Mohon tunggu...
Penulis Senja
Penulis Senja Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Selamat Datang di Konten Blog saya, semoga dapat menghibur dan menginspirasi kalian semua. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar untuk request cerpen, puisi, artikel atau yang lainnya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelajaran dari Sebatang Pensil

9 Mei 2024   20:37 Diperbarui: 9 Mei 2024   20:49 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di sebuah kota kecil, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Irfan yang memiliki mimpi besar untuk menjadi seorang pelukis terkenal. Suatu hari, saat ulang tahunnya yang ke-10, kakeknya memberinya sebuah kotak pensil warna yang indah. Kotak itu berisi pensil warna dari seluruh spektrum, namun ada satu pensil biasa yang tampak tidak seindah yang lain.

"Kakek, mengapa di antara semua pensil warna yang cerah ini, ada satu pensil biasa?" tanya Irfan dengan rasa ingin tahu.

Kakeknya tersenyum dan mengambil pensil itu. "Pensil ini," katanya, "memiliki pelajaran penting untukmu, lebih dari sekedar membuat garis."

Irfan mengerutkan kening, penasaran.

"Pertama," lanjut kakek, sambil menunjukkan ujung pensil, "lihatlah ujungnya yang tajam. Ini mengajarkanmu bahwa untuk membuat karya yang baik, kamu harus tetap tajam dan fokus. Kamu harus terus belajar dan mengasah dirimu."

Kakek kemudian menunjuk ke bagian tengah pensil. "Bagian ini, di mana kamu memegang pensil, mengajarkanmu untuk memegang kendali dalam hidupmu dan menggunakan kemampuanmu dengan bijak. Jangan terlalu keras dan jangan terlalu lembut."

Terakhir, kakek membalik pensil dan menunjukkan penghapus di ujungnya. "Dan ini, bagian penghapus, mengajarkanmu bahwa setiap orang membuat kesalahan. Namun, kesalahan bukan akhir dari segalanya. Kamu selalu memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan memulai lagi."

Irfan mendengarkan dengan seksama, pensil itu sekarang terlihat lebih menarik daripada sebelumnya.

"Sekarang," kata kakek, "gunakan pensil ini untuk menggambar sesuatu untukku."

Irfan mengambil selembar kertas dan mulai menggambar. Awalnya, ia berhati-hati, mencoba tidak membuat kesalahan. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menjadi lebih berani, bereksperimen dengan garis dan warna. Setiap kali ia membuat kesalahan, ia menggunakan penghapus, mengingat pelajaran yang telah kakeknya ajarkan.

Akhirnya, ia menyelesaikan gambar itu: sebuah pemandangan yang ia lihat dari jendela kamar tidurnya. Pohon-pohon, sungai kecil, dan gunung di kejauhan. Dia menunjukkannya kepada kakeknya dengan bangga.

Kakeknya memuji gambar itu, "Lihat, kamu telah belajar menggunakan alat sederhana untuk membuat sesuatu yang indah. Ingatlah selalu pelajaran pensil ini, dan kamu akan menjadi pelukis yang hebat suatu hari nanti."

Dari hari itu, Irfan tidak pernah melihat pensil biasa dengan cara yang sama. Baginya, itu bukan hanya alat untuk menggambar, tetapi juga simbol penting dari apa yang diperlukan untuk mencapai impian seseorang. Dan dengan setiap garis yang ia tarik, ia mengingat pelajaran yang diberikan oleh kakeknya. Setiap kali ia membuat kesalahan, ia tersenyum, menghapusnya, dan mulai lagi, tahu bahwa dalam setiap kesalahan ada pelajaran yang menunggu untuk dipelajari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun