kesehatan dan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Selain merenggut korban jiwa, wabah ini juga menimbulkan efek negatif pada seluruh aspek kehidupan manusia. Virus corona tidak hanya memiliki dampak kesehatan. Dampak virus corona bagi perekonomian Indonesia juga tidak kecil. Dikutip dari CNN Indonesia, Menteri Keuangan Republik Indonesia mengatakan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 2,3%. Bahkan, dalam situasi terburuk, ekonomi bisa minus hingga 0,4%. Penyebab dari hal ini di antaranya adalah turunnya konsumsi dan investasi, baik dalam lingkup rumah tangga maupun lingkup pemerintah.
Hampir semua aspek kehidupan berubah total akibat kondisi ini. Perekonomian negara-negara di dunia menjadi terganggu dan terancam lumpuh. Beberapa sektor ekonomi seperti pariwisata menjadi terhenti. Banyak perusahaan dan UMKM yang gulung tikar dan tutup. Pilihan pahit harus diambil yaitu dengan merumahkan para pekerja. Hal ini menjadi bayang-bayang krisis yang ditakuti oleh masyarakat. Bagaimana dengan sektor pendidikan? Sudah dipastikan pendidikan juga sangat terdampak. Khususnya secara ekonomi, keuangan sekolah pasti terganggu. Sehingga ujung-ujungnya para bapak ibu  guru akan terdampak juga.
Mungkin sekolah berplat merah alias sekolah negeri tidak begitu terdampak secara ekonomi buat guru. Namun guru-guru sekolah swasta sebagian besar akan sangat berdampak karena para guru swasta tidak lepas dari pembayaran SPP siswa. Jika SPP terkendala pastinya akan mengakibatkan keuangan sekolah juga akan terkendala. Padahal banyak sekolah swasta, kemampuan finansial masih sangat lemah dan berharap dengan adanya SPP siswa untuk membayar gaji guru dan karyawan lainnya.
Perlu diketahui sebelum masa corona saja, gaji guru masih banyak yang di bawah ketentuan pengupahan atau tidak sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR). Perlambatan ekonomi secara nasional dan terganggunya sektor ekonomi ini akan menyebabkan, keuangan guru akan semakin terhimpit.
Beberapa minggu yang lalu, beberapa orang tua siswa di tempat penulis mengajar sudah mulai meminta keringananan dalam pembayaran SPP. Hal ini juga sudah sering disampaikan para pimpinan sekolah kemungkinan besar akan ada opsi untuk pengurangan gaji guru dari yang ditetapkan seperti biasanya. Walau sebenarnya semua itu tidak diharapkan oleh siapapun, Â hal ini harus siap diterima oleh bapak ibu guru yang mengajar khususnya di sekolah-sekolah swasta baik milik yayasan maupun perusahaan atau pribadi.
Para pemimpin yang terhormat, Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah perlu mengantisipasi hal ini. Tolonglah diperhatikan juga kondisi para bapak ibu  guru yang kesejahteraannya terdampak corona. Supaya mereka tetap bisa dengan mengajar maksimal dan kreatif melaksanakan tugasnya.  Kiranya tetap semangat mengarahkan pembelajaran dari rumah atau pembelajaran jarak jauh.
Para bapak ibu guru yang sudah mulai merasakan atau mungkin khawatir akan kondisi ekonomi yang semakin memburuk ini. Sebagai pendidik dan menjadi garda terdepan untuk memastikan berjalannya pembelajaran kita juga perlu mempersiapkan diri menghadapi kondisi terburuk. Kita harus berperilaku cerdas di tengah ketidakpastian ini. Manajemen keuangan  perlu diperketat dan sudah menjadi keharusan untuk kita pelajari sejak sekarang. Bagi yang sudah melakukannya, itu sangat bagus dan perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi.
Menurut penulis berikut ini ada beberapa berperilaku cerdas yang perlu kita lakukan dalam mengatasi dan mengantisipasi kondisi ekonomi saat ini, antara lain:
1. Menghitung dengan cermat semua pengeluaran. Setiap pengeluaran pribadi atau keluarga baik kecil maupun besar terutama cicilan atau kredit tertentu harus dihitung dengan detail dan rencanakan pengeluaran dengan skala prioritas. Tidak perlu panic buying dan tidak mudah terpengaruh hoaks akan info yang belum terpercaya.
2. Menghitung dengan cermat semua pemasukan, jika pemasukan lebih kecil atau pas-pasan dibandingkan dengan pengeluaran. Hal ini perlu diwaspadai, silahkan diatur lagi pengeluaran yang tidak perlu. Batasi pengeluaran yang tidak begitu mendesak. Seperti membeli peralatan elektronik atau furniture baru atau bekas.
3. Selama Work From Home (WFH) perlu cerdas menggunakan paket internet. Selama pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran online, pengeluaran untuk paket internet cukup besar juga, bisa tiga kali lipat dari biasanya.
