Mohon tunggu...
Ahmad Mustaqbal Ukhrawie
Ahmad Mustaqbal Ukhrawie Mohon Tunggu... Mahasiswa - "اِذِ اْلفَتَى حَسْبَ اعْتِقَادِهِ رُفِع # وَكُلُّ مَنْ لَمْ يَعْتَقِدْ لَمْ يَنْتَفِعْ"

Hamba Tuhan yang mengabdikan diri menjadi seorang pembelajar dan pengamal. Menekuni bidang: pendidikan agama islam, sejarah, dan sastra. “Ikhlas memang tak mudah. Karena itu, ada ungkapan semua manusia ini binasa, kecuali yang beramal. Semua yang beramal binasa, kecuali yang tulus ikhlas" -Muhammad Quraisy Syihab-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter

1 September 2022   07:49 Diperbarui: 10 September 2022   19:05 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pixabay.com

Karakter adalah kepribadian yang mencolok. Karakter mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan sebagai manifestasi nilai dan kapasitas moral manusia dalam menghadapi kesulitan. Karakter mengandung nilai-nilai khas (misalnya, tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan memberi dampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan mewujud dalam perilaku. Secara koheren atau penelitian yang umum, karakter adalah hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang.

      Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengalaman, pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan dilakukan di bawah bimbingan orang lain, tetapi dapat juga dilakukan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif atau memiliki nilai juang terhadap cara berpikir, merasa, atau bertindak dapat dianggap sebagai pendidikan. Pada umumnya, pendidikan dibagi menjadi beberapa jenjang, seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi atau universitas.

      Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memengaruhi karakter. Thomas Lickona, seorang pakar perkembangan anak, menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha memahami, memerhatikan, dan menerapkan nilai-nilai inti etika dari segi kognitif (penilaian), afektif (perasaan), dan psikomotorik (skill/ketrampilan fisik).

      Menurut Lickona, inti karakter adalah tindakan. Karakter berkembang ketika nilai-nilai diadaptasi menjadi keyakinan, dan digunakan untuk merespons suatu kejadian agar sesuai dengan nilai-nilai moral yang baik. Karakter yang dibentuk dengan cara demikian memiliki tiga bagian yang saling berkaitan: konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Karakter yang baik memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan keinginan melakukan perbuatan baik. Ketiganya dibutuhkan untuk menjalani hidup yang berpedoman nilai-nilai moral dan membentuk kematangan moral. Sasaran yang pertama, utama, dan tepat adalah dalam ranah sekolah, karena Melalui program yang dibentuk dan dapat dilaksanakan oleh guru di berbagai sekolah, diharapkan potensi peserta didik sebagai generasi penerus dapat menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan semakin diperkuat oleh generasi berikutnya.

      Bagai padi yang berbuah pada musim paceklik, tentunya Pendidikan karakter dapat membantu mengatasi krisis moral di lingkungan kita, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Krisis yang dimaksud berupa maraknya angka kekerasan di kalangan anak dan remaja, kenakalan terhadap teman (bullying), pencurian, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan properti orang lain. Hal-hal tersebut merupakan bentuk masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, dan menjadi indikasi bahwa pendidikan karakter masih merupakan sebuah kebutuhan yang penting. Pendidikan karakter diharapkan dapat diimplementasikan secara sinergis di sekolah, di rumah, dan di kalangan masyarakat secara umum.

      Pendidikan Karakter merupakan proses pembentukan, transformasi, dan pengembangan potensi peserta didik agar memiliki pikiran yang baik, hati yang baik, dan perilaku yang baik; sesuai dengan falsafah Pancasila sebagai pedoman. Penguatan pendidikan karakter telah menjadi perhatian dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu, tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan.

      Pendidikan karakter dapat dimanfaatkan sebagai strategi untuk membentuk (minimal) identitas yang solid pada setiap individu. Dalam hal ini, tujuan pendidikan karakter adalah membentuk sikap yang dapat membawa individu pada kemajuan, dan sesuai dengan norma yang berlaku. Pendidikan karakter juga dapat menjadi media pengembangan karakter individu agar senantiasa dapat membawa perkembangan dan kemajuan bagi masyarakat. Pendidikan karakter bagi individu bertujuan untuk: 

⚫ meneladani berbagai karakter baik                manusia.

⚫ menjelaskan berbagai karakter                        manusia.

⚫ menerapkan perilaku baik dalam                    kehidupan sehari-hari.

⚫ memahami jenis perilaku karakter                yang baik.

      Pendidikan merupakan sarana strategis dalam membentuk karakter bangsa, karena pendidikan sudah memiliki sistem, infrastruktur, dan ekosistem tersendiri, serta sudah tersebar luas dari perkotaan hingga pedesaan di seluruh Indonesia. 

      Dunia pendidikan perlu lebih memberdayakan, menguatkan, serta meningkatkan peran generasi penerus bangsa dalam tahap yang lebih mendasar.

Hal ini penting untuk dilakukan dikarenakan pertimbangan berikut: 

a. revolusi digital yang semakin pesat dan  telah mengubah sendi-sendi kehidupan, kebudayaan, dan peradaban, termasuk pendidikan.

b. semakin terintegrasinya masyarakat dunia akibat globalisasi, hubungan multilateral antarnegara, teknologi komunikasi, dan transportasi.

c. dunia semakin sempit, terutama karena negara, korporasi perusahaan yang besar, dan individu yang semakin mengglobal.

d. dunia yang berubah dengan amat cepat, sehingga jarak tampak memendek, waktu terasa ringkas, dan segala sesuatu menjadi cepat usang.

e. tumbuhnya masyarakat padat pengetahuan (knowledge society), masyarakat informasi (information society), dan masyarakat jaringan (network society) yang membuat pengetahuan, informasi, dan jaringan menjadi modal penting dalam kehidupan.

f. kebutuhan atas masyarakat kreatif menempatkan kreativitas dan inovasi sebagai modal yang amat penting bagi individu dan masyarakat. Keenam hal tersebut telah menyebabkan munculnya tatanan, parameter, dan kebutuhan baru yang amat berbeda dengan masa sebelumnya, dan harus ditanggapi oleh dunia pendidikan.

Sumber :

Sriwilujeng Dyah, 2017. Panduan Implementasi Penguatan Pendidikan KarakterJakarta: Erlingga.

07.52

Kam, 1 sept 2022 M/ 5 Safar 1444 H, Blitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun