Dalam dunia yang dipenuhi media saat ini, frasa "berhenti membuat orang bodoh terkenal" telah menjadi seruan bagi mereka yang merasa frustrasi oleh kemasyhuran yang tampaknya diberikan pada kemerosotan dan ketidaktahuan dalam budaya populer. Sentimen ini mencerminkan kekecewaan yang semakin besar terhadap bagaimana ketenaran sering kali diberikan tidak berdasarkan bakat atau pencapaian, tetapi pada sensasionalisme, skandal, atau kepermukaan. Namun, apa yang mendorong fenomena ini, dan apa implikasinya bagi masyarakat?
 Mekanika Ketenaran dalam Media Modern
Kemunculan media sosial dan televisi realitas telah mengubah lanskap ketenaran secara fundamental. Platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok dapat mengubah siapa saja menjadi figur publik dalam semalam. Acara realitas menawarkan ketenaran hanya dengan menjadi cukup mencolok atau provokatif untuk menarik perhatian pemirsa. Perubahan ini telah mendemokratisasi status selebriti dengan cara yang seringkali tidak dilakukan oleh jalur tradisional---seperti menguasai seni, unggul dalam profesi, atau memberikan kontribusi untuk kebaikan umum.
 Peran Audiens
Audiens memainkan peran krusial dalam proses ini. Selera publik akan hiburan, sering kali cenderung ke arah dramatis atau skandal, memicu promosi media terhadap individu tertentu. Klik, tampilan, dan suka adalah mata uang zaman digital, dan konten yang membangkitkan emosi kuat, baik positif maupun negatif, cenderung berkinerja terbaik. Akibatnya, outlet media dan pembuat konten memprioritaskan keterlibatan daripada substansi, menyebabkan siklus di mana konten sepele atau mencolok disorot dengan mengorbankan diskusi yang lebih berarti.
 Dampak pada Masyarakat
Konsekuensi dari pergeseran dalam budaya selebriti ini adalah beragam:
- Diskursus Publik yang Berkurang: Ketika media fokus pada hal-hal sepele, itu meninggalkan lebih sedikit ruang untuk masalah penting. Perhatian publik terbatas, dan setiap saat yang dihabiskan untuk membahas skandal selebriti terbaru adalah saat yang tidak dihabiskan untuk masalah masyarakat yang mendesak.
- Nilai yang Terganggu: Generasi muda, yang sangat rentan terhadap pengaruh media dan selebriti, mungkin mengembangkan persepsi yang salah tentang apa yang berharga atau patut dicontoh. Ini dapat mempengaruhi aspirasi karir, harga diri, dan perilaku.
- Normalisasi Kemediokritas: Merayakan individu karena alasan selain bakat asli atau pencapaian signifikan dapat berkontribusi pada budaya yang menghargai gaya daripada substansi, kepribadian daripada kemampuan.
 Menuju Konsumsi Media yang Lebih Bijaksana