Mohon tunggu...
Jawani Eka Pyansahcilia
Jawani Eka Pyansahcilia Mohon Tunggu... Administrasi - Resensor Pemula

Seorang statistisi yang terjebak di dunia akuntansi, mencoba lari sejenak menjadi peresensi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Resensi Novel] Dokter Juga Manusia, lho

5 November 2018   01:11 Diperbarui: 5 November 2018   01:26 1854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://bukurepublika.id/products/detail/354/Dokter-yang-Dirindukan

Kalau Ingin MENJADI DOKTER untuk GAYA-GAYAAN -- GLAMOR -- MERASA SUPERIOR

Lupakan! Kuburkan saja cita-cita untuk menjadi dokter secepatnya. Masih banyak karier lain yang membuat kamu bisa mendapatkan semua yang di atas, bukan profesi dokter.

Inilah karier yang akan membuatmu merasa betapa dangkalnya ilmu manusia dan betapa hebatnya kuasa Tuhan. Inilah profesi yang dapat membuatmu lebih menghargai setiap detak jantung manusia karena ia biasa berhenti secara tiba-tiba, kapan saja. Ia juga menuntut pengorbanan besar dari kamu, demi menyelamatkan nyawa manusia.

Kamu menjadi penonton setiap drama tragis dan bahagia yang silih berganti saban hari. Kamu menjadi pelakon dalam transisi hidup dan mati. Kalau ia sungguh diniatkan untuk Ilahi, pasti akan menundukkan hati.

Pada saat kamu berhasil menyelamatkan nyawa atas izin-Nya, kala pasien mulai membuka mata dan mengukir senyuman manisnya, diiringi anggota keluarga yang merangkul atau menjabat tanganmu dengan penuh haru dan mata yang berkaca-kaca, maka saat itulah kamu akan sadar bahwa inilah profesi yang "paling kaya", dan kamu rela begadang, mengerahkan seluruh tenaga hingga nyaris tak tersisa. Karena kamu tahu "rasa itu" tak akan mampu dibeli oleh segunung harta atau materi apa pun di dunia.

Atas dasar itulah Dokter yang Dirindukan ini ditulis, untuk menginspirasi dan saling berbagi. Ia tulus dari hati supaya bisa menyentuh hati. Bacalah dengan nama-Nya. Baca!

"Setiap diagnosis itu hakikatnya datang dari-Nya, dan dokter hanyalah perantara."

Penerbit Republika belum lama ini menerbitkan novel non fiksi terbaru. Dokter yang Dirindukan. Sesuai dengan judulnya, keseluruhan cerita dalam novel ini berkaitan dengan pekerjaan dokter, perawat dan tenaga medis lainnya. Novel ini disusun oleh penulis terkenal, Asma Nadia, dan 7 dokter yang mengabdi di negara tetangga, yaitu Malaysia.

Aku yang pernah menjadi pasien di sebuah rumah sakit, setelah membaca novel ini baru tersentuh untuk lebih menghargai dokter dan perawat yang telah melayaniku ketika aku dirawat di rumah sakit. Pekerjaan mereka ternyata sungguh berat. Karena ada taruhan nyawa pada setiap detik dalam pekerjaan mereka. Banyak masyarakat yang memandang hina, mencaci maki para tenaga medis ketika harapan atas kesembuhan tidak terpenuhi atau pelayanan yang diterima tidak memuaskan. Menurutku, mungkin memang ada 'oknum tenaga medis' yang tidak mengerjakan tugasnya dengan benar. Namun, banyak tenaga medis yang dari awal memang memiliki niat untuk mengabdikan dirinya pada masyarakat terkhusus mengenai kesehatan.

