Dalam lipatan hitam pekat malam, Â
Kurebahkan lelah sehari penuh bertarung dengan cahaya, Â
Malam memelukku dengan sejuta bintang di matanya, Â
Menyediakan kedamaian yang hanya ia yang tahu.
Diam-diam malam menyelimuti dunia, Â
Dengan selimut tenang yang dingin dan lembut, Â
Desah angin menjadi nina bobo, Â
Menidurkanku dalam buaian alam yang nyata.
Di sini, dalam pelukan malam yang hangat, Â
Kulepas semua beban yang mengikatku, Â
Menyerahkan diri pada kebisuan yang menyembuhkan, Â
Dimana pikiran-pikiran berhenti berlari, mulai berjalan kaki.
Bulan, lampu jalan kosmos yang paling terang, Â
Menerangi jejak-jejak pikiran yang kacau, Â
Memberi arah pada impian-impian yang tersesat, Â
Di jalan-jalan pikiran yang belum terpeta.
Bintang-bintang menari, menggoda mataku, Â
Mereka bersinar seperti harapan yang tak pernah padam, Â
Setiap titik cahaya adalah sebuah cerita, Â
Cerita yang menunggu untuk diceritakan.
Dalam pelukan malam, aku menemukan kekuatan baru, Â
Di kesunyian, aku mendengar suara hatiku sendiri, Â
Malam mengajarkan kesabaran, kelembutan, Â
Menyempurnakan jiwa yang siang hari tak pernah sempat menyejukkan.
Sebelum fajar menyingsing dan malam berlalu, Â
Kusimpan pelajaran ini dalam hati yang lebih tenang, Â
Bersiap untuk menyambut pagi dengan segala penawarnya, Â
Dengan jiwa yang telah disucikan oleh pelukan malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H