Beberapa faktor penyebab suburnya hoax tersebar di lingkungan masyarakat antara lain:
Tingkat literasi rendah
Literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan  memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.  Ketika kemampuan literasi masyarakat rendah maka pemahaman tentang suatu informasi akan semakin rendah juga. Hal  ini akan berdampak buruk dengan penyebaran informasi yang diterima tanpa dicerna terlebih dahulu. Penyebaran hoaks akan begitu cepat tanpa ada konfirmasi dan klarifikasi informasi.
Wawasan kesejarahan yang sedikit
"Jass Merah" ala Presiden Soekarno bukanlah hanya omongan semata, hal ini sesungguhnya menjadi peringatan besar kepada bangsa kita supaya sungguh-sungguh untuk mempelajari sejarah bangsa. Para pemangku kepentingan perlu bersinergi yang untuk meningkatkan pemahaman wawasan sejarah yang kuat bagi setiap generasi tanpa menghilangkan nilai-nilai penting dari sejarah tersebut. Wawasan sejarah yang kuat akan mampu membendung informasi-informasi hoaks yang bersifat mengadu domba dan memecahkan persatuan bangsa dan negara. Wawasan kesejarahan perlu dikembangkan lagi tidak hanya melaui pelajaran pendidikan sejarah atau IPS di sekolah namun juga memproduksi film sejarah yang kreatif dan berkualitas. Menampilkan tokoh-tokoh pahlawan nasional dulu berjuang untuk memerdekakan bangsa ini. Termasuk juga menuliskan cerita dan komik yang membuat inspirasi bagi anak-anak dan remaja yang relevan dengan anak zaman sekarang. Tentu masih banyak hal lagi yang harus dikembangkan, termasuk meningkatkan kreatifitas pembelajaran guru dalam mengajarakan materi sejarah supaya tidak monoton dan membosankan bagi siswa. Sehingga  menjadi pembelajaran yang hidup dan bertumbuh terhadap peserta didik.
Nalar ilmiah rendah
Kemampuan literasi berkaitan erat dengan nalar imiah, jika nalar ilmiah sudah semakin baik, kemampuan menelaah informasi juga akan semakin baik. Kita harus sadari akhir-akhir ini banyak pelaku usaha yang merugi bahkan gulung tikar karena berita hoaks. Berbagai produk yang diisukan memilik zat berbahaya dan pegawet. Seperti isu tidak boleh makan udang jika usdah minum vitamin C. Informasi tersebut terkadang terlihat ilmiah, nyatanya adalah imajinasi belaka yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.Â
Pergaulan lintas kultural yang mengerut
Sebagai mahluk sosial, seharusnya setiap individu memiliki hubungan sosial yang baik dengan sesamanya di lingkungannya. Pergaulan yang sempit akan menimbulkan sikap primodialistik dan fanatisme dikelompoknya. Jika ada informasi negatif dan heboh tentang lintas kultur yang berbeda akan menerima saja tanpa mengklarifikasi berita tersebut. Dampak buruknya lagi, hal ini dapat menyebakan konflik horizontal di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, para orang tua harus mendidik anak-anaknya untuk mengenal lintas budaya dan karakteristik bangsa ini yang majemuk dari Sabang sampai Merauke.
Guru Vs Hoax
Hoax adalah musuh bersama tapi sulit diberantas jika tidak ada kesehatian dan kerja sama semua pihak untuk menuntaskannya. Sebagai pendidik, Guru adalah salah satu tokoh sentral penentu pergerakan dan perubahan bangsa di masa depan. Peran guru yang besar ini mampu untuk melawan segala permasalahan bangsa. Guru menjadi seorang pendidik anti hoax sudah membantu penyebaran hoax di dunia pendidikan. Guru juga mampu mengubah wajah bangsa seperti apa nantinya di masa depan. Para pendidik yang anti hoax mampu berdiri di depan, tengah dan belakang sebagai penyelamat bangsa dari hoax. Dengan mendidik anak-anak bangsa dengan kebenaran. Hal ini akan menjadikan para siswa menjadi pribadi yang kuat dan kritis dalam memegang kebenaran. Selain itu, guru harus lebih bekerja keras lagi untuk meningkatkan gerakan literasi di sekolah, membuat pembelajaran kebangsaan dan kesejarahan yang lebih kreatif dan bervariasi dan tetap setia mengajarkan kebenaran serta teladan dalam kebenaran. Sebab, guru terbaik adalah guru yang mampu mejadi teladan bagi anak-anaknya.