Mohon tunggu...
Penulis Senja
Penulis Senja Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Selamat Datang di Konten Blog saya, semoga dapat menghibur dan menginspirasi kalian semua. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar untuk request cerpen, puisi, artikel atau yang lainnya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Coffee Clash - Overcaffeinated Confessions [23]

3 Mei 2024   03:23 Diperbarui: 3 Mei 2024   03:38 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menyelesaikan dilema mereka dengan Alex, Ava dan Leo kembali fokus pada Brew Classic. Mereka telah meluangkan waktu ekstra untuk bereksperimen dengan beberapa blend kopi baru, sebuah proses yang sering kali membuat mereka bekerja hingga larut malam dan secara tak terelakkan, mengonsumsi terlalu banyak kafein.

Pada suatu malam yang dingin, setelah sesi mencicipi kopi yang panjang, Ava dan Leo duduk bersantai di sudut kafe mereka. Di luar jam operasional, dengan hanya cahaya redup lampu gantung yang menerangi ruangan, suasana menjadi sempurna untuk percakapan yang lebih pribadi.

Ava, dengan mata yang sedikit berbinar karena terlalu banyak kafein, mulai membuka percakapan tentang masa lalunya, sesuatu yang jarang dia bicarakan. "Tahukah kamu, Leo, sebelum aku benar-benar masuk ke dunia kopi ini, aku hampir memilih jalan yang sangat berbeda?"

Leo, yang juga terlihat terlalu berenergi dari espresso terakhir, menatapnya dengan rasa ingin tahu. "Oh, benarkah? Ceritakan lebih banyak. Aku selalu ingin tahu lebih banyak tentang apa yang membuat Ava menjadi... Ava."

Ava tertawa ringan. "Aku belajar psikologi dulu. Ingin jadi psikolog anak. Tapi kemudian, entah bagaimana, aku malah terpikat pada kafe tempat aku kerja paruh waktu. Dan kau tahu bagaimana akhirnya."

Leo tersenyum, menikmati potongan kehidupan Ava yang belum pernah dia dengar sebelumnya. "Itu mengejutkanku, tapi sejujurnya, aku bisa melihatmu dalam peran itu. Kamu selalu bagus dalam mengatasi kekacauan di sini, baik itu dengan kopi atau dengan orang."

Semangat dari kafein membuat mereka berdua lebih terbuka dan ceroboh dalam percakapan mereka. Leo, memanfaatkan suasana santai itu, memutuskan untuk juga berbagi sesuatu yang lebih pribadi. "Aku sebenarnya pernah hampir tidak membuka kafe ini. Setelah semua masalah dengan Alex, aku hampir pindah ke Italia. Ingin memulai baru, mungkin belajar seni atau sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kopi."

Ava mendengarkan dengan asyik, merasakan koneksi mereka semakin dalam. "Italia, huh? Itu pasti akan sangat berbeda. Apa yang membuatmu bertahan?"

"Ini, ini semua," jawab Leo, melambaikan tangannya ke sekeliling. "Aku menyadari bahwa apa yang aku benar-benar inginkan adalah di sini. Menciptakan sesuatu yang khas, sebuah tempat dimana orang bisa datang tidak hanya untuk kopi tetapi juga untuk merasa seperti di rumah. Dan kemudian, kamu bergabung, dan semuanya sepertinya... sempurna."

Kedua mata mereka bertemu, dan ada pengakuan yang tidak terucapkan tentang betapa pentingnya malam itu bagi mereka berdua, membuka lapisan yang sebelumnya tersembunyi. Overcaffeinated mereka mungkin, tapi dalam kejernihan yang aneh yang ditawarkan oleh malam itu, mereka menemukan kebenaran baru tentang satu sama lain yang hanya memperdalam ikatan yang sudah ada.

"Kita beruntung menemukan ini, dan satu sama lain," kata Ava akhirnya, suaranya penuh dengan kesadaran yang tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun