Mohon tunggu...
Penulis Senja
Penulis Senja Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Selamat Datang di Konten Blog saya, semoga dapat menghibur dan menginspirasi kalian semua. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar untuk request cerpen, puisi, artikel atau yang lainnya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Air Mata Cinta

12 Mei 2024   20:54 Diperbarui: 12 Mei 2024   21:16 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest: Pin by yuko

Air mata ini, jernih bagai kristal,  

Merembes pelan di sudut mataku,  

Titisan hujan dari langit hati yang kelam,  

Setiap tetes, saksi bisu cerita yang tak terkatakan.

Mengalirnya air mata ini, tak hanya dari kesedihan,  

Namun juga dari kelembutan cinta yang mendalam,  

Cinta yang terkadang begitu kuat, hingga terasa menyakitkan,  

Cinta yang membuat hati ini terasa penuh, namun sekaligus rapuh.

Dalam setiap tetes air mata ini, terkandung harapan,  

Harapan akan hadirnya pelangi setelah badai berlalu,  

Harapan cinta yang tulus akan menemukan jalan kembali,  

Di antara kerikil tajam dan duri yang menyakitkan.

Air mata ini, juga adalah doa,  

Doa yang mengalir dari mata ke Bumi,  

Memohon pada alam semesta, agar cinta ini abadi,  

Memohon pada takdir, agar kebersamaan ini tak hanya sementara.

Namun, terkadang air mata ini juga adalah pelepasan,  

Pelepasan dari beban cinta yang tak terbalas,  

Dari perasaan yang terpendam, dari kata yang tak terucap,  

Dari hati yang perlu belajar untuk melepaskan.

Oh, air mata cinta, kau bukan tanda kelemahan,  

Tetapi perwujudan dari kekuatan hati,  

Yang terus mencintai, walaupun terkadang terluka,  

Kau adalah bukti, bahwa mencintai adalah berani merasakan sepenuhnya.

Di dalam air mata cinta, terdapat keindahan yang pahit,  

Seperti mutiara yang tercipta dari sebiji pasir yang mengganggu,  

Menciptakan keindahan dalam rasa sakit,  

Mengajarkan bahwa bahkan dalam kesedihan, ada cinta yang tumbuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun