Di ruang sunyi rasa yang pernah berdiam, Â
Ada dendang hati yang perlahan terlupa, Â
Suara yang pernah nyaring, kini semakin lemah, Â
Menghilang dibawa arus waktu yang tak pernah sabar.
Sebuah melodi cinta yang dulu tercipta, Â
Kini hanya gema samar dalam lorong memori, Â
Seperti nyanyian angin di antara daun-daun tua, Â
Yang terdengar, namun tak lagi bisa diraba.
Dendang itu pernah mengisi hari-hariku, Â
Dengan tawa dan tangis, suka dan duka, Â
Namun kini hanya tinggal jejak yang kabur, Â
Di jantungku yang berdetak, lupa akan iramanya.
Oh hati yang terlupa, di manakah engkau bersembunyi? Â
Apakah dalam mimpi, di balik tirai malam yang pekat? Â
Atau di antara kata-kata yang tak pernah terucap, Â
Yang tersimpan dalam buku tua di rak yang berdebu?
Kadang, di tengah kesunyian, aku merasa mendengar, Â
Suara lembutmu mengalun, memanggilku kembali, Â
Mengingatkan pada apa yang pernah terasa begitu nyata, Â
Namun kini, seperti bintang jatuh, hilang begitu saja.
Aku merindukan dendang hati yang terlupa, Â
Berharap suatu hari nanti, ia akan kembali, Â
Tidak lagi sebagai bayang-bayang yang samar, Â
Tetapi sebagai nyanyian yang penuh, memenuhi seluruh jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H