Di sebuah desa kecil yang terpencil, hiduplah seorang pemuda miskin bernama Fajar. Ia tinggal bersama ibunya yang sakit-sakitan di sebuah gubuk sederhana di pinggir desa. Meski hidup dalam kemiskinan, Fajar adalah sosok yang selalu bersemangat dan penuh kasih sayang. Setiap hari, ia bekerja keras sebagai buruh tani untuk menghidupi ibunya yang sangat ia cintai.
Di desa yang sama, ada seorang gadis cantik bernama Sari. Sari adalah anak seorang pedagang kaya raya, dan hidupnya penuh dengan kemewahan dan kenyamanan. Meski demikian, Sari tidak pernah memandang rendah orang lain, termasuk Fajar. Mereka sering bertemu di pasar desa saat Fajar menjual hasil tani dan Sari membantu ibunya berbelanja.
Suatu hari, ketika Sari sedang berbelanja di pasar, ia melihat Fajar yang tampak lelah dan cemas. Rasa penasaran mendorongnya untuk mendekati Fajar.
"Fajar, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Sari dengan lembut.
Fajar tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya. "Aku baik-baik saja, Sari. Hanya sedikit lelah."
Namun, Sari bisa melihat bahwa ada sesuatu yang mengganjal di hati Fajar. Ia pun mengajak Fajar duduk di bangku pasar dan berbicara dari hati ke hati.
"Fajar, aku tahu kamu sedang menghadapi banyak kesulitan. Jika kamu butuh bantuan, jangan ragu untuk bercerita padaku," kata Sari dengan penuh empati.
Akhirnya, Fajar tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia menceritakan kondisi ibunya yang semakin memburuk dan kebutuhan biaya pengobatan yang tidak mampu ia penuhi. Mendengar kisah Fajar, hati Sari hancur. Ia ingin membantu, tetapi tahu bahwa bantuan materi dari keluarganya mungkin tidak akan diterima oleh Fajar yang memiliki harga diri tinggi.
Malam itu, Sari memutuskan untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar memberikan uang. Ia mulai menemui dokter di kota terdekat untuk mencari cara bagaimana membantu ibu Fajar tanpa membuat Fajar merasa terhina. Setelah berbicara dengan beberapa dokter, Sari berhasil mengatur kunjungan seorang dokter ke desa mereka secara sukarela.
Namun, nasib berkata lain. Ketika dokter itu akhirnya datang, kesehatan ibu Fajar sudah sangat kritis. Malam itu, dalam pelukan Fajar, ibunya menghembuskan nafas terakhirnya. Kesedihan yang mendalam menghantam Fajar seperti gelombang besar, menghancurkan semangat yang selalu ia jaga.
Sari mendengar kabar tersebut dan segera datang untuk memberikan dukungan. Melihat Fajar yang hancur, ia merasakan kepedihan yang luar biasa. Sari berusaha menghibur Fajar, namun rasa kehilangan yang begitu besar membuat Fajar sulit untuk menerima kenyataan.
Hari demi hari berlalu, Fajar tenggelam dalam kesedihan. Ia merasa kehilangan arah dan tujuan hidupnya. Suatu malam, di bawah langit berbintang, Fajar dan Sari duduk bersama di bukit yang biasa mereka kunjungi.
"Sari, aku merasa kehilangan segalanya. Aku tak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup tanpa ibu," kata Fajar dengan suara parau.
Sari menggenggam tangan Fajar, menatap matanya yang penuh dengan kesedihan. "Fajar, aku tahu rasa sakitmu. Tapi, kamu harus percaya bahwa ibumu selalu ada bersamamu, di hatimu. Dia ingin kamu melanjutkan hidup dan meraih kebahagiaan."
Fajar menunduk, air matanya mengalir. "Bagaimana aku bisa meraih kebahagiaan, Sari? Segalanya terasa hampa tanpa ibu."
Sari mendekatkan diri, menyentuh pipi Fajar dengan lembut. "Kamu bisa menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, Fajar. Dalam kenangan indah bersama ibumu, dalam persahabatan kita, dan dalam harapan untuk masa depan."
Fajar merasa hangat oleh kata-kata Sari. Di tengah kesedihannya, ia mulai merasakan cahaya kecil yang menyusup ke dalam hatinya. Ia sadar bahwa meskipun ibunya telah tiada, cinta dan kenangan akan selalu hidup di dalam dirinya.
"Terima kasih, Sari. Kamu selalu ada untukku, bahkan di saat-saat tersulit," kata Fajar dengan suara pelan.
Sari tersenyum lembut. "Aku selalu ada untukmu, Fajar. Kita akan melalui ini bersama."
Di bawah sinar bulan yang lembut, Fajar dan Sari saling menguatkan. Meski kesedihan masih menghantui, mereka tahu bahwa dengan bersama-sama, mereka bisa menemukan kekuatan untuk melanjutkan hidup. Kisah cinta mereka adalah kisah tentang kehilangan, harapan, dan kekuatan yang muncul dari dalam hati yang penuh kasih sayang.Â
Dalam pelukan malam, mereka menemukan bahwa cinta sejati tidak hanya ada dalam kebahagiaan, tetapi juga dalam kesediaan untuk berbagi rasa sakit dan menemukan jalan bersama menuju cahaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI