Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di balik bukit hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arman. Dia adalah seorang pemahat kayu yang sederhana, menghabiskan hari-harinya dengan menciptakan karya seni yang indah dari batang-batang pohon tua. Arman adalah sosok yang pendiam, tetapi hatinya penuh dengan impian dan cinta yang tak terungkapkan.
Di desa yang sama, ada seorang gadis bernama Laila. Dia adalah putri seorang petani, dengan senyum yang selalu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Laila suka berjalan di tepi sungai, menikmati keindahan alam dan menyanyikan lagu-lagu yang diwariskan dari neneknya. Suaranya merdu, seolah-olah mengalir bersama angin yang membelai lembut dedaunan.
Arman telah lama memperhatikan Laila dari kejauhan. Setiap kali Laila melewati bengkel kerjanya, Arman merasa hatinya berdebar. Namun, dia terlalu malu untuk mendekatinya, apalagi mengungkapkan perasaannya. Dia memilih untuk menyalurkan rasa cintanya melalui pahatannya, menciptakan patung-patung yang menggambarkan keanggunan dan keindahan Laila.
Suatu hari, saat senja mulai merayap dan langit berubah jingga, Laila menemukan sebuah patung kecil di tepi sungai. Patung itu sangat mirip dengannya, dari senyum yang terpahat hingga detail rambut yang tergerai. Laila merasa tersentuh dan penasaran siapa yang membuatnya. Dia membawa patung itu pulang dan bertanya pada ibunya, tetapi tak ada yang tahu asal-usul patung tersebut.
Hari demi hari, patung-patung kecil lainnya mulai muncul di tempat-tempat yang sering dikunjungi Laila. Di bawah pohon besar tempat dia duduk, di pinggir sawah, dan di jalan setapak menuju rumahnya. Laila merasa semakin dekat dengan penciptanya, meskipun dia belum tahu siapa dia sebenarnya.
Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang, Laila memutuskan untuk mencari tahu siapa yang membuat patung-patung itu. Dia mengikuti jejak-jejak seni yang ditinggalkan, sampai akhirnya tiba di depan bengkel Arman. Melihat cahaya lampu yang masih menyala di dalam, Laila memberanikan diri mengetuk pintu.
Arman terkejut melihat Laila berdiri di depan pintunya, dengan patung-patung karyanya di tangan. Dengan suara gemetar, dia mengakui bahwa dialah yang membuat patung-patung itu. Dia mengungkapkan cintanya yang selama ini disampaikan melalui karya seni, menggambarkan betapa Laila telah menjadi inspirasi terbesar dalam hidupnya.
Laila tersenyum, merasakan kehangatan yang tak terlukiskan di dalam hatinya. Dia mengambil tangan Arman dan berkata, "Patung-patung ini sangat indah, tapi yang lebih indah adalah keberanianmu untuk mengungkapkan perasaanmu. Aku juga telah memperhatikanmu, dan kini aku tahu bahwa kita saling mencintai."
Di bawah sinar bulan purnama, dua hati yang selama ini terpisah oleh keraguan akhirnya bersatu. Cinta mereka tumbuh dalam keheningan dan keindahan, seperti patung-patung yang dibuat Arman dengan penuh cinta. Di desa kecil itu, cinta mereka menjadi legenda, menginspirasi banyak generasi untuk selalu berani mengungkapkan perasaan dengan tulus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H