Berbagai kisah mengenai dokter ada disini. Baik kehidupannya yang berperan sebagai seorang suami/istri atau anak maupun kehidupannya yang memilik peran penting untuk menyelamatkan kehidupan orang lain yang menjadi pasien mereka. Ada cerita tentang seorang dokter yang berperan sebagai suami, harus menolong istrinya yang mau melahirkan namun alat-alat medis yang ada terbatas dan pada akhirnya hanya salah satu yang bisa ia selamatkan. Namun, di lain kesempatan menangani pasien dengan peristiwa yang sama, dokter tersebut dapat berhasil menyelamatkan keduanya. 

Ada juga dokter yang ingin bertemu istrinya namun ketika diperjalanan ia mengalami kejadian horor dengan bertemu 2 sosok yang tidak dikenal. Selain itu, ada cerita mengenai perjuangan dokter yang harus mengorbankan waktu istirahatnya untuk keluarga demi menolong masyarakat yang membutuhkan pertolongannya. Di cerita yang lain, ada dokter yang sekaligus berperan sebagai istri harus merelakan bayinya karena kecelakan dalam pekerjaan. 

Ada juga dokter yang menangani pasien dan ternyata pasien tersebut adalah  kakeknya. Lalu, ada dokter yang memutuskan untuk berjihad di Gaza. Dan terakhir ada dokter yang telah sukses dalam karirnya sebagai dokter namun ada kejanggalan dalam hidup karena ibunya yang masih menyimpan kesedihan yang dibuat olehnya.

Novel ini hanya terdiri dari 20 bab, dimana setiap bab dikemas dengan cerita pendek yang mudah dipahami. Uniknya, ada diantara beberapa bab yang ceritanya saling terkait. Bukan hanya cerita yang berdiri sendiri. Tokoh-tokohnya pun ada yang muncul di dalam beberapa cerita.

Sudut pandang di dalam setiap cerita, ada yang sebagai orang pertama dan orang ketiga. Tapi keseluruhan cerita sengaja terlihat dari sudut pandang dokter, kecuali ada satu cerita yang dilihat dari sudut pandang pasien yaitu penulis utamanya, Asma Nadia. Namanya juga menceritakan apapun yang dilakukan dokter, latar tempatnya pun pasti yang berhubungan dengan dokter, yaitu Rumah Sakit. Namun, ada cerita seorang dokter yang baru selesai internship, kemudian mengaplikasikan ilmunya di tempat pengungsian untuk menolong korban banjir. Ssst, cerita dibagian ini sungguh menyedihkan karena dokter tersebut meninggal akibat terserang penyakit Leptospirosis.

Eh, apa itu Leptospirosis? Tenang, penjelasannya ada di novel ini kok. Tidak hanya istilah Leptospirosis saja yang ada di novel ini, tapi banyak banget istilah-istilah medis yang digunakan dalam novel ini. Kalau calon dokter atau calon tenaga medis lain mungkin tidak akan asing dengan istilah medis yang digunakan dalam novel ini. 

Namun, novel ini kan tidak hanya ditujukan untuk mereka saja, pembaca seperti aku (read: bukan dokter) pasti bingung dengan istilah-istilah tersebut. Untungnya, istilah-istilah tersebut diikuti penjelasannya juga. Baik menggunakan catatan kaki maupun langsung dijelaskan di dalam cerita. Tapi sayangnya, ada juga istilah yang luput untuk dijelaskan. Mungkin ini salah satu yang menjadi kekurangan dalam novel ini.

Oiya, pada bagian cerita dokter diatas, ada juga kesalahan yang membuat bingung pembaca.

"Selang sepuluh menit, ia sudah berjalan ke masjid" (hlm.16)

Realitanya jika dilihat dari kalimat diatas, yang berjalan ke masjid untuk sholat subuh biasanya laki-laki. Namun, dikalimat berikut ini;

"Dada gadis itu terasa sesak." (hlm.21)

Kalimat diatas juga menunjuk orang yang sama, dokter tersebut. Dari kedua kalimat diatas sempat membuat aku bingung. Dokter tersebut sebenarnya perempuan atau laki-laki?