4. Perbanyak skill dan pengetahuan serta wawasan yang baru. Tantangan WFH membuat orang terdorong untuk banyak bermedsos ria dan menonton acara-acara hiburan lainnya. Kesempatan di rumah sebaiknya dimanfaatkan untuk mencoba hal-hal baru yang mendukung kreatifitas pembelajaran secara online. Seperti membuat video pembelajaran dan perangkat pembelajaran online yang interaktif dan mudah dijangkau anak murid. Selain itu siapkan waktu untuk mengikuti pelatihan online yang murah dan terjangkau atau sering disingkat dengan webinar atau seminar online.
5. Aktivitas sendiri yang cerdas dan bermanfaat
- Bertanam-tanaman. Â Kita harus bersyukur lahir dan hidup di negeri Indonesia tercinta ini, "negeri kolam susu". Tanahnya subur dan banyak air karena curah hujan tinggi.
- Sejak awal bulan Januari kemarin penulis sangat tertarik bertanam-tanaman hanya karena satu tanaman labu yang tidak sengaja ditanam bisa berbuah dan besar-besar tanpa dipupuk dan diurusin. Saat banyak bekerja dari rumah, setiap sore adalah waktu yang tepat untuk bertanam-tanaman, sekaligus memanjakan mata yang lelah melihat HP dan Laptop.
- Bertanam-tanaman saat ini adalah hobbi yang menarik. Untuk saat ini penulis sangat tidak sarankan menanam bunga-bungaan, sebaiknya tanamlah tanaman yang bisa cepat diolah untuk dimakan dan cepat tumbuh. Contohnya sayur-sayuran, kacang-kacangan, jagung dan umbi-umbian serta singkong.Bertanam-tanaman tidak harus di lahan yang luas, bisa dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Medianya dengan menggunakan pot, seperti plastik beras bekas atau tempat belanjaan lainnya, botol minuman yang terbuat dari plastik dan lain-lain. Kegiatan seperti ini juga sangat bermanfaat mengurangi kejenuhan di rumah. Selain itu bisa juga mengurangi pengeluaran karena sayur bisa dipetik sendiri.
                         Â
- Bertukang. Bertukang ini memang membutuhkan skill khusus. Namun hal ini sangat baik untuk mengurangi pembelian perabotan rumah yang lebih mahal dan bisa juga melengkapi perabotan-perabotan rumah yang masih kurang lengkap. Seperti membuat meja belajar, meja-meja santai, rak piring, dan lain sebagainya.
- Menulis. Menulis adalah hal yang menyenangkan bagi sebagian orang. Jika ada minat dan telenta menulis, mulailah menulis. Menulis blog, cerpen, puisi, opini, novel, dan bisa jadi buku. Hal ini juga bisa menjadi sumber pemasukan dengan mengikuti lomba menulis. Apalagi opini bisa dimuat di majalah atau koran dan akan mendapatkan sagu pagu yang dapat menambah isi saldo ATM.
- Kreator video. Aktivitas seperti ini juga sudah menjadi pekerjaan bagi banyak orang. Guru karena selama WFH ini didorong buat video pembelajaran sekalian saja videonya dimasukkan ke youtube. Jika sudah banyak subscriber, hal itu akan dihargai dan dibayarin youtube sendiri. Khusus hal ini harus dipelajari lebih dalam lagi. Hal ini juga menjadi sumber pendapatan/pemasukan.
- Masak-memasak. Bagi yang memiliki talenta selain mengajar  yaitu tata boga atau masak-memasak boleh juga mencoba resep-resep baru dalam membuat kue atau masakan lainnya yang bisa dijual lewat online. Jikapun tidak dijual setidaknya bisa di makan sendiri tanpa harus membeli dari luar secara online.
Pada hakikatnya sebagai manusia kita diciptakan Tuhan sudah cerdas. Kita juga dituntut untuk terus bekerja dan berkarya. Jikapun situasi saat ini sedang sulit, sebagai seorang pendidik kita harus siap menghadapinya. Jangan sampai stress yang biasanya dipicu dari faktor ekonomi. Pertahanan terbaik suatu bangsa menghadapi krisis adalah setiap orang atau keluarga mampu bertahan memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa membebani orang lain. Mampu menjaga kestabilan keuangan pribadi atau keluarga sendiri dalam masa krisis adalah perilaku cerdas. Keluarga bapak ibu guru harus mampu mandiri dengan mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya. Badai ini pasti berlalu pada waktunya. Kiranya bapak ibu guru di seluruh Indonesia tetap semangat mendidik generasi penerus bangsa.
Pekanbaru, 30 April 2020
Jawanri Citra P Situmorang
Sumber tulisan:
https://www.kompas.com/covid-19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H