"Sebagai lelaki, kamu sudah bisa jadi bapak orang" (hlm.24)

"Lelaki itu tak mau ada sekelumit pun kekhawatiran pada pikiran perempuan mulia yang selalu memandangnya dengan tatapan lembut" (hlm.25)

Namun, dari dua kalimat diatas bisa disimpulkan bahwa dokter tersebut seorang laki-laki. Jadi, kalimat yang kedua mungkin ada kesalahan penulisan.

Terlepas dari kesalahan yang ada di dalam novel ini, karena itu hal yang wajar dalam sebuah karya, aku tetap senang membaca novel dari penerbit Republika ini karena banyak sekali nasehat yang dikutip dari ayat-ayat al-Qur'an dan Hadits.

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku." (QS al-Baqarah [2]:186) (hlm.64)

Apapun masalah yang kita hadapi, harapan yang kita inginkan, memohonlah hanya kepada Allah yang Maha Kuasa.

"Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalannya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun." (QS al-Mulk [67]:2) (hlm.115)

Kehidupan kita di dunia ini bersifat sementara. Dunia hanya tempat singgah kita untuk menju akhirat yang kekal. Haruslah kita mengingat bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati. Kita hanya bisa berusaha agar amal perbuatan kita di dunia dapat memberatkan timbangan amal baik kita di akhirat.

"Katakanlah! Tidak ada yang dapat mengetahui perkara ghaib di langit dan di bumi melainkan Allah. Dan tidaklah mereka menyadari kapankah masing-masing akan dibangkitkan hidup semula setelah mati." (QS an-Naml [27]:65) (hlm.161)

Dokter pun tidak jarang mengalami pengalaman horor. Seperti yang ada di dalam novel ini. Ada cerita yang membuat merinding. Silahkan baca di bagian 'Selfie'.

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orangtuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah." (QS Luqman [31]: 14) (hlm.83)

"Artinya: 'Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.'" (QS al-Isra' [17]:23) (hlm.294)

Ada beberapa cerita yang mengingatkan kita bahwa kesuksesan yang kita raih tidak akan terlepas dari do'a kedua orang tua kita. Ada bagian cerita yang membuatku terenyuh ketika ada seorang ibu yang mengidap penyakit diabetes dan dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya agar kuman tidak menyerang ke bagian atas tubuhnya. Perjuangan ibu tersebut menghadapi penyakitnya hanya didampingi oleh anak perempuannya saja. Sedangkan keempat anak laki-lakinya tidak ada yang pulang untuk menjenguk ibu mereka. Apakah mereka lupa bahwa surga mereka terletak di bawah telapak kaki ibu? (hlm.133)

Dan banyak lagi nasehat-nasehat yang bisa teman-teman baca serta dijadikan teladan atau semangat dalam hidup. Mungkin novel ini disarankan hanya untuk pembaca yang berusia diatas 15 tahun karena ada bagian yang benar-benar menjelaskan proses operasi secara rinci dengan sangat nyata seperti menyayat kulit, membuka tempurung kepala, darah yang mengucur deras, dan sebagainya. Aku saja merasa ngilu ketika membaca bagian tersebut hehe.

Sekian ulasan dari aku mengenai novel ini. Semoga teman-teman yang tertarik untuk membaca dapat menambah ilmu, khususnya berkaitan dengan hal-hal medis.

***

Judul                           : Dokter yang Dirindukan

Penulis                       : Asma Nadia, Dr. Anwar Fazal, dkk.

Penerjemah             : Nabieh Rahmat, Dr. Elfina Rachmi

Editor                         : Indriani Grantika

Penerbit                    : Republika Penerbit

Tebal Buku               : viii + 300 halaman

Dimensi (L x P)      : 13,5 x 20,5 cm

Cetakan                     : I

Kota Terbit               : Jakarta

Tahun Terbit           : Oktober 2018

ISBN                            : 978-602-5734-27-4

Berat Buku                : 800 gram

 Harga                         : Rp 75.000,- (Harga di Pulau Jawa